Emosi

49 6 2
                                    

Suasana malam seperti pohon rindang dengan terpaan angin yang perlahan. Suasana yang tenang dan sejuk membuat seseorang tidak ingin pergi dari tempat itu. Sesejuk hati seorang gadis yang masih memikirkan masa depannya. Iya berbaring di tempat tidur dengan beberapa buku bukunya. Rata rata buku buku itu berjudul berwira usaha dan motivasi. Buku yang dia harapkan bisa menjadi saksi keberhasilannya nantik. Sesekali dia membaca buku buku itu lalu menutupnya kembali. Rasa bosan yang selalu menghantuinya membuatnya tidak semangat untuk menjadi apa yang diinginkannya. Tetapi seketika dia membaca buku yang berisi motivati motivasi, dia bisa bersemangat lagi untuk meraihnya.
"Jadilah diri sendiri dan jangan jadi orang lain karena orang lain tidak akan pernah jadi seperti kita"
Dia terus membaca kata kata motivasi itu.
"Bermimpi lah setinggi apapun, lalu bangun dan berusaha mewujudkannya"
"Aku masih mempunyai banyak kegagalan,dan aku berusaha..."
Creeeeek!
Suara pintu kamarnya, seseorang membuka pintu itu. Faras menutup bukunya lalu mendongak melihat siapa di depan pintu itu. Seorang pria tinggi menggendong tas di kanan pundaknya
"Kak andree"
Yah itu kakaknya. Kakak satu satunya yang paling dia tunggu tunggu kehadiran nya. Kakak nya jarang sekali dirumah karena pekerjaan yang memaksanya agar tidak pulang kerumah. Kakaknya mendekatinya sambil tersenyum
"Kakak baru pulang?"
"Iyaa ras, kakak baru pulang"
"Trus pergi lagi kapan?"
"Kakak gak tau ras, mungkin besok atau lusa"
"Yah, cepet kali dong"
"Kakak jugak gak tau ras kalo ada panggilan baru kakak pergi lagi, lagian kalo kakak dirumah kamu pasti mintak pajak teruskan sama kakak"
"Hehehe kok tau kak" seketika pipi gadis itu memerah, 
"Tau la, kapan cobak kamu gak mintak pajak sama kakak? Gak pernahkan mintak terus,"
"Iyala, kakak kan Abang" Faras menaik turunkan alisnya
"Ada ada aja kamu ya,kebanyakan nonton kartun kamu dek"
"oya tadi mama sama papa pesen kamu tidurnya jangan malam malam, biar kamu gak kesiangan bangunnya besok"
"Iyaa kak"
"Yauda kakak ke kamar dulu"
Kakaknya pergi dari tempatnya hingga depan pintu kamar faras
"Kak andree"
Andre melihat kebelakang
"Apa lagi dek?"
"Pajaknya mana?"
Andre tersenyum lebar lalu membuka dompetnya. Dia mengambil 2 lembar uang berwarna biru, lalu mendekati Faras kembali sedangkan Faras terus melihat Andre sambil tersenyum malu,
"Nah segini aja ya, anak kecil gak boleh pegang duit banyak banyak"
"Iyauda gapapa, makasih kak"
"Memanglah kamu dek" andre mengacak-acak rambut faras lalu pergi dari hadapan Faras 
Ceklek, pintu tertutup
"Alhamdulillah gajian juga akhirnya gue, walaupun gabanyak, lumayan tambah tambah"
Faras lalu membereskan buku buku di kamarnya dan menyiapkan beberapa buku kosong untuk dibawanya besok. Setelah semuanya selesai dia menulis pesan Line di hpnya

Faras: Nik, lo besok duduk sma gue aja, gue malas kalo harus ngemis  mintak orang lain supaya duduk sama gue.  

Tak beberapa lama kemudian

Niky: oke oke ras:D

Faras: gue tau, sbenrnya Lo mmng brhrp mo duduk sma guekan:v, udh paham gue sama Lo nik

Niky: idih, pede banget lo

Faras: udh la nik akuin aja, gue tau Lo dari dulu,
Faras menutup HP nya dan mendongak tersenyum
"GUE TAU LO SUKA SAMA GUE NIK, TEMEN LO PERNAH BILANG SAMA GUE, CUMAN LO GAK ENAK SAMA DINDA AJA, KARNA KITA SAHABATAN BERTIGA" kata hatinya
Faras tersenyum saat dia tau pertama kali dari temen niky kalau niky sukak dengannya. Namun Faras antara percaya dan tidak, karena gadis itu juga belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.
                           * * *
"Ras kantin yok" ajak Dinda,
Faras melihat jam tangan kesayangannya berwarna silver itu lalu menghela nafas berat
"Gausah la Din, bentar lagi masuk kelas, males gue kalau cuman bentar doang, belum tarok tas lagi"
"Oh gitu, yaudala"
Faras menaik kan satu alisnya sambil melihat kedepan.
Mereka berjalan lambat tanpa tujuan di salah satu koridor sekolahnya. koridor satu satunya yang tertutupi pepohonan rindang di depannya membuat para siswa dan guru guru memperlambat langkah mereka bila melewati koridor itu. Mereka sering menyebut koridor itu dengan emperan PVP.
Dering! Notifikasi BBM Faras berbunyi. Faras langsung mengambil hp dan membukanya
Niky: Lo dimana ras, gue udah di kelas nungguin Lo dari tadi, jadi duduk sma gue apa nggak si?
Dengan segera Faras langsung membalas pesan dengan jari jarinya yang mungil dan lentik itu,
Faras: sabar dong, gue lagi di emperan PVP ni, bentar lagi gue ke kelas, tunggu gue key
Niky: yauda cepet
Faras hanya meread lalu memasukkan hpnya ke saku bajunya
"Hayoo, siapa tadi? Nungguin Lo di kelas lagi" ledek Dinda
"Apasih Lo, siapa lagi kalau bukan fans gue coba" Faras tersenyum jahil
"Niky maksudlo"
Faras mengangguk perlahan,
"Memang aneh ya si Niky itu, banyak pun kawan cowoknya tapi maunya duduk sama Lo"
"Gue yang nyuruh Din, yaudala by gue mau kekelas baru gue dulu"
"Yaelahhh kelas gue jugak baru kalik"
Faras berlari meninggalkan Dinda yang sudah di depan kelasnya.
"Eh ras, kalau ada lagu baru bilang gue ya!!!" Teriaknya
"Okee" Faras berlari sambil melihat kebelakang mengajukan jempolnya 
Bruk!
Dinda kaget dan langsung menuju ketempat faras berada karena melihat Faras menabrak punggung cowok yang sedang berjalan lurus kedepan. Cowok itu membalikkan badan sambil menahan emosinya
"Kalau jalan liat liat dong Lo!"
Faras langsung berdiri dan melihat sumber suara itu sambil membersihkan roknya yang kotor
"Lo yang harusnya Li.." 
"AT LIAT" lanjutnya dalam hati,
Faras terdiam ketika dia melihat siapa yang di tabraknya.
"Masya Allah gantengnya Lo gak berubah ya Farhan" suara Dinda terdengar sangat pelan sambil melihat Farhan.
"Apaan sih Lo Din, ganteng jugak Abang gue dari Lo!" Tunjuknya dengan mata membesar
"Eh dengarya, mau gue ganteng mau gak gadak urusannya sama lo!, Kenapa?? Lo iri kalau gue ganteng?" Farhan membalikkan
"Secara lo jugak cowok" Farhan tersenyum mengucapkannya pelan
"Kurang ajar ya lo, jaga tu mulut"
"Apa Lo bilang? Gue jaga mulut!? Lo tuh harusnya jaga sikap, Gausa kayak anak kecil gitu, maunya menang sendiri, jelas jelas Lo yang nabrak tapi malah Lo yang nyolot" setelah mengucapkan itu Farhan memilih untuk pergi dari sana karena melihat beberapa pasang mata tertuju pada mereka bertiga. Sementara faras merentah menahan emosinya
"Subhanallah, udah keren, ganteng pulak, lengkap kali hiduplo far" Dinda seperti terhipnotis di tempatnya
"Woii!, apasih lo Din, jangan nambah emosi gue disini ya"
"Eh iyaa maaf ras" Dinda tersenyum malu dengan pipinya memerah
"Udahlah, gue mo kekelas" faras melepaskan tangan Dinda dengan keras yang memegang tangannya 
"Faras!!" Dinda berteriak percuma
"Gilak, susah kali si ngurus Lo ras"

"Hai hai, gimana ceritanya:D??
Comment ya dan jangan lupa bintang nya makasih"

A Fleeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang