Bagian 3

5.8K 626 144
                                    

Sudah 3 minggu berlalu sejak berakhirnya hubungan mereka dan selama 3 minggu itu juga Namjoon seakan menghilang dari peradaban. Laki-laki itu tidak ada dimana-mana bahkan apartemen dan studio milik laki-laki itu juga kosong.

Hana sudah mencoba menanyakan kabar Namjoon pada teman-teman dekat laki-laki itu namun hasilnya nihil. Yoongi yang notabene teman sekaligus rekan kerja Namjoon juga mengatakan ia sudah tidak bertemu dengan si Kim itu selama 3 minggu ini.

Hal itu membuat Hana semakin frustasi. Ia menjadi jarang berada di butik dan lebih memilih mengunci dirinya di dalam kamar. Ibunya, Jungkook bahkan sahabatnya Sena dan Jiwoo hampir setiap hari membujuknya untuk keluar tapi gadis itu malah semakin mengunci dirinya.

Jika biasanya, Hana selalu berpenampilan cantik dengan fashion yang selalu menjadi perhatian semua orang. Sekarang, gadis itu tidak memperdulikan hal itu lagi, Hana menjadi malas mengurus dirinya. Kantong mata juga sudah menghiasi matanya.

Pengaruh Namjoon begitu besar bagi Hana. Kepergian laki-laki itu membuatnya semakin terlihat kurang waras. Setidaknya itu yang dikatakan Jungkook.

Seperti sekarang, Hana keluar dari kamar dengan rambut yang di gulung seadanya dan piyama yang belum ia ganti sejak kemarin. Ia menutup piyama motif spongebobnya itu dengan jaket putih miliknya.

Jungkook yang baru pulang dari lari pagi tampak terkejut dengan keberadaan kakaknya. Tumben kakaknya itu keluar saat jam masih menunjukkan jam 9 pagi. Biasanya Hana akan keluar jika sudah tengah malam.

"Noona, kau mau kemana?" tanya nya mengikuti langkah kaki kakaknya itu. Ia takut Hana keluar rumah untuk bunuh diri. Siapa yang tahu dengan pikiran orang yang sedang patah hati akut seperti kakaknya ini.

Hana menghentikan langkahnya, ia memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya. "Aku ingin ke toko depan untuk membeli eskrim," sahutnya dengan seadanya.

Jungkook menyipit matanya penuh selidik. "Kau yakin hanya membeli eskrim, Noona? Kau tidak membeli racunkan untuk bunuh diri?" tanya nya dengan wajah seriusnya.

Hana langsung memukul kepala Jungkook dengan keras. "Jeon Jungkook, jangan berbicara yang aneh-aneh. Aku masih waras, bodoh." sahutnya dengan geram.

Jungkook hanya mengusap kepalanya yang terasa berdenyut-denyut karena pukulan maut kakaknya itu. Syukurlah kakaknya masih memiliki pikiran sedikit waras pagi ini.

Setelah kakaknya pergi, Jungkook langsung mengambil ponselnya dari kantong jaketnya lalu menghubungi seseorang.

"Namjoon Hyung, sebaiknya kau cepat kemari. Hana Noona sedang keluar ke toko depan." lapor Jungkook dengan suara pelan seolah-olah jika ia berbicara dengan suara keras akan ada yang mendengar suaranya. Padahal sekarang ia sendiri di rumah.

-00-

Hana berjalan gontai dengan sekantong penuh eskrim berbagai rasa di tangannya. Ia berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya ketika ia melihat ada seseorang yang berdiri ditengah jalan tepat di depan rumahnya.

Ia melangkahkan kakinya semakin cepat. Semakin dekat, semakin jelas siapa yang tengah berdiri di depan rumahnya. Itu Namjoon.

Namjoon kini tengah berdiri di depan rumahnya, menggunakan setelan jas dan sebuket bunga baby breath kesukaannya. Tidak lupa dengan senyum lebar laki-laki itu yang sudah lama tidak Hana lihat.

Ini seperti mimpi bagi Hana. Bagaimana bisa laki-laki itu tiba-tiba ada didepan rumahnya dengan pakaian rapi seperti itu? Apa ini hanya ilusinya saja? Jangan-jangan perkataan Jungkook tentang kejiwaannya yang terganggu memang benar.

Semakin dekat Hana melangkah, semakin juga air matanya mendesak untuk keluar. Saat ia sudah sampai di depan laki-laki itu, tangis Hana langsung tumpah. Ia merosot terduduk memeluk lututnya menangis.

ProposeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang