Mataku terpejam tetapi aku masih dapat mendengar suara pintu yang terbuka dan ketukan sepatu yang mendekatiku.
Mataku terbuka perlahan, menemukan Dr. Kim berdiri di samping kursi ruang rawatku. Matanya merah, sepertinya hal buruk kembali terjadi padaku.
Aku mengerjap dan menatap pada jendela yang menunjukan langit beralih gelap, Dr. Kim masih memandangiku. Senyumnya sangat lemah, sepertinya ia tak bisa tersenyum sekarang.
"Kenapa kau menahannya sendirian Hanna.." gumam Dr. Kim pelan, masih dapat terdengar olehku di kamar rawat yang hening.
Aku masih asyik memandangi langit sore berusaha untuk tak melihat wajah Dr. Kim yang pias,
"Tolong jelaskan saja apa yang terjadi padaku Dr. Kim" lirihku putus asa, Dr. Kim menggeleng lunglai padaku, aku membawa wajahku menatapnya.
"Seharusnya aku tidak menyanggupi permintaanmu waktu itu, aku tak bisa lagi" Dr. Kim kemudian berpaling dan aku mencoba menangkap lengannya dengan tanganku. Dr. Kim menoleh padaku dan wajahnya nampak sangat menyesal, aku menggeleng lemah.
"Tidak, ayahmu harus tahu Hanna... Semua ini harus dihentikan, mereka harus mendapatkan hukumannya" Dr. Kim menolakku, tanganku menggenggamnya semakin erat.
"Tidak ada yang bisa kupercaya selama ini Dr. Kim kumohon tetaplah diam, kehadiranku dan Hanse sudah banyak menimbulkan masalah untuk daddy beserta keluarganya" jelasku dengan suara serak, tangan Dr. Kim menggenggam tanganku putus asa.
"Aku tak bisa Hanna, Demi Tuhan aku tak bisa tetap diam seperti ini!" frustasi Dr. Kim, aku menatap matanya yang semakin memerah menahan tangis.
Ah, sepertinya kondisiku cukup parah.
"Kau adalah anak sahabatku, aku tak seharusnya menyembunyikan ini dari sahabatku sendiri" aku menggeleng, setetes air mataku akhirnya.
"Karna aku adalah anak sahabatmu, kau seharusnya tetap diam. Sudah cukup semua masalah yang terjadi karna kehadiran kami, kumohon jangan lagi" aku menjeda untuk mengumpulkan nafasku yang berat.
"Aku sudah cukup lelah Dr. Kim, jangan libatkan daddy kumohon. Kau sudah berjanji untuk tak menyerah atasku" Dr. Kim memalingkan wajahnya.
"Keluarga daddy sudah berbaik hati pada kami, Dr. Kim dan ini adalah harga yang harus aku bayar seumur hidupku" air mataku kembali mengalir saat sekelebat bayangan Hanse memenuhi fikiranku.
Kami termakan diam, saling menenangkan pikiran masing masing. Untukku, aku sedang menyiapkan diriku sendiri untuk kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.
Pintu terbuka dan aku melihat daddy memasuki ruang rawat dengan ujung mata ku. Dr. Kim masih setia memalingkan wajahnya dan aku juga tak ingin menatap daddy saat ini, membuat kerutan terlihat di dahi putih daddy yang sedikit tertutupi helaian rambutnya.
Sebelum daddy sempat bertanya, Dr. Kim sudah bergerak terlebih dahulu. Seolah mencegah berbagai pertanyaan keluar dari bibir daddy.
"Saya akan kembali lagi besok pukul sepuluh, jangan terlalu lelah dan banyak pikiran nona Oh. Saya akan meminta perawat untuk mengantarkan obat malam anda" ucapnya buru buru sambil menuju pintu
"Selamat malam Sehun-na dan Hanna" tutupnya diujung pintu lalu menghilang tanpa menunggu jawaban dari kami. Daddy menatap bingung pada pintu yang tertutup sedangkan aku berbalik memunggunginya, menolak untuk berbicara maupun menjelaskan.
Kurasa daddy cukup mengerti, ia hanya duduk dihadapan meja lain di dalam ruang rawat lalu mulai bekerja. Aku meliriknya tak lama kemudian, sekedar ingin bertanya keadaan Hanse meski aku tahu ia sedang bersama bibi dirumah.
"Hanse baik-baik saja, aku sudah melihatnya sebelum kemari" gumam daddy sedikit mengejutkanku, aku menoleh pada daddy yang masih terfokus pada laptop. Diam-diam tersenyum samar lalu memeluk tubuhku sendiri dan memejamkan mata sejenak.
Hari ini adalah hari pertama aku mendengar Daddy memanggil nama adikku.
Kuharap ia juga akan menyayangi Hanse seperti aku telah menyayangi adikku selama ini..
Daddy menoleh padaku sejenak saat aku membuka kelopak mataku, hanya diam dan menatap. Melihat daddy seperti sedang memikirkan sesuatu, dan aku mulai gelisah dengan prasangka burukku sendiri.
Pintu kembali terbuka dan seorang perawat tersenyum ramah pada kami, mendorong troli makanan beserta obat obatan untukku. Aku melihat pada troli itu dan menemukan obat-obatan baru disana, ternyata benar kondisiku semakin parah.
Aku menerima sendok yang diberikan perawat itu dan mulai menyantap buburku. Makan secara perlahan karena perutku terasa sakit di area dimana lebam-lebamku berada.
Aku menatap tangan terbalut perban yang memegang sendok dengan perasaan miris, rasa lapar terkadang tak terasa olehku terkalahkan oleh rasa sakit yang selalu mendera di tubuh yang dipenuhi lebam dan memar serta luka-luka goresan.
"Apakah ada yang sakit nona?" tanya perawat yang sedari tadi mengawasiku, ia pasti membaca ekspresi yang selalu kutahan selama ini. Daddy mengalihkan atensinya padaku, membuatku menggeleng lemah pada perawat tadi.
"Tidak, buburnya agak panas tadi" bohongku dan tersenyum pada perawat tadi yang membantuku mengambilkan segelas air.
Ah, aku sungguh memerlukan obat-obatku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daddy's Complex • Oh Sehun
FanficDistorted truths, the lies that were taught. [Oh Sehun] ©annatashastella2017