Part 3 Of 1 - Permusuhan
Apa kau pernah mendengar cerita tentang manusia ular, manusia burung, manusia naga dan yang lainnya? Aku pernah mendengarnya dari Weela yang tidak sengaja membaca isi cerita dari 'The History'. Buku sejarah semua makhluk mortal dan immortal yang ada di Bumi ini.
"Jika kau berpikiran bahwa manusia ular itu sangat licik, kau benar karena begitulah faktanya. Aku akan mengucapkan selamat kepadamu. Jika kau berpikir bahwa manusia burung itu sangat kelaparan, kau benar karena begitulah faktanya. Jika kau berpikir bahwa manusia naga itu mulia, kau benar karena simbol naga selalu di angungkan dan menjadi simbol kerajaan bahkan mahkota bagi Bangsa Manusia yang memujanya. Tapi bagaimana jika semua dugaanmu itu terbalik dengan fakta yang tersembunyi di dalamnya? Sebuah fakta yang hanya akan di ketahui pada hari 'pembuktian'. Dan aku hanya akan tertawa dengan asumsimu yang begitu kerdil."
Aku menutup isi diary Ayahku.
Rasanya aku ingin sekali meninju Weela yang menyebalkan itu. Mengatakan hal yang aneh tentang manusia ular, manusia burung, manusia naga. Setahuku, aku berada di abad 20, abad dimana makhluk immortal sepertiku hidup rukun-rukun saja. Meskipun ada saja pihak-pihak yang lapar kekuasaan menginginkan perang terjadi.
"Thomas!" teriak Mommy dari lantai bawah, memanggilku untuk ke lima belas kalinya malam ini.
Menggunakan kemampuan Werewolfku aku langsung berlari cepat ke ruang makan dan duduk tegak di salah kursi langgananku. Mommy hanya menaikkan alis kirinya, lalu membiarkanku mengambil goreng telur, sayur kangkung, dan sambel tomat dengan satu porsi penuh. Porsi andalanku jika aku kelaparan! Aku memekik dalam hati seraya mengendus-endus ke arah Mommy yang sedang menyiapkan minuman favouriteku, Kopi madu.
"Jadi? Kau sudah dapat mengerti tentang tulisan di hari terakhir Ayahmu hidup di dunia ini?" tanya Mommy sambil duduk berpangku tangan ke dagunya dan memandangku dengan tatapan sengit.
"Nothing, Mom." jawabku singkat.
"Argh! Sudah ku duga! Ternyata anak semata wayangku ini memang bodoh!" jerit frustasi keluar begitu saja dari mulut Mommy, hal tersebut membuatku menatapnya dengan pandangan bersalah.
"Mom, aku benar-benar tidak tahu. Ayah hanya menuliskan tentang Weela, manusia naga, manusia ular, dan manusia burung. Aku pun tidak mengerti di buatnya!"
"Dan kau masih tidak mengerti hal tersebut?" Mommy langsung duduk tegak dan menatapku dengan wajah garangnya.
Ia terlihat ingin sekali melahapku sekarang juga.
Aku menelan makanan susah payah, lalu beralih melihatnya. "Bagaimana jika aku bertanya pada Uncle Aris? Dia kan jenis Rare Werewolf juga seperti Ayah."
"Lakukan jika itu perlu," dengus Mommy sambil menuju kamarnya dan menutupnya dengan sentakan keras.
"Mom!" aku memekik tidak terima dengan sikapnya.
Setelah selesai makan, aku langsung mencuci perabotan yang kotor dan menaruhnya di rak. Terlintas aku mengingat dengan jelas kematian Ayahku. Ingatan kejam itu menyengatku dengan hentakkan yang sangat keras, membuatku merasakan rasa sakit yang tidak bisa aku tahan kembali.
"Thomas, berjanjilah... berjanji...lah... pada Ayah bahwa... bahwa... kau akan selalu menjaga Alka dengan segenap jiwamu dan kau ak... kan... menorbankan nyawa.. mu untuk...nya... berjanjilah, tunggu sampai Ayah kembali..." suara Ayah yang rendah dan lirih itu membuatku menangis tidak bisa menjawabnya.
"Aku berjanji, tapi Ayah harus hidup." Aku tergugu di hadapannya seraya memegang tangan besarnya.
Ayah tersenyum kepadaku. Mata birunya meredup saat aku memanggil-manggil namanya. Berusaha mendampik ketakutan yang perlahan mendatangiku. Aku takut tidak bisa melihat wajah hangat Ayahku lagi. Aku takut aku tidak bisa mendengar ucapan-ucapan jenaka Ayahku lagi. Aku takut, aku tidak bisa memeluk tubuhnya lagi. Aku takut... Aku takut Ayah tidak ada di sisiku lagi untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Moonlight : Book 2 (The Beornet - Catching The Frozen Girl)
Manusia Serigala"Selamat! Kau akan menjadi seorang Beornet. Seorang pemimpin Werewolf tingkat 2 dari Alpha, yang berada satu tingkat di bawahku." Kalimat yang di ucapkan Alka di malam dimana ia dan Saka melaksanakan pesta penamaan bayi mereka ibarat sebuah sumpah k...