BC - Enam

95 30 1
                                    

Akhirnya sampai juga di toko yang kami maksud.  Toko ini cukup luas. Dan pastinya, lengkap.

Saat sedang asyik-asyiknya kami mendata barang-barang yang akan dibeli, mataku tidak sengaja menangkap sosok yang tidak asing di pojokan pasar.

Icong.

"Ta, gue kesana dulu."

Tanpa menunggu balasan dari Tata--yang sedang sibuk memilih cat--aku beranjak mengikuti gadis itu.

Ada satu hal yang membuatku sangat penasaran dengan Icong saat ini.

Icong membawa beberapa belas bendera merah putih yang terlipat rapi di tangannya. Sambil menawarkan pada lalu-lalang orang yang berseliweran di pasar ini.

Rasa penasaranku semakin membuncah ketika Icong mendatangi sebuah kios kecil yang nyaris tidak terlihat--tertutup oleh tumpukan kardus minuman dan berkarung-karung beras.

Aku menyembunyikan diriku di balik tong minyak yang sudah penyok ini. Semoga tidak ada yang curiga padaku--karena mengintip-intip seseorang.

Tak lama, Icong keluar sambil menghitung uang ribuan kumal yang ada di tangannya.

Astaga. Aku tahu. Pasti Icong sedang bekerja untuk mendapatkan uang ganti iuran kelas yang ia hilangkan itu.

Icong pergi dan membaur dengan pengunjung pasar lainnya. Aku sudah tidak bisa melihat Icong lagi.

Tapi, aku masih bisa tau alasan sebenarnya ia menjual bendera itu. Barangkali penjual di kios kecil itu tahu.

Dengan pasti, kulangkahkan kakiku mendekat pada kios kecil itu. Aku bahkan sudah tidak peduli lagi pada keringat yang mulai membasahi bajuku.

Suasana toko itu sepi. Ada beberapa tumpukan kain, dan aku bisa melihat tumpukan bendera yang Icong bawa tadi.

Apa Icong menitipkan barang dagangannya di sini?

"Permisi Pak." Ucapku pada lelaki tua yang sedang terbata membaca koran.

Pak Tua itu menoleh padaku dan tersenyum. Memperlihatkan gigi-geliginya yang ompong.


*ra*

Best Celebration [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang