.
"Siapa yang kau sebut monster?"
Erwin menggumam setelah Hange pergi meninggalkan ruangannya di pagi itu. Mata Erwin masih mengarah ke arah datangnya matahari.
"Levi..."
Bibirnya berdecak, keningnya bertaut gelisah.
"Aku pasti menangkapmu, aku pasti melenyapkan semua jenismu, dan aku pasti mendapatkan kembali apa yang menjadi milikku. Kau, makhluk buas... Eren."
.
.
.
Pasukan berkuda dengan terang-terangan melewati kota. Kali ini, mereka memulai ekspedisi lebih awal. Matahari masih menyorot, dan orang-orang melongo, sebagian berlari mengejar ke jalan yang dilalui para prajurit, mencari tahu apa kabar yang terbang secepat angin itu benar, bahwa ada prajurit dengan seragam berlambang sayap dan menenteng banyak pedang.
Mereka pun memekik, sebagian menghambur menjauhi dinding, sebagian berlindung di dalam ruangan, anak-anak dipaksa masuk, beberapa ibu rumah tangga yang cemas cepat-cepat menutup pintu dan jendela, dan mereka yang berani dan kelewat penasaran terdiam dan menonton bagaimana pintu gerbang dibuka dan para prajurit itu melewatinya dalam kecepatan tanpa keraguan.
Mereka menyaksikan bagaimana dinding yang maha megah itu terbuka, dan satu per satu prajurit melewatinya tanpa pernah sekalipun menoleh. Lari mereka menyaingi angin, membuat rakyat jelata yang terbelalak itu terpesona. Oh, di dunia ini ada orang-orang seberani itu? Melewati dinding padahal tahu pasti di luar tidak pernah seramah di dalam. Siapa para prajurit bersayap itu? Mereka tak pernah melihatnya sebelumnya.
Sementara sebagian lain mencibir, "mereka pasti para tahanan! Menjadi pakan para Titan. Makanlah! Makanlah dosa-dosamu!"
Para prajurit itu mendengar semuanya. Tapi semua itu tidak berarti, ketika tujuan nampak di depan mata, harapan tersimpan di hati, dan dendam atas para sahabat yang gugur di medan perang meraung-raung dalam ingatan. Mereka akan menghabisi para titan. Itu pasti. Mereka pergi bersama-sama, menyerbu, bersama sang kapten, dan komandan pasukan yang mereka bangga-banggakan.
Oh, bangga-banggakan, Erwin meralat kata itu dalam hati. Alisnya menekuk tajam melawan silau matahari. Di benaknya tergambar jelas susunan taktik perang hari ini, dan tujuan dari perang ini pun terlihat amat pasti, tapi bukan tujuan yang sama seperti yang dipikirkan semua pasukannya. Ini adalah soal memperebutkan, membawa pulang, dan bukan memenangkan atau membunuh para titan. Erwin bakal memenangkan itu dan membunuh para titan, tapi bukan sekarang, tidak hari ini.
Kendati kebohongan dia lemparkan pada pasukannya, Erwin tetap melaju kencang di atas kuda, bersikap seolah ini misi suci seperti yang disuarakannya sebelum keberangkatan.
.
.
"Erwin, kita terpisah terlalu jauh." Kata Hange memperingatkan ketika Erwin turun dari punggung kuda. "Tinggi tembakan asap di langit terlihat makin pendek. Sebaiknya kita kembali sekarang."
Erwin tak menghiraukannya dan terus melangkah lebih jauh ke dalam hutan. Hange tak punya pilihan selain turun mengikuti jejak Erwin. Kedua tangannya tak jauh-jauh dari handle pedang. Siapa yang tahu kalau seekor titan bersembunyi di antara dedaunan, meskipun jalan yang mereka lalui terlalu sempit untuk titan berukuran 20 meter. Pohon-pohon tumbuh menjulang tinggi dan rapat, juga tidak ditemukan jejak mereka.
"Erwin, kita hanya berdua di sini." Hange memperingatkannya lagi. Kali ini, tangan Hange meraba pedang.
"Sshh," Erwin mendesis menenangkan Hange ketika terdengar percakapan samar dari kejauhan.
Mereka melangkah lebih dalam, membuat Hange beberapa kali menoleh ke belakang mencari tahu seberapa jauh mereka telah berjelajah. Tak terdengar suara deheman kuda mereka, tak pula suara gesekan antara pedang milik pasukan mereka.
"Erwin, apa kau yakin ki- ERWIN!"
Sesuatu mengenai Erwin dan Hange terpental sampai tubuhnya membentur batang pohon. Hange meraih pedangnya, hendak bergegas menyerang balik apapun yang mengancam mereka dan menyelamatkan Erwin, tapi benturan telah melahap kesadarannya.
.
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Makhluk Buas
FanfictionBagaimana bisa kau sebut itu bercinta ketika kau melakukan seks dengan makhluk buas? Ia menyerahkan diri kepada keresahan, dan belenggu rahasia terdalam diri manusia. Nikmat atau tidak, tapi mereka melakukan seks. Berkali-kali. D19+ Seksual Eksplis...