emosional gadis labil

48 6 3
                                    

"Minggir Lo!, Ngapain Lo depan gue!!"
Farhan yang baru mau menaruh tasnya santai tiba tiba menaruhnya dengan membanting karena menahan emosinya. Tetapi Farhan memilih diam, dan duduk di tempatnya seolah-olah tidak terjadi apa apa
"SABAR HAN, NGELADENIN CWEK KAYAK GINI GADAK HABISNYA KALAU PAKEK CARA KASAR"
Braakk!!! 
Faras memukul meja dari kayu di hadapan Farhan. Karena menimbulkan suara yang keras membuat satu kelas itu melihat pada mereka berdua.
"Kenapa Lo diam!!, Udah habis kata kata Lo buat ngelawan gue ha!!" 
Melihat Farhan yang hanya diam dan sibuk melihat hpnya membuat emosinya hampir tumpah
" Apa Lo mulai takut sama gue karna gadak lagi kawan kawan Lo itu ha!!!"
"Woii ras udah!, ngapain si Lo, dia jugak diam ajakan dari tadi gadak ganggu Lo" teriak niky pada faras
"Tapi nik, eegggh sumpah!!"
Dia menghela napas emosinya yang tak bisa terluapkan sambil berkacak pinggang, sedangkan Farhan hanya diam melihatnya
"Udah sini, ngapain Lo disitu, semua pada ngeliatin Lo begok"
Faras pun menyadarinya, dan dia langsung duduk di tempat duduknya dan tepat  di seberang kanannya tempat duduk farhan,
"Lagian Lo ngapain si nik nyarik tempat duduk sebelahan sama anak itu!!??"
"Gausa marah jugak kali, gue kan jugak gak tau kalo dia duduk situ, lagian kenapa si Lo sama dia?, Dia aja diem dari tadi gadak gangguin Lo" tanya niky sambil mengerutkan jidat
"Udah lah capek ngomong sama Lo"
"Gue lebih capek ngeliatin tingkah Lo yang kayak anak kecil gitu ras" jawab nya pelan karena tidak ingin membuat emosi faras tambah meningkat.
Sementara di seberang sana ada Farhan yang tersenyum tipis melihat faras yang emosi sendiri, 
"KENAK KAN LO SAMA GUE, MEMANG HARUS PAKEK CARA HALUS BUAT NGELAWAN LO ITU YA"
                           * * *
"Selamat pagi anak anak" suara buk Keke yang baru saja terdengar penuh semangat membuat para siswa langsung duduk di tempatnya masing masing. Farhan juga langsung memasukkan hpnya kedalam tas dan duduk serileks mungkin di tempatnya.
"Okee, ibu disini sebagai wali kelas kalian, dan ibu harap kita bisa berkerja sama satu sama lain okee. Apalagi kalau kalian ada masalah, jangan sungkan sungkan untuk menceritakannya pada ibu"
Ibu Keke sebagai wali kelas mereka berusaha menyatukan perbedaan yang ada pada mereka. Setelah beberapa pembicaraan antara guru dan murid struktur kelas mereka pun jugak sudah di bahas melalui voting siswa siswi di kelas tersebut.
"baik, berarti udah clear ya, Farhan sebagai ketua kelas dan faras sebagai wakilnya, bendahara Mita dan sekretarisnya niky"
"Buk kok saya malah jadi sekretaris Sayakan cowok," 
"Mereka sudah memilih kamu untuk dipercaya sebagai sekretaris niky, tugas kamu sekarang jaga kepercayaan yang mereka kasih sama kamu, lagian tulisan kamu kan bagus, jugak gadak salahnya cowok jadi sekretaris niky"
"Ya iya sih bu,, tapikan.." jawabnya pelan antara menerima dan tidak
"Sudah, tidak ada tapi tapi"
"Buk, kok saya malah jadi ketua si buk, nntik kelas ini hancur kalau saya jadi ketua, apalagi wakilnya faras" sambil melihat faras dengan tatapan tajam,
"Memang sengaja kita kita milih kalian berdua, biar kalian itu gak berantem dan bisa kerja sama" Mita angkat suara dan melihat kepada teman temannya sambil tersenyum  menaikkan sebelah alisnya. Mereka bahagia karena semua sesuai dengan rencana mereka. Tetapi tujuan mereka melakukan itu bukan untuk membuat Farhan dan faras itu akur, tapi biar mereka bisa ribut karena antara ketua dan wakilnya tidak dapat bekerja sama.
Mitapun juga ingin menjadi bendahara hanya agar dia bisa mengambil uang kas untuk membeli kuota dan bilang pada mamanya kalau duitnya hilang, jadi mama nya wajib mengganti uang kas itu.
"Apa Lo bilang?? Biar gue bisa kerja sama sama dia?? Mustahil asal Lo tau itu!!"
"Iyauda si, gadak jugak yang mau kerja sama sama Lo!!!" Suara Farhan makin tinggi karena tidak terima,
"Sudah sudah, jangan berantem, ibuk setuju sama Mita,"
"Gak bisa gitu dong buk"
"Iyaa buk, gak bisa gitu la buk"
"Lo Gausa ngikut gue ngomong bisa gak!!"
"Eh , Lo jadi cewek gak usah ngajak gue ribut disini ya!, Gue gak ngikut Lo ngomong, memang gue mo ngomong kek gitu dari tadi"
"Yauda Lo.."
"Sudah sudah jangan ribut!, ibu gak mau tau pokoknya kalian harus bisa kerja sama buat ngamanin dan jaga kelas ini"
"Tapi.." jawab mereka serentak
"Gadak tapi tapi" jawab niky pelan sambil menahan tawanya
"Diem Lo nik!!" Faras berbicara dengan nada tinggi
"Okee , mungkin itu aja dari ibuk, habis ini kalian istirahat. Kalau dengar Bell setelah istirahat, itu tanda kalau kalian boleh pulang okee, besok kalian udah belajar seperti biasa,"
Suara sorak bergembira pun mulai terdengar. Bu Keke juga sudah meninggalkan kelas dan membiarkan perdebatan yang terjadi pada mereka.
Sebenarnya bu keke dan guru guru lain sudah tahu jika mereka tidak pernah akur. Guru guru pun juga mengetahui bahwa sebenarnya Farhan itu siswa yang baik dan bertanggung jawab, hanya karena salah pergaulan saja yang membuatnya jadi seperti itu.
Makanya guru guru sepakat untuk memisahkan kelas Farhan dengan teman temannya dan mensamakan kelasnya dengan faras untuk membuat mereka bisa akur.
                           * * *
"Kita tunggu Dinda di sini aja nik, biar Dinda yang kesini tadi gue udah bilang sama dia" 
"Oh Yauda"
Mereka menunggu Dinda di depan kelas mereka. hati faras yang kacau membuat suasana di tempat itu terasa hambar. Faras hanya melihat hpnya dan membiarkan niky begitu saja.
Seketika mata faras melihat pada sepatu seseorang yang berjalan di depannya dengan tatapan sinis hingga sepatu itu tidak bisa dilihatnya lagi karena faras sedang menunduk menghadap hpnya. Dia sudah malas menghadapi Farhan hari ini. 
Farhan juga tidak melihatnya, dia hanya menatap lurus kedepan
"UDAH CUKUP LO BUAT GUE EMOSI HARI INI" Ucap hatinya setelah Farhan berlalu dari hadapannya,
Faras mengganti posisi duduknya yang menandakan dia tidak nyaman dengan suasana tadi.
"Hhmm hhmmm, kok gue tiba tiba batuk ya"
"Gak usah mulai ya lo nik" faras memutar bola matanya dengan malas ke arah niky. Niky tersenyum aneh seperti takut kalau faras marah padanya,
"Hay Hay, kangen gak sama gue??"
Seketika itu pula Dinda datang dan berhasil mencairkan suasana di sana. Melihat Dinda sudah datang faras memilih untuk tidak melanjutkan tatapan malasnya kepada niky dan memasukkan hpnya kedalam saku bajunya lalu mengajak pergi mereka dari tempat itu.
                           * * *
"Gue lagi malas ke kantin nih, jadi kita duduk disini aja ya" faras berbicara sambil melihat jam tangannya, lalu duduk di bangku pinggir lapangan sekolahnya.
"Atur Lo ajala" jawab dinda.
Faras memasang sebelah hadsead di telinganya dan memberikan sebelahnya pada dinda. Mereka berdua mendengarkan lagu K-Pop yang ada di HP faras. Niky yang mengira jika faras marah padanya memilih diam dan memilih melihat bagaimana para OSIS mengenalkan lingkungan sekolah pada adik kelasnnya ditengah-tengah lapangan itu.
"Nik, gue haus Lo beliin gue minum dong" faras menyuruh niky dengan santai nya. Niky yang kaget faras mengajaknya bicara langsung tersenyum bahagia.
"Yauda gue beliin"
"Nah uangnya, 3 ya, Dinda sama Lo jugak"
"Gausa, pakek duit gue aja"
"Sok nolak Lo nik" bicara Dinda asal
"Jan gitu Din, nih nik pakek ini aja, kmaren lo kan udah bayarin kita, gue tau itu duit jajan Lo seminggukan"
"Udah gapapa masih ada kok duit gue"
"Udah ini, kmaren gue baru gajian"
Faras mengambil tangan niky dan menaruh uangnya,
"Yaudala gue belik dulu"
"Oke hati hati" 
Faras dan Dinda lanjut mendengar lagu dan bernyanyi sesuka hati mereka. Faras memang mudah sekali berganti mood, entah apa yang membuatnya seperti itu.
                           * * *
"Makasih bude"
"Sama sama dek"
Setelah membeli minuman Niky berjalan di sepanjang kantin sekolahnya, 
"Woii niky, come here"
Niky langsung melihat ke sumber suara dan mendekatinya,
"Iyaa, kenapa manggil gue??"
"Lo mending gabung sama kita kita, dari pada sama cowok resek di sekolah ini" Tanya Riki dengan seenak jidat sambil memakan makanannya,
Niky mengerutkan jidatnya
"Faras maksud Lo"
"Ya iyalah siapa lagi" sambung Farhan ngegas
"Gak ah , gue sama mereka aja"
Niky langsung pergi dari tempat itu dan membiarkan mereka berkicau,
"Woii, Lo di ajakin baik baik ngelunjak ya"
"Udah Rik, itu hak dia begok " tahan Farhan, 
"Kayaknya dia ada perasaan sama si faras" Fiki angkat suara yang menebak asal
"Iyaa, gue juga ngerasa gitu" sambung eka
Farhan dan kawanannya trus melihat niky pergi dari sana hingga tak terlihat lagi,
                          * * *
"Nah, minumannya ras, din"
"Makasih nik, gue haus kali sumpah, serak ni tenggorokan gue"
"Kek mana gak serak, Lo dari tadi kan marah marah aja"
Dinda yang mendengarnya langsung terdiam dengan mata membesar
"Lo marah marah lagi ras??, Sama si Farhan lagi??, Gilak Lo sumpah",
"Apasih Lo Din, harusnya Lo tu belain gue bukan dia,"
"Iya.. gue gak belain dia jugak, tapikan lo.."
"Udahlah we Gausa di bahas, Din asal lo tau ya, masak si faras jadi wakil ketua, dan gue jadi sekretaris , kebalek gak tu"
"Hahahaha Lo jadi sekretaris ??" Dinda melihat niky dari bawah hingga atas seperti sedang menilai dengan tatapan heran
"Cocok si memang hahahaha"
Suasana yang kental dengan bercandaan seolah olah membuat mereka sejenak terlupa akan permasalahan yang mereka hadapi.
Niky jugak memilih untuk tidak menceritakan apa yang terjadi di kantin tadi, karena dia tau faras pasti tidak akan terima dengan apa yang yang Riki bilang.
"Lagian kalau faras jadi sekretaris kan jugak lucu nik, Lo tau la tulisan dia kayak mana"
"Iya betul, kalo guru baca aja tuh harus pakek kaca pembesar trus di deketin 2 centi dari bukunya biar keliatan tulisannya"
"Parah Lo berdua, gitu gitu bagus kan tulisan gue??, Lagian gue nulis sekecil gitukan biar muat banyak jadi hemat"
"Bagus kok ras, bagus kali malahan"
Mereka tertawa dengan bercandaan mereka yang sebenarnya hanya pembicaraan kosong
"Kayaknya Lo teropsesi kali ya sama jiwa Lo yang pengen jadi pengusaha itu ras" 
"Oh ya iya dong, kalau mau jadi pengusaha, kita itu harus selalu berfikir bagai mana caranya mengeluarkan modal yang sedikit tapi keuntungannya itu besar" faras memulai kedramatisan sok bijaknya itu
"Hahahaha" Dinda dan niky menertawakan faras, 
Faras juga tidak menganggap nya serius tertawaan mereka karena dia tau kalau dia itu memang terlalu dramatis.

A Fleeting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang