Prolog

1.4K 108 22
                                    

Manik kelam itu memicing tajam. Memperhatikan setiap detail penampilan dari objek yang terpantul dalam cermin besar di hadapannya. Objek dengan pahatan yang sempurna, tanpa cacat sedikitpun. Pria itu berdeham pelan, menetralkan kerongkongannya yang terasa mengering dan membuatnya cukup terganggu.

Gugup? Oh, haruskah?

Sang pria mematut lagi dirinya di kaca, membenarkan sedikit letak dasi kupu-kupu yang sebenarnya telah bisa dikatakan rapi tanpa harus dibenahi lagi. Tangannya kembali bergerilya untuk membenahi kerah lalu menepuk-nepuk jas mahal yang membalut tubuh proporsionalnya. Jas armany berwarna hitam legam, senada dengan surai mengkilatnya yang baru diubahnya seminggu yang lalu.

Pria itu memang memiliki hobi mengubah warna rambutnya sesuai mood. Katakanlah ia kurang kerjaan, seolah merepresentasikan diri layaknya bunglon. Dandanannya selalu nyentrik. Terlihat dari beberapa lubang bekas piercing di telinganya yang kini nampak polos.

Bukankah setidaknya di hari spesial ini ia harus tampil layaknya 'pria baik-baik' yang sempurna nan menawan? Ya. Setidaknya hanya untuk hari ini.

Tok! Tok!

"Semuanya sudah siap, Tuan."

Pria itu menoleh melewati bahu tanpa harus repot-repot membalikkan seluruh badannya. Mendapati salah seorang pelayan wanita baru dengan seragam khas di ambang pintu dengan wajah yang menunduk hormat.

Kening pria itu berkerut samar sebelum sedetik kemudian salah satu sudut bibirnya terangkat. Tanda menangkap maksud yang diutarakan seraya membentuk senyuman manis di lengkungan bibir penuhnya.

Satu tangannya mengisyaratkan agar pelayan itu keluar, memberikannya lebih banyak privasi di ruangan dengan dominasi warna putih gading tersebut. Area pribadinya dengan berbagai macam patung lilin yang menjadi koleksi berharganya.

Manik kelam itu memicing tajam lagi, disertai dagu lancipnya yang menengadah. Memberikan sedikit kesan arogan juga menguarkan pesona memabukkan.

Sebelum benar-benar pergi, tungkai jenjangnya bergerak ke arah sudut lainnya. Kini pria itu tepat berhadapan dengan sebuah patung lilin. Salah satu koleksi kesayangannya dengan harga selangit.

Dewi Aprodhite. Dewi cinta dalam mitologi Yunani kuno.

Salah satu tangannya terangkat untuk membelai pipi sang patung yang tingginya hampir setara dengan dirinya tersebut. Menatap lamat-lamat dengan hati yang berdentum keras mengingat tentang betapa berharganya hari ini baginya.

Hari pernikahannya. Hari yang haruslah sempurna dengan segala rencana matang yang telah ia susun dari jauh-jauh hari. Senyuman terpatri kembali di bibir penuh nan menggoda itu.

'This is time, Kwon Ji Yong.'

.
.
.

To be continued...

*****

Note:
Pernah di-post di blog lain dalam bentuk oneshoot
Vomment yups ❤❤

Be My BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang