Zero - Hello,

89.9K 7.6K 405
                                    

Aku Hanna atau mungkin Oh Hanna anak sulung dari keluarga Oh.

Ya, kalau ini layak dipanggil sebuah keluarga.

Keluarga ku kaya, tapi tak pernah ada cukup cinta disini.

Mommy? dia tak pernah memberikan sedikit saja perhatiannya kepada kami, atau mungkin ia tak pernah menganggap kami ada disekitarnya.

Daddy, adalah orang yang sibuk jadi mungkin ia lupa bahwa ada kami disekitarnya.

Kami? untuk kau yang bertanya, ya disini ada aku dan adik lelaki ku.

Usianya baru 10 bulan saat ini, dan dia akhirnya diasuh olehku dan bibi yang dipekerjakan oleh daddy yang bahkan tak pernah berbicara denganku seumur hidup.

Meski umurku masih 10 tahun, tapi aku cukup mengerti kenapa aku harus mengasuh adik lelaki ku.

Mommy dan daddy menikah, saat usia mereka cukup muda, saat itu aku baru berusia 5 tahun sedangkan daddy yang mana saat itu baru sebulan dilantik menjadi Direktur berusia 20 tahun.

Mommy, mengaku telah hamil anak daddy dan membiayai ku seorang diri saat itu. Ya, membiayai tanpa pernah mencurahkan kasih sayangnya sedikit pun padaku.

Kau pasti bisa menebaknya. Awalnya daddy dan keluarganya tentu tak terima, keluarganya sangat terhormat. Tetapi wanita yang tak tahu malu yang mana adalah mommy terus bersikeras jika aku adalah anak mereka berdua, dan entah bagaimana tes DNA yang dilakukan pun mengatakan hal yang demikian.

Daddy menerima dan mengakuinya, meski kurasa ia juga yakin tak pernah melakukannya.

Kau tahu apa yang janggal kan? daddy berusia 15 tahun saat itu dan mommy 17 tahun. Aku meragukan kalau daddy tertarik untuk berkencan dengan gadis yang lebih tua, melihat bagaimana ia menatap asing mommy saat kami memasuki ruangan kerjanya.

Mommy berdalih kalau saat itu daddy sedang mabuk, yang tentu saja itu tidak mungkin. Tapi melihat bagaimana tak tahu malunya mommy menggunakan aku sebagai alat pengakuannya kupikir itu yang membuat daddy kemudian pasrah.

Keluarganya? oh tentu saja sangat marah, aku sering memergoki entah teman atau keluarga daddy tengah berdiskusi didalam ruangan kantor miliknya setiap kali aku dipaksa mommy untuk ikut kesana.

Keluarga daddy yang amat marah pada mommy entah mengapa tak pernah marah padaku, mungkin karna usiaku.
Tapi nenek memang tak pernah marah atau memandang rendah diriku sejak aku pertama kali menginjakkan kaki dirumahnya bersama supir yang diperintahkan untuk mengantarku.

Aku bisa melihat nenek tertegun sesaat setelah aku selesai membungkuk hormat padanya, tak lama kemudian beliau memeluk ku.

Setidaknya ada seseorang yang menerimaku.

Ia tak pernah mengungkit apapun dan selalu memintaku untuk datang kembali, tentu saja mommy senang. Meski aku tahu kehadirannya tak disambut oleh nenek yang hanya terfokus padaku.

Kakek juga sangat hangat, ia senang memelukku dan menceritakan berbagai hal tentang daddy yang tak ku ketahui, seperti masa kecilnya, kebiasaanya, kesukaanya.

Sampai akhirnya mommy dan daddy menikah.

Yang artinya aku harus disembunyikan dari hadapan umum, hanya sedikit orang yang tahu aku adalah anak daddy.

Nenek dan kakek lah yang dengan senang hati menampungku selama itu, mengajarkanku banyak hal dan memberiku banyak cinta. 5 tahun cukup sebentar sampai aku kemudian di bawa kembali oleh mommy untuk tinggal bersama mereka.

Saat aku tiba, aku tahu apa yang membuat mommy membawaku bersamanya setelah selama 5 tahun aku seolah-olah tak pernah ada.

Ya, adik lelaki ku.

Umurnya baru 8 bulan, dan ia telah diasuh oleh bibi yang untungnya sangat baik pada kami. Tentu saja, aku mengambil alih mengurusnya meski tetap dibantu bibi.

Sebuah bentuk tanggung jawab pada adik lelaki ku yang harus memiliki orang tua seperti mereka.

Tapi, ketenangan dan keacuhan dirumah ini tak bertahan lama. Cukup terkejut melihat mommy muak dengan semua yang telah ia perbuat sendiri, pertengkaran antara si tak tahu malu dan daddy -yang ku tahu sangat sibuk dan tak peduli- pun tak terelakkan.

Daddy mulai mempertanyakan keabsahan adik lelaki yang bahkan tak pernah terpanggil namanya satu kalipun oleh bibir mereka, mungkin namaku juga tidak.

Dalih mommy pun semakin banyak, mengakui jika saat itu daddy yang bahkan kamarnya terpisah dengan mommy kembali mabuk dan melakukannya.

Tapi daddy sudah sangat muak dengan semuanya, dari ekspresi yang kulihat pada wajahnya di setiap pertengkaran mereka.

Hingga akhirnya daddy memutuskan untuk menceraikan mommy.

Seperti yang aku bayangkan, mommy memang tak menentangnya. Tapi apa yang dimintanya dalam perceraian ini membuat aku mensyukuri kedewasaan diumurku yang ke-10 tahun.

Ia ingin, hak asuh jatuh ke pihak daddy. Tapi bila daddy tak mau ia dapat 'menaruh' kami ke panti asuhan.

Namun aku juga bersyukur sebab adikku masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya, jadi cukup aku yang bernasib malang.

Mungkin juga daddy, yang hartanya dirampas dalam jumlah besar sebagai salah satu tuntutan mommy dalam perceraian mereka.

Setidaknya tersisa perasaan lega, karena mommy berkata tidak akan kembali lagi setelah mendapat yang ia mau.

Tapi entah apa aku boleh ikut merasa lega, setiap memikirkan bagaimana nasib aku dan adik kecilku ke depannya.

Daddy, tidak membicarakan apapun seperti biasanya. Bahkan setelah sidang perceraian mereka usai.

Ini terasa lebih menyedihkan, dari pada jika daddy mengatakan lebih baik kami berada di panti asuhan.

Iya kan?

Iya kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Daddy's Complex • Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang