Perawatanku menjadi lebih lama daripada yang diperkirakan, dan semua karna luka dan lebam yang menghiasi tubuhku.
Daddy masih tak tahu mengenai hal ini, meskipun ia mulai menganggap kami ada. Namun, daddy adalah orang yang sangat sibuk dan kurang peduli, kurasa mungkin karena ia tak mengerti.
Ia harus menjadi seorang ayah diumur yang sangat muda, jadi aku memakluminya.
-
Aku menoleh pada jendela kamar rawatku yang terkena tetesan air hujan, lalu pada adikku yang tertidur di pelukanku.
Hanse tak bisa lepas sedikitpun dari ku meski aku tengah dalam perawatan, membuatku sedikit khawatir jika ia jatuh sakit. Syukurlah para perawat dan bibi banyak membantuku disini.
Pintu terbuka dan aku melihat Dr. Kim tersenyum padaku diujung pintu, lalu menguncinya seperti biasanya.
Ia mengamati Hanse yang tertidur di pelukanku, senyumnya berganti dengan pandangan yang tak dapat diartikan.
"Kau ingat kalau kau belum bisa melakukan pekerjaan berat kan?" aku menghela nafas dan memejamkan mataku sejenak
"Aku akan berusaha menguranginya sedikit demi sedikit Dr. Kim" elakku yang mendapat dengusan kasar dari Dr. Kim
"Bahu dan perutmu terluka cukup parah dan jangan lupakan luka di punggungmu yang dapat terbuka kapan saja Oh Hanna, berapa kali aku harus mengingatkanmu tentang itu!" suara Dr. Kim sedikit meninggi, membuatku secara refleks menutup telinga kecil Hanse.
"Sstt... Dr. Kim Hanse baru saja tertidur" aku mengelus surai lembut adikku yang terlelap damai, menemukan Dr. Kim menatapku dengan pandangan memohon.
"Kumohon perhatikan dirimu sendiri juga Oh Hanna, umurmu baru 10 tahun. Aku tak tahu bagaimana bisa tubuhmu menahan rasa sakit seperti ini, tapi kumohon jangan memaksakan tubuhmu lagi, hm?" Dr. Kim menatap kearah kami dengan tatapan angelicnya.
Dokter muda itu sedikit membungkuk untuk mengelus rambutku, aku bisa merasakan ia sedikit kesal pada luka-luka yang tak terbalut perban dengan paksaanku.
"Untuk itu biarkanlah kami melakukan MRI Scan padamu, oke?" pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu diucapkan oleh Dr. Kim sejak ia mendengar ceritaku.
"Sudah kukatakan berulang kali Dr. Kim, daddy akan curiga kalau melihatku keluar dari ruangan ini" tolakku untuk kesekian kalinya.
Meski aku tak yakin apa daddy peduli tentang itu, aku hanya takut mendengar hasilnya.
"Jika karena alasan itu, aku akan mengalihkan perhatian ayahmu. Jadi kau bisa mengikuti MRI Scan ini" tegas Dr. Kim lalu mengeluarkan ponsel disaku jas dokternya.
Aku hanya bisa menautkan jemari-jemari kecilku di antara pelukanku dan Hanse.
Jujur saja, Daddy tak akan peduli pesimis batinku sedang pandangan ku yang menunduk sepertinya menarik perhatian Dr. Kim yang selesai dengan ponselnya
"Aku akan membantumu melewatinya, jangan khawatir" tangannya yang lembut menggenggam jemariku yang masih terbalut perban.
Aku mendongak, menatap matanya dengan sirat ketakutan anak 10 tahun yang telalu cepat dewasa. Dokter muda itu mengusap tanganku sembari tersenyum lembut, membuat keraguanku sedikit menghilang.
"Baiklah, aku akan melakukan MRI Scan itu" putusku final dengan anggukan diakhir.
Dr. Kim mengelus pucak kepalaku sekali lagi dengan senyum, merasa lega.
Aku hanya bisa berharap, masih tersisa sedikit kebaikan Tuhan untukku..
Setidaknya sedikit..
Seperti yang Dr. Kim katakan, ia berhasil mengalihkan perhatian daddy. Tentu saja, daddy terlalu sibuk untuk sekedar curiga.
Aku menatap jemari tanganku, seperti yang telah kulakukan sedari tadi sembari menunggu para perawat disekitarku yang sedang sibuk melepaskan alat-alat yang menempel antara ranjang dan tubuhku.
Aku merasakan usapan lembut di pucuk kepalaku, menyadarkanku dari lamunan singkat tadi. Aku mendongak, Dr. Kim menatapku dengan sorot teduh.
"Kau bisa. Tidak. Kita bisa" Dr. Kim menangkup tangan mungilku, matanya yang terselip rasa khawatir.
Para perawat berhenti bekerja membuat kami menoleh, diam-diam aku menarik nafas pasrah lalu menuruni kasur menuju kursi roda yang telah tersedia. Dr. Kim mengambil alih kursi roda dan membawaku keluar dari kamar rawatku menuju ruang MRI.
Ruang MRI telah siap, semua orang disana menungguku. Dr. Kim membawaku lurus menuju alat scan besar itu dan meminta waktu sejenak untuk kami.
Ruangan tertutup, hanya ada kami sekarang. Aku di naikkan keatas kasur tinggi itu dan Dr. Kim mensejajarkan tubuhnya padaku.
"Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu. Jangan khawatir, oke?" ia menggengam bahu ku dan meremasnya lembut, aku membawa mataku padanya.
Dia bahkan lebih gelisah daripada aku..
Aku hanya menangguk lemah, membuat Dr. Kim sedikit tersenyum. Ia menginstruksikan ku untuk berbaring, lalu meninggalkan aku didalam.
Aku menatap kosong ke depan, ruangan ini temaram dan tanpa suara. Hanya hembusan nafasku yang membuatku muak, tak bisakah mereka berhenti?
Suara mesin berdengung membuatku berhenti bertengkar dengan batinku, aku memejamkan mataku pelan.
Apa sudah saatnya menyerah atas segalanya sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daddy's Complex • Oh Sehun
FanficDistorted truths, the lies that were taught. [Oh Sehun] ©annatashastella2017