Fifteen - and the memories

28.5K 4.9K 344
                                    

Daddy menjadi orang yang berbeda, dan aku menyukainya.

Ia ikut dirawat setelah aku dipindahkan di kamar rawatku dulu, daddy bersikeras ingin tetap disekitarku meski Dr. Kim memaksanya dirawat di ruang lain akibat gejala kurang gizi dan tubuhnya yang kurang istirahat.

Aku menoleh padanya lamat walau tubuhku terasa kaku karna tak bergerak selama tidur lelap itu, daddy tampak bahagia.

Binar matanya ceria meski wajahnya kuyu dan semakin tirus, aku merapatkan diri ke sisi kasurnya. Daddy bahkan meminta Dr. Kim merapatkan ranjang rawat kami demi tetap bersamaku.

Daddy menunduk mencoba menatap ku.

"Daddy tak hidup dengan baik..." gumamku lirih menerka betapa kurusnya daddy sekarang, daddy memelukku dan menumpukan dagunya pada helaian rambutku.

"Daddy tidak akan hidup dengan baik tanpamu.." balas daddy dengan gumaman yang sama lirihnya.

"Terimakasih sudah bertahan selama ini..." helaian rambutku terasa di elus dengan lembut dan kemudian terasa basah oleh tetesan airmata.

"Daddy tak akan menyia-nyiakannya lagi"








Tidur lelap membuat daddy pulih dengan cepat.
Setelah menerima perawatan tadi, kini ia sudah berada diluar untuk menyelesaikan urusannya dengan dokter senior di rumah sakit ini. Entahlah, memangnya apa yang terjadi?

Aku juga tak melihat Hanse dari tadi, sedangkan Dr. Kim dan Dr. Zhang menjadi cukup sibuk sejak terbangunnya aku tadi. Mereka kini turut bersama daddy diluar.

Aku menatap jemariku yang sudah bersih dari sayatan pecahan kaca meski mereka masih berbekas samar, bibi turut menemaniku tanpa berbicara banyak.

"Tegakkan wajahmu bi.. aku sudah tidak apa-apa, bagaimana kabar putramu?" tegurku, bibi mengangkat wajahnya dan ia nyaris menangis menatapku.

"Putraku selamat nona... terimakasih banyak... benar-benar terimakasih banyak..." bibi menunduk dalam-dalam

"Saya benar-benar senang anda bangun kembali" lanjut bibi haru dan aku tak bisa tak terkekeh melihatnya, aku merentangkan tangan meminta pelukkan darinya.

"Syukurlah, kuharap kalian selalu baik-baik saja.. " gumamku dalam pelukkan bibi.

"Tuan Oh seharusnya memberi saya hukuman yang sangat berat, kenapa nona mencegahnya?" bibi masih menatapku haru meski ia tampak sedih atas perkataannya.

Aku tersenyum kecil dan melirik pada bouquet Iris yang ikut dibawa ke ruang rawatku.

"Aku tahu kejadian itu bukan kemauan bibi, lagipula aku dan Hanse... kami sangat menyayangimu... bibi adalah orang yang baik, itu yang aku dan Hanse percayai darimu" ucapku lalu tersenyum tulus, bibi kembali membungkuk mengucapkan rasa terimakasihnya padaku.

"Tapi bi? dimana Hanse? kenapa daddy tak bersamanya?" tanyaku penasaran, ada rasa khawatir bagaimana adikku tumbuh tanpa aku berada disekitarnya.

Bibi tersenyum kemudian menyentuh tanganku lembut.

"Tuan Oh benar-benar kacau saat nona dinyatakan koma, oleh karna itu sementara Hanse akan dibawa pergi sampai keadaan Tuan Oh pulih kembali"

"Dibawa pergi? oleh siapa? kemana?" serbuku khawatir, bibi hanya tersenyum tepat saat kamar rawatku terbuka. Daddy masuk lebih dahulu diikuti Dr. Kim dan Dr. Zhang yang tersenyum padaku sangat lebar.

"Daddy"

"Hmm.." langkah daddy mendekat, ia masih tampak pucat tapi terlihat lebih baik. Tangannya mengusap puncak kepalaku sambil menunggu perkataanku.

"Dimana Hanse?" tanyaku dan usapan pada puncak kepalaku perlahan berhenti.

"Kita akan bertemu dengannya hari ini.."






Aku akan dibawa keluar dari rumah sakit hari ini atas permintaan daddy dan dalam pengawasan dua dokter yang tiba-tiba menjadi sangat cerewet tentang apapun.

"Jaketnya kurang tebal Lay, tunggu syalnya seharusnya lebih panjang.."

"Kaus kakinya Suho, ganti dengan yang lebih hangat dan panjang..."

"Apa gaunnya tidak terlalu pendek?"

"bisakah kita berangkat sekarang?" tanyaku tak sabar pada kedua pria dewasa yang sibuk mondar-mandir disekitarku.

Dr. Kim menoleh lalu menggeleng samar dan melanjutkan memilih sepasang kaus kaki dari beberapa pasang yang dibawakan kemari. Aku menoleh pada daddy yang berdiri diam di samping kursi rodaku.

"Hei Sehun, apa yang kita perlukan lagi menurutmu?" Suho mendongak pada daddy setelah selesai mengikatkan tali sepatuku.

Daddy tersenyum lembut mengambil sesuatu dari kantung celana kainnya dan berlutut, mengalungkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk daun semanggi yang cantik. Kedua dokter itu hanya menonton dalam diam, sedang tanganku merambat pada leher menyentuh permukaan kalung itu.

"Sekarang hadiah untuk ulang tahun Hanse sudah ada disini.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Daddy's Complex • Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang