Langkah kaki Sehun berat, tangannya yang layu membawa bouquet Iris kesukaan putri kecilnya.
Wajah Sehun sendu tapi sebuah senyum menghias tipis disana, sebentar lagi ia akan bertemu putrinya.
Kaki jenjangnya membawanya semakin dekat dengan tempat yang selalu ia kunjungi setiap harinya, tempat dimana putri kecilnya berada.
Ia membuka pintu ruangan itu pelan, menembus kesunyian ruang dingin itu. Meletakkan bouquet Iris baru sedangkan tangannya yang lain memungut bouquet yang lama, matanya tak beralih pada wajah gadis kecilnya yang terbaring damai.
Hanya ia dan Hanna diruang ICU ini.
"Daddy datang" Sehun tersenyum hambar, mengejek dirinya sendiri yang dulu menatap Hanna seolah tak pernah ada.
Ternyata sesesak ini rasanya, gumam batin Sehun sementara tubuhnya membawa ia duduk disisi putrinya.
Mengelus surainya lembut dan memberikan kecupan kecil yang dulu tak pernah sempat ia berikan, air matanya leleh perlahan.
"Hanna tolong berikan daddy kesempatan untuk perbaiki semuanya, ya?" tanya Sehun terus-menerus selama dua bulan ini, dan hanya keterdiaman yang menjawabnya.
Matanya ia bawa menyusuri paras malaikat Hanna, mengelusnya perlahan seolah Hanna bisa tersakiti oleh sentuhannya.
"Apa kau sudah benar-benar lelah, hm?" suara Sehun bergetar, ia menundukkan kepalanya sejenak.
"Apa kau sudah sangat ingin pergi meninggalkan daddy sekarang? Hanna, kenapa tak ingin berjuang sekali lagi untuk Hanse dan daddy?" keluh Sehun kemudian ia mengusap wajahnya yang lelah, dengan lemah ia mengambil sebuah surat dari balik saku jasnya. Surat yang selalu dibawa kemanapun ia pergi sejak dikirimkan padanya 2 minggu lalu.
Ia membuka surat itu tanpa membacanya, ia sudah membacanya ratusan kali hingga dadanya ingin pecah karena rasa sesal yang menyesakkan.
Tangan yang membawa surat itu bergetar, air matanya luluh. Pikirannya melayang pada Hanse, yang hari ini akan berulang tahun.
Sehun menutup matanya, lalu menarik nafas.
"Daddy sungguh tak ingin menghadiahkan kematianmu untuk ulang tahun pertama Hanse" lirih Sehun, airmatanya terus menetes.
Malam itu.
Malam dimana Hanna tak lagi merespon pelukannya adalah malam dimana Hanna dinyatakan koma.
Seharusnya ada perkembangan yang terjadi pada putri pertama keluarga Oh ini, tapi gadis itu sepertinya telah menyerah.
Tanda vitalnya semakin menurun, dan tak ada tanda-tanda Hanna akan terbangun dari tidur panjangnya itu.
Suho dan Lay mencoba membantu semaksimal mungkin, namun sebuah surat keputusan pencabutan alat penunjang hiduplah yang saat itu datang ke meja kantornya dari para dokter senior dirumah sakit ini.
Sehun tak bisa berkata apapun, melakuan apapun atau memikirkan apapun. Hatinya berdenyut nyeri dan pikirannya buntu. Mau seperti apa lagi Tuhan ingin menghukumnya.
Kini hidup putrinya bahkan sudah berada pada keputusannya.
"Haruskah daddy menyetujui ini?" tanya Sehun sekali lagi, tapi tetap tak ada jawaban untuknya.
"Hanna ingin istirahat ya? tak apa, daddy tahu. Tenang saja, daddy akan menjaga Hanse untukmu" Sehun melipat surat di tangannya dan berdiri.
Menunduk sedikit untuk mengecup kening Hanna.
"Daddy menyayangimu, maafkan daddy yang tak pernah perduli pada kalian. Kau adalah gadis yang paling kuat yang pernah daddy temui, daddy bangga padamu" bisik Sehun pada telinga putri cantik yang tanpa sadar sudah ia sayangi sejak mereka pertama kali bertemu.
"Hari itu saat kau datang pertama kali bersama mommy, kau tahu..." Sehun menatap Hanna lekat-lekat dengan matanya yang memerah.
"Aku menerima mommy bukan untuknya tapi untukmu. Terimakasih sudah menjaga Hanse dan menyayanginya selama ini, Hanse sangat menyayangimu" airmata Sehun luruh lagi dan lagi tanpa tahu sepasang mata yang terpejam itu turut meneteskan setitik airmatanya disana.
Pintu terbuka, Suho dan Lay disana dengan wajah yang sama sendunya seperti ia. Sehun menoleh, memberikan sebuah senyum tulus.
"Hyung, terimakasih sudah menjaga Hanna untukku selama ini" ucap Sehun pada kedua sahabatnya itu "Aku tak akan bertanya rahasia apa yang dimiliki putriku bersama kalian..." Sehun menoleh pada putri kecilnya yang damai
Ini saatnya ia mengambil keputusan dan menutup lembaran perjuangan putri sulungnya itu.
"Ia memang anak yang berbeda, hingga membuatku tak sadar bahwa sejak dulu aku sudah menyayanginya" lanjut Sehun dengan kekehan yang terdengar menyedihkan.
"Sudah saatnya ia beristirahat" tutup Sehun dengan sebuah senyum lemah.
Mengusap jemari Hanna untuk terakhir kalinya.
"Hanna, daddy menyayangi mu..."
Sehun berbalik pergi namun genggaman lemah dari tangan mungil yang sudah tak meresponnya sejak dua bulan lalu kini menggenggam jemarinya.
Mata yang selalu hadir di mimpinya itu perlahan terbuka dan menatapnya dengan tatapan yang sangat ia rindukan.
"Daddy..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daddy's Complex • Oh Sehun
FanfictionDistorted truths, the lies that were taught. [Oh Sehun] ©annatashastella2017