5. Unbelievable

24 9 0
                                    

Brenda membenarkan letak duduknya dan mengamit lengan Rifky sebelum ia kembali bersuara. "Gue kesini ketemu selingkuhan,"

"Hah?!"

"Hah?!"

"Maksud lo?" tanya Rifky dengan tatapan horror disaat Brenda semakin mengeratkan pelukannya.

"Nggak dapet Colan dapet lo juga nggak masalah kok," ujar Brenda sambil mengedipkan mata.

Rifky memiringkan kepala, ia tahu benar maksud dari ucapan Brenda. Tersenyum jahil, diliriknya Colan yang menatap mereka dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan.

"Oh yes! Sorry bae, i'm forget it," sesal Rifky diikuti dengan gerakan melepas tangan Brenda dari lengannya dan beralih merangkul Brenda dengan mesra.

"Shit!" Colan mengumpat dengan suara pelan namun masih dapat didengar keduanya.

Dengan perlahan Colan mendekat, sorot matanya tajam, rahangnya mengeras. "What do you think, Bren? Nggak usah kegenitan jadi cewek! Dan lo Rif, ngapain lo rangkul dia segala? Lo mau pacaran sama dia? Well, pacaran sana kalau perlu besok nikah!"

Brenda dan Rifky tentunya kaget melihat reaksi Colan yang berlebihan. Sorot mata nya terkesan seperti... cemburu?

"Are you jealous?" ucap Brenda pelan dengan tatapan yang masih tak percaya.

"W-what?"

"Lo cemburu, Lan." kali ini giliran Rifky yang bersuara.

"Never,"

Rifky menghela napas pelan. Ia melihat kearah Brenda dan menemukan mata wanita itu merah juga berkaca-kaca. Brenda merasa seperti dirinya melayang dengan jutaan kupu-kupu beterbangan disisinya kemudian sesuatu mendorongnya hingga ia terjatuh di jurang yang kelam. Tak butuh waktu lama Brenda bersuara, menumpahkan segala isi hatinya yang selama ini menyiksa batin.

"Trus gue harus gimana lagi, Lan? Gue selama ini suka sama lo dan lo seolah nggak pernah ngelihat gue sebagai cewek, jangankan ngelihat lo pasti nganggep gue nggak ada!"

Kali ini Colan yang dibuat kaget, ia tahu, sangat tahu jika Brenda memiliki rasa padanya tapi ia tak menyangka akan mendapat pengakuan secepat ini. Cepat? Omong kosong! Nyatanya Brenda telah menunggu Colan selama kurang lebih enam tahun.

"Dan gue udah bilang kalau gue sukanya sama Jessica, bukan lo. Inget itu baik-baik!" jawab Colan dengan penekanan di kata Jessica.

Rifky membulatkan mata, bisa-bisanya sahabatnya berkata kasar dengan wanita yang sangat Mamanya sayang. Rifky tidak bisa membiarkan Brenda sakit hati untuk kesekian kali karena ia sudah menganggap Brenda adik sendiri. Suara Rifky tertahan di kerongkongan karena perkataan Brenda.

"Dan Jessica sampai swkarang masih ngejar-ngejar Rifky. Apa belum cukup enam tahun ini gue nungguin lo, belum cukup Lan?! Kadang gue merasa capek tapi disaat itu juga gue ngeyakinin diri kalau gue masih kuat. Dan lo lihat? Sampai sekarang gue masih mungguin lo. Gue cuma mau sedikit perhatian dari lo, apa sesulit itu?" mata Brenda semakin memerah menahan tangis.

Colan yang tadinya menatap Brenda tajam mulai melunak, Colan mengunci tatapan Brenda saat itu juga.

"It's difficult, Bren. I'm so sorry, bayangin aja Rifky suka sama lo trus dia berharap kalau lo balas perasaan dia padahal posisinya sekarang lo cuma suka sama gue. Apa yang lo rasain ke Rifky? Lo bisa balas perasaan dia? Pasti sulit karena lo cuma nganggep dia temen dan nggak ingin lebih dari itu."

"I can," jawab Brenda dengan suara serak.

Colan menatap Brenda heran sementara Rifky berjalan menjauh, keluar dari apartemennya karena merasa dua manusia itu butuh waktu untuk menyelesaikan urusan yang melibatkan perasaan.

Lights OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang