"Kau ingin apa?"
"Aku ingin kau."
Prajurit yang tak memiliki kehormatan itu bertarung dengan gagah. Pedang ditenteng di kedua sisi, berangkat dengan pakaian bersih, pulang dengan lumuran darah, seragam compang camping, dan punggung membunguk layu, tapi wajah mereka nampak cerah. Para pejabat tinggi terkesiap di meja-meja agung, tak menyangka mereka akan kembali hidup-hidup. Sang pemimpin pasukan berseru lantang, "kami kembali!" dan para prajurit berkoar menyerukan semangat seolah mereka menang di peperangan itu.
"Kami membawa monster!"
"Ya, benar!"
Hari itu, yang menjadikannya berbeda dari hari biasa, salah satu prajurit merobek tengkuk sang monster dan menemukan seorang manusia hidup di baliknya, yang sekarang mereka rantai bagai anjing berpenyakit.
"Kau ingin aku? Cuih!"
Prajurit itu meludahinya.
"Levi Ackerman..."
Monster itu terkekeh mengulang-ngulang nama sang prajurit.
"Levi Acker..man... Le-vi Ack...er.. hahaha.."
BUG!
Satu tendangan melayang. Darah baru mengucur.
"Kau tahu, yang kau lakukan itu berlebihan." Kata Hange, sang rekan prajurit dari bagian penelitian. "Lihat dia, kau tak ada bedanya dengan menendang manusia."
"Dia monster." Levi mendengus, hampir tertawa mendengar kawannya berkata seolah dia punya rasa manusiawi terhadap apa yang mereka temukan.
"Mhm-hm," Hange meraih lengan monster itu, lalu ia suntikan sesuatu. "Aku tidak tahu harus kita apakan makhluk ini. Tiap kali kita melukainya, dia sembuh dengan cepat, dan itu artinya, kesakitan tidak mendisiplinkannya. Bagaimana menurutmu, Levi?"
"Biar aku yang urus. Kau pergi."
"Kau akan menendangnya lagi?"
"Keluar."
"Aku harap kau membuatnya bicara." Hange menepuk bahu Levi lalu meninggalkannya dengan bunyi debum keras pintu baja ditutup rapat.
"...Levi Ack..ker...man..."
"Bisa kau ucapkan sesuatu selain itu?"
Matanya mendelik cepat lewat sudut menatap Levi dengan nalang. "Aku. Ingin. Kau."
Levi menaikkan sebelah alis, balas menatapnya rendah. Makhluk itu bangkit berdiri dan berlari cepat, rantai yang melilit tangan dan kakinya bergerak terulur bergemercik nyaring dan seharusnya menahan makhluk itu. Rantai itu sengaja dipasang pendek supaya tidak mencapai tempat Levi berdiri, tetapi si monster yang suka menyebut-nyebut nama belakang Levi itu berhasil mencengkram Levi, berguling menjatuhkan Levi sampai Levi lumpuh di bawah tubuh monster itu.
"Errhh..." geramm si monster sembari mendelik rantai-rantai yang berpencar menjadi beberapa potongan, seolah dia berakta "Kau tahu, kalau aku mau, aku bisa kabur dari sini sejak awal."
Makhluk itu mengendus-endus tubuh Levi, membauinya seperti sedang meneliti.
"Anjing." Levi merutuk.
Makhluk itu mendesis, mencengkram leher Levi sampai Levi terbatuk.
"Eren," kata si monster. "Eren! Eren! Eren!"
"E...ren.. akh!"
Makhluk itu melepas cekikan, membiarkan Levi terbatuk lalu bernafas lega.
"Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Makhluk Buas
FanfictionBagaimana bisa kau sebut itu bercinta ketika kau melakukan seks dengan makhluk buas? Ia menyerahkan diri kepada keresahan, dan belenggu rahasia terdalam diri manusia. Nikmat atau tidak, tapi mereka melakukan seks. Berkali-kali. D19+ Seksual Eksplis...