Part 1

936 98 18
                                    

Riuh tepuk tangan mengiringi berakhirnya janji sehidup semati yang diucapkan. Sepasang anak manusia yang telah bersumpah di bawah nama Tuhan tersebut berdiri berhadapan dengan binar tak biasa yang terpancar dari kebahagiaan yang membuncah.

Terutama bagi gadis itu. Gadis bermanik hazel yang tengah mengembangkan lengkungan manis di sudut bibir cerinya.

Park Sandara.

Senyumannya tulus nan menggoda. Membuat sang pria di hadapan tak ragu untuk memagut dan menelusupkan benda lunak sebagai pergulatan lidah mereka yang pertama setelah resmi diikat dalam jalinan sakral.

Deru napas berbenturan setelahnya. Keduanya saling meraup oksigen yang serasa menipis setelah atmosfer panas menyeruak ke sekeliling.

"Terima kasih telah menjadi pengantin wanitaku, Dara-ya..."

Sang gadis tak bisa untuk menahan letupan menggemuruh di dadanya. Jantungnya dengan lancang berdegup lebih kencang dari detakan orang normal. Membuat darahnya terpompa secara cepat hingga merambat ke daerah pipi dan menghasilkan sebuah rona kemerahan di sana. Lebih dari sekadar sapuan blush-on.

Kini gadis itu bahkan mencoba menyembunyikannya dengan berpaling demi menolak bersitatap dengan manik kelam sang pria yang begitu menghanyutkan.

"Dara-ya?"

"Eoh?"

Ji Yong seolah menghipnotis gadis berparas cantik tersebut. Lantunan suaranya tak terdengar berat, namun sanggup menjadi candu bagi Sandara. Suara yang terdengar indah ketika melantunkan namanya dan memasuki indera pendengarannya.

Sandara selalu terlihat lemah jika menyangkut segala hal tentang pria itu. Pria sempurna yang tak disangka kini telah resmi menjadi suaminya.
Manik keduanya bersitemu kembali dengan Ji Yong yang terlebih dahulu memaksa untuk meraih wajah Sandara melalui tangan kokohnya.

"Hari ini, esok, dan seterusnya, maukah kau tetap menjadi pengantinku?"

Pertanyaan itu mampu membuat syaraf otak sang gadis serasa lumpuh dengan raut yang tak terkendali. Sandara bahkan harus mengerjap beberapa kali demi membuat dirinya sadar setelah pertanyaan mengagetkan itu terlontar.

Amat tiba-tiba, dan lagi-lagi membuat jantungnya berdegup tak karuan. Oh astaga, mungkin ia akan sering mengalami serangan jantung jika Ji Yong terus-menerus berada dalam jarak pandangnya.

Dengan lugunya gadis itu mengangguk, dan Ji Yong tanpa diduga mempertemukan kening keduanya. Sebuah pergerakan yang tiba-tiba hingga mampu membuat perhatian gadis itu sempurna tertuju pada prianya. Manik hazelnya bahkan makin membulat tatkala Ji Yong lagi-lagi menampilkan senyuman mematikan yang seakan membuat detak jantungnya berhenti selama beberapa detik.

Oh namun jika diperhatikan lagi, mungkinkah itu bisa disebut sebagai seringaian?

.
.
.

To be continued...

Be My BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang