#1

5.2K 49 1
                                    

Dari balik jendela kamar yang separuh terbuka, aku dapat menyaksikan hujan mulai berjatuhan. Bau tanah basah mulai menjamah. Angin berhembus kencang tetapi aku belum ingin beranjak dari tempatku duduk yang persis menghadap jendela. Untuk kesekian kali layar ponselku kembali berkedip. Aku tahu itu bukan tanda ada telepon atau pesan masuk.

*

Seperti yang kuduga, semua berlalu begitu cepat hingga segalanya menjadi terasa tiba-tiba. Ujian kelulusan sekolah menengah atas, tes masuk perguruan tinggi, ospek, perkuliahan, ujian semester, dan tiba-tiba saja aku sudah kehilangan jejakmu. Padahal kau tidak berjalan di belakangku pula di depanku. Kau berjalan di sampingku, seharusnya.

Aku belum pernah bertemu denganmu lagi semenjak status kita berubah menjadi mahasiswa. Aku sedikit lupa kapan terakhir kali kita bertegur sapa secara langsung. Mungkin saat wisuda, sewaktu prom night berbulan-bulan lalu, atau entahlah. Ku rasa aku benar-benar lupa. Kau tahu, segala yang terlalu mudah terlupakan bisa jadi merupakan hal yang tidak berkesan, tidak penting. Selama ini aku percaya dengan kalimat tersebut. Namun, untuk yang berhubungan denganmu ini sebetulnya aku malas mengakui jika kalimat itu tidak hanya sekadar kupercaya, tapi bahkan kuyakini.

Komunikasi kita di ujung tahun terakhir masa sekolah memang tidak buruk tapi juga tidak bisa dikatakan baik. Kau akui atau tidak, menurutku kita memang sedang tidak baik-baik saja waktu itu. Namun, kita seolah merasa nyaman dalam kepura-puraan masing-masing.

Rupanya tanpa kita sadari kita semakin menjauh satu sama lain. Asik dengan dunia baru masing-masing yang saat itu terasa jauh lebih menarik. Kita tinggal di tempat kos yang sama, kamarmu hanya beberapa langkah dari kamarku, tapi hal itu seakan percuma.

Apa yang salah?

Kita tidak lagi saling mengenali seperti bertahun-tahun sebelumnya. Awalnya mungkin kita hanya ingin mengambil jarak sejenak. Untuk lebih dapat menangkap gambaran yang utuh, yang lengkap. Kemudian setelahnya kita akan kembali rekat dengan pemahaman dan pengertan yang jauh lebih baik lagi. Namun, ternyata kita berjalan terlalu jauh sampai pada akhirnya kita kesulitan menemukan satu sama lain lagi.

*

SEPERTI SEHARUSNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang