BC - Tujuh

99 31 4
                                    

"Kalian udah beli bahan-bahannya?" Sion menghampiri meja kami. Aku dan Tata yang sedang asyik mengobrol menoleh pada Sion.

"Udah kok. Tinggal diambil sama anak transport."

"Oke deh. Nanti aku bilang sama Mizan." Sion mengangguk puas.Sion kembali berbalik setelah satu langkah ia berjalan menjauhi meja kami. "Oh iya."

Kami menoleh lagi.


"Icong udah ganti uangnya?"

"Belu--"

"Nggak usah." sahutku cepat--memotong perkataan Tata.

Kini giliran aku yang ditatap heran oleh Tata dan Sion.

"Serius nggak usah." yakinku pada Sion dan Tata.

"Tapi, Sar--" Tata berhenti melanjutkan perkataannya. Ia melirik pada orang yang baru saja berdiri di depan mejaku.

Icong.

"Sara. Ini uang yang kemarin." Icong menyodorkan beberapa lembar uang puluhan yang cukup kumal.

Aku menggeleng pelan dan tersenyum pada Icong. Icong menatapku heran.

"Maaf kalau uangnya jadi kucel gini. Nanti aku ganti di kantin." tambah Icong cepat. Icong pasti mengira, alasan aku tidak mau menerima uang itu gara-gara uang itu kumal.

Aku tetap menggelengkan kepala. "Buat kamu aja."

Icong mengerutkan keningnya. "Aku nggak butuh uang ini."

Aku masih tersenyum. "Kalau gitu, buat beli bendera anak Rumah Pelangi."

Icong membulatkan matanya besar-besar.

"Mereka pasti butuh." Tambahku, masih dengan senyuman di bibir.

"Tap--"

"Lo pengin bikin hiasan kemerdekaan buat mereka juga kan?"

Icong menatapku dengan pandangan bingung. Mungkin ia sangat kaget ketika aku mengetahui secuil rahasia yang Icong simpan.

Aku hanya tersenyum.

Pak Tua di toko itu yang memberitahuku.

Dan tebakanku benar. Icong berbohong tentang uang yang hilang kemarin.

Icong tidak pernah menghilangkan uang itu.

*ra*

Best Celebration [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang