Part 2
Sepuluh tahun sebelum pengumuman dari The Alpha yang mengatakan bahwa Thomas adalah The Beornet.
***
Tempat ini adalah tempat terkenal bagi seluruh Bangsa Mortal. Tanpa terkecuali. Di sekolah Ini para Mortal dan Immortal membaur, tentunya kami para Mortal berperilaku semirip mungkin dengan Bangsa Manusia. Aku merasa bangga karena bisa bersekolah swasta terbaik di seluruh penjuru kota Sukabumi, salah satu kota kecil di Jawa Barat.
Sukabumi adalah kota dengan iklim yang curah hujannya cukup tinggi ini cukup merepotkanku karena menurut pengamatanku yang cocok tinggal disini adalah Bangsa Vampire. Karena bagi kami Bangsa Werewolf, kami begitu menyukai iklim panas. Sayangnya tidak ada negara yang hanya memiliki satu musim saja. Paling sedikit itu dua dan yang terbanyak itu empat. Tentunya itu sangat bertolak belakang dengan mereka bukan? Bangsa Vampire yang menyukai dingin dan Bangsa Werewolf yang menyukai panas.
Sehingga aku mengerti salah satu alasan tentang permusuhan kami selama berabad-abad yang lalu hingga saat ini. Karena kami saling bertolak belakang dan kami saling tidak mau berurusan.
TAK.
Sebuah buku setebal lima centimeter menabrak dahiku, lebih tepatnya seseorang membuat aku terlihat bodoh karena melamun memikirkan beberapa hal.
"Fuck!" Aku memaki, siapapun yang melakukan itu aku akan membalasnya dengan setimpal.
Mata biruku mencari kesana kemari siapa makhluk lancang yang berani mengganggu konsentrasiku. Sehingga kejadian barusan menyebabkan keriuhan di antara para perempuan-perempuan di sekolah ini, karena saat ini aku sedang berada di kantin sambil menyenderkan tubuhku ke salah satu tiang penyangga di dalam kantin ini. Mungkin mereka terlalu kaget mendengar ucapanku yang terlalu kasar, tapi aku tidak perduli. Aku tidak ingin menjadi orang lain jika ingin disukai semua makhluk, cukup menjadi diriku sendiri saja dan aku menyukainya.
"Hai..." Marcus melambaikan tangannya, menyuruhku untuk menghampiri meja mereka dan bergabung di dalamnya.
Alis kananku berkedut hebat, menahan amarah. Apalagi Marcuslah dalang dari pembuat riuh suasana di kantin ini. Ya! Dia yang melempar buku tebal itu ke kepalaku. Sangat sopan sekali kan? sudah pasti, aku menolaknya dengan dengusan tidak minat, aku saat ini sedang berdiri sambil melipat kedua tanganku di dada, mengamati keramaian yang tersuguh di hadapanku.
Seorang Werewolf perempuan berambut cokelat gelap dan bermata cokelat terang menatapku tanpa minat, seolah aku adalah makhluk yang tidak pernah ada. Tidak pernah terciptakan.
Sialan! Berani sekali dia bersikap tidak sopan kepadaku? Ck! Aku mengumpat dalam hati sambil mengetatkan rahangku, berharap amarahku yang bisa meledak kapan saja tidak keluar.
Repot urusannya jika aku sampai di giring ke Laboratorium karena kemampuanku yang bisa bertransformasi menjadi Werewolf. Duh! Aku tidak ingin spatula kesayangan Mommy memukulku berjam-jam. Bisa mati kemabukan aku, karena melihat warna ungu yang bergoyang-goyang di hadapanku.
Edraga menyikutku, mata birunya menatapku dengan wajah jenaka.
"Thomas, kau menatapnya? Si Perempuan es itu? Kau cari mati!"
"Sejak kapan kau disini?" Tanyaku dengan wajah jengah sambil memutarkan kedua mataku dan mengabaikan peringatannya.
Jujur saja, aku tidak suka di perintah oleh orang lain.
"Baru saja." Jawabnya.
Aku mengernyitkan mata tidak suka, "begitulah." Sahutku kelewat santai, tidak peduli dengan wajah Edraga yang mendesis tidak suka atas sikap tak bersahabatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Moonlight : Book 2 (The Beornet - Catching The Frozen Girl)
Hombres Lobo"Selamat! Kau akan menjadi seorang Beornet. Seorang pemimpin Werewolf tingkat 2 dari Alpha, yang berada satu tingkat di bawahku." Kalimat yang di ucapkan Alka di malam dimana ia dan Saka melaksanakan pesta penamaan bayi mereka ibarat sebuah sumpah k...