Cahaya matahari yang menyusup masuk ke dalam kamar melewati celah-celah gorden, membuat seorang gadis yang tengah tertidur, terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak. Sebelum gadis itu membuka matanya, hidungnya mencium aroma yang maskulin dari sesuatu yang sedang ia peluk. Aromanya terasa sangat menenangkan. Untuk sesaat gadis itu terlena menikmati aroma itu dan semakin memeluk erat sesuatu yang ia yakini sebagai bantal guling itu. Hingga akhirnya ia menyadari sesuatu yang janggal. Yaitu, sesuatu yang sedang ia peluk dan ia kira bantal guling itu memiliki bentuk yang aneh dan sedikit keras.
Perlahan gadis itu membuka mata lalu mengerjap sebentar dan menguceknya untuk menyesuaikan penglihatannya. Ketika penglihatannya sudah dapat melihat dengan jelas, terlihatlah olehnya dada dan lengan kekar di hadapannya. Lengan kekar itu sedang merangkul pinggangnya posessif. Gadis itu mengernyit bingung mendapati seseorang tidur seranjang dengannya dan memeluknya. Ia lantas mendongak untuk melihat wajah pemilik lengan kekar itu. Dan betapa terkejutnya dirinya mengetahui siapa yang sedang memeluknya dan tidur bersamanya.
"Pak Arkan?!" gadis yang ternyata adalah Khaira itu, memekik tertahan takut membangunkan pria di hadapannya yang ternyata adalah Arkan.
Deg! Deg! Deg!
Jantungnya serasa mau meledak saat itu juga karena terlalu cepat berdetak. Nafasnya sampai sesak dibuatnya. Wajahnya kini terasa panas. Mungkin saat ini wajahnya sudah merah padam disebabkan malu. Jujur saja, baru kali ini gadis itu dipeluk oleh seorang pria. Dan pria itu tidur bersamanya.
'Ya, ampun! Kenapa Pak Arkan tidur di sini? Itupun sambil meluk gue? Bukannya Pak Arkan bilang, dia bakalan balik ke kamarnya kalo gue udah tidur? Tapi kenapa malah tidur sama gue? Apa yang udah terjadi?' batin Khaira bertanya-tanya lalu memperhatikan keadaan pakaiannya yang ternyata masih lengkap.
"Syukurlah...." katanya bernafas lega karena tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
Dengan perlahan Khaira menurunkan tangan Arkan dari pinggangnya. Ia beringsut lalu duduk di tepi ranjang dengan kepalanya yang masih terasa pusing. Ia berusaha bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ia ingin mandi, karena gadis itu harus mengantar 'Adnan sekolah. Namun belum juga sampai di depan pintu kamar mandi, tubuhnya tiba-tiba oleng hingga ia menubruk meja lemari rias dan membuat suara gaduh lalu membangunkan Arkan.
"Khaira, kamu baik-baik saja? Kamu mau kemana?" tanya Arkan kelihatan cemas saat menghampiri gadis itu lalu membantunya berdiri.
"Saya baik-baik aja, Pak. Tadinya saya mau mandi karena saya kan, harus nganterin 'Adnan sekolah. Tapi kepala saya tiba-tiba pusing dan badan saya oleng, jadinya saya nubruk deh, Pak. Tapi saya nggak apa-apa kok, Pak. Mungkin cuma anemia aja." jawab Khaira panjang lebar dan ia selingi dengan kekehannya.
"Kamu nggak perlu mengantar 'Adnan sekolah hari ini. Biar saya saja yang mengantarkannya. Lebih baik kamu istirahat saja." ucap Arkan, memutuskan.
"Tapi, Pak, saya beneran nggak apa-apa. Saya masih sanggup kok, untuk nganterin 'Adnan sekolah." bantah gadis itu, merasa tidak enak kalau sampai tidak melakukan tugasnya yang sudah seharusnya ia lakukan.
"Kamu yakin? Bukannya kamu masih demam? Coba lihat, suhu tubuhmu masih panas begitu. Jangan sampai kamu pingsan di sekolah 'Adnan dan mengigau memanggil orang sebagai Mama kamu lagi. Kalau hanya menyangka orang lain adalah Mama kamu, itu masih bisa dimaklumi. Tapi kalau sampai kamu minta peluk seperti yang kamu lakukan semalam kepada saya, bagaimana? Apa kamu tidak akan malu?" sindir Arkan.
Tiba-tiba wajah Khaira terasa memanas kembali. Ia benar-benar sangat malu saat ini. Gadis itu tidak habis pikir, kenapa itu bisa terjadi semalam? Lalu memori ketika ia terbangun dengan Arkan yang sedang memeluknya erat, berkelebat begitu aja di kepalanya. Bagaimana bisa Arkan tidur di kamarnya? Seranjang pula! Ia benar-benar bingung, malu, dan terkejut, hingga akhirnya merasa frustrasi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHAIRA (END) PINDAH KE DREAME/INNOVEL
Teen Fiction17+ Cover by : @iam000426 "Hei! Lo mau bawa gue kemana? Sebaiknya lo nggak berbuat macem-macem ke gue!" "Lo tenang aja, deh. Gue yakin, lo pasti bakalan suka dan menikmatinya nanti." "L-lo ma-mau apa?" "Kayak yang udah gue bilang tadi, bersenang-sen...