'Hari ini, esok, dan seterusnya, maukah kau tetap menjadi pengantinku?'
Kalimat itu terus berputar bagai kaset rusak dalam benak Sandara.
Ucapan itu.
Ucapan yang Ji Yong lontarkan tadi siang dan dengan bodohnya gadis itu menyanggupi bahkan menampilkan rona merah di pipinya sebagai jawaban. Ucapan yang sama sekali tak disangkanya memiliki arti lain. Arti sebenarnya dengan menjadikan ia seorang 'pengantin'.
Selamanya.
Ya, Tuhan! Jika memang ini mimpi, bisakah kau bangunkan gadis itu dari mimpi yang luar bisa mengerikan ini?
"Karena kau telah berjanji seperti itu, maka biarkan kini aku menjadikanmu pengantinku."
Sandara memberanikan diri untuk menatap langsung manik kelam itu dengan sisa tenaganya yang hampir habis. Gadis itu bahkan masih berusaha memaksakan seulas senyum bodoh, berharap Ji Yong masih memiliki belas kasihan terhadapnya. "Aku telah menjadi pengantinmu, Ji Yong-ah. Bukankah kita kini adalah sepasang suami istri yang terikat secara sah?"
"Ya. Tapi jika aku membiarkanmu tetap seperti ini, kau akan menua, dan kau tak bisa ku miliki sebagai pengantinku." Ji Yong membelai pipi Sandara sebelum melanjutkan, "Secara utuh."
Gadis itu tak bisa menahannya lebih lama lagi. Percuma saja bertahan dalam mode kepura-puraannya. Melihat wajah Ji Yong yang nampak menjijikkan dengan seringaian di sudut bibirnya membuat Sandara ingin meraung sekeras-kerasnya.
Gadis itu menepis tangan Ji Yong dan tak menahan teriakan frustasinya. Cairan asin sialan sebening kristal itu meluncur tanpa sanggup ia bendung dengan rasa takut yang menjadi-jadi. "Jangan gila, Kwon Ji Yong!"
Ji Yong yang hampir terpelanting ke belakang akibat kehilangan keseimbangan dengan tiba-tiba mendekat ke arah Sandara saat langkah gadis itu hampir mencapai pintu keluar. Dengan satu gerakan cepat, tangan kokohnya berhasil meraih pergelangan tangan Sandara, mencengkeramnya erat hingga membuat sang gadis makin merintih kesakitan. "Gila?!"
"Kau! Kau sakit jiwa!" raung Sandara penuh rasa frustasi.
"Ssst!" Satu telunjuk pria itu terarah di depan bibir Sandara, mengisyaratkannya untuk diam dan tenang. "Aku bahkan telah mempersiapkan ini sejak lama, bahkan dengan beberapa percobaan yang susah payah ku lakukan terlebih dulu. Kau lihat karyaku yang ku simpan di ruang bawah tanah? Bukankah itu sempurna? Itu semua ku lakukan untukmu. Untuk hari ini yang telah lama ku nantikan. Hari di mana aku akan memilikimu sebagai pengantinku, Dara-ya."
Sandara memberontak dengan segala sisa daya upaya yang ia miliki. Perkataan sinting Ji Yong mampu membuat Sandara yakin bahwa pria yang terlihat normal di hadapannya itu ternyata tak lebih dari seorang pria hina yang sakit jiwa.
Keparat! Selama ini ia bahkan telah tertipu mentah-mentah dengan segala pesona seorang Kwon Ji Yong yang memabukkan.
Gadis itu terus meronta agar bisa dilepaskan, namun tentu saja perlawanannya tak sebanding dengan kekuatan Ji Yong. Jika saja ruangan kerja itu tidak kedap suara, maka sudah bisa dipastikan jeritan yang memekakkan telinga itu mampu membelah sunyinya malam.
Tragis.
Satu kata yang dapat menggambarkan keadaan Sandara kini. Gadis itu benar-benar kacau dengan segala keputusasaan yang mulai mendera.
Tanpa belas kasih, manik kelam Ji Yong bergerak brutal dengan pandangan yang seakan mampu menembus serta mematahkan pengharapan konyol gadis pasrah yang tengah meminta ampun di hadapannya. "Kemarilah, pengantinku. Akan ku jadikan kau sebagai pengantin wanita tercantik yang pernah ada."
"Lepaskan! Lepaskan aku!"
"Berhenti menangis!" Ji Yong memaki dan membuat Sandara terbungkam walau masih menahan isak tangisnya. Satu tangan pria itu terulur dan merapikan anak rambut Sandara serta menghapus maskara berantakan sang gadis yang telah luntur di pipinya. "Kau terlihat lebih cantik jika diam seperti ini."
Kalimat memohon tak henti terucap dari bibirnya dengan segala bentuk keputusasaan yang menyeruak. Suara parau gadis itu perlahan-lahan menghilang dan terganti dengan sebuah isakan memilukan.
Namun bagi Ji Yong, itu adalah sebuah melodi terindah yang pernah menyambangi indera pendengarannya. Membuatnya merasa berkuasa atas calon pengantin abadinya hingga menampilkan seringaian menyeramkan entah untuk keberapakalinya.
Dengan berakhirnya penolakan Sandara akibat rasa pasrahnya dan tenaga yang sempurna telah habis terkuras, Ji Yong dapat dengan mudah membawa gadis itu ke ruangan rahasianya. Menyeretnya paksa dengan cengkeraman erat di pergelangan tangan Sandara dengan kukunya yang menancap tajam. Seringaian tak henti pria itu ukir pada lengkungan bibir penuhnya. Menjijikkan!
Sementara Ji Yong menikmati perasaan bergelora yang tiba-tiba membuncah, sang gadis dengan malangnya hanya mampu menangis pilu dengan rintihan kepedihan mengiringi. Ji Yong sempurna menyeret Sandara pada ruangan bawah tanah yang kedua kalinya gadis itu masuki, sekaligus juga mungkin untuk terakhir kalinya. Karena sekeras apapun Sandara mencoba, maka ia tak akan pernah bisa keluar dari ruangan itu lagi.
Tidak setelah Ji Yong menjadikannya 'pengantin' dengan cairan keabadian yang mampu menyempurnakan penampilannya.
'Jadilah pengantinku, Park Sandara...'
.
.
.--END--
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Bride
Fanfiction'Hari ini, esok, dan seterusnya, maukah kau tetap menjadi pengantinku?' -KJY- ©andaxxi