Maaf Rasa itu Hadir secara tiba-tiba

22 1 0
                                    

Cikarang, 06 Desember 2010

Ketika matahari terbit dari ufuknya burung-burung terbangun dari tidurnya dan bersiul indah sambil mengepakan sayap-sayap mungilnya, dari baik jendela terpancar sinar matahari yang hangat.

Nayyara terbangun dan memandang ke arah luar jendela, rumput yang tumbuh subuh di tanah sudah basah karena di selimuti embun pagi hari dan telah meninggalkan bau basah, pohon-pohon rindang bergoyang oleh tiupan angin sehingga memancarkan suasana sejuk. Ah terimakasih maha pencipta sudah memberikan pagi yang indah.

Hati Nayyara berkata "Selamat datang Desember, bulan kelahiranku dan bulan menuju semester ganjil" senyumanya tak kunjung henti dan tanpa sadar di balik pintu sudah ada yang terpatung memandangiku.

"Sampai kapan neng mau berdiri disitu? Udah sana mandi, ayah tunggu diruang makan nanti ayah anterin sekolah" tubuh kokohnya berbalik dan menghilang dibalik pintu.

**

Ia melihat kesegala arah, hanya dentingan jarum jam di dinding dan prabot-prabot si pemilik rumah ini. Rindu...Ia merindukan kehangatan. Ia bergumam "Bukannya rumah itu bisa membuat pemiliknya merasa nyaman dan hangat" Ia menghela napas panjang. Untuk melepas penat sehabis seharian belajar, Ia ingin disambut hangat oleh keluarga. Sepi, sunyi dan dingin hanya tiga kata itu yang selalu Ia rasa ketika berada di rumah.

"Vi,,hari ini kamu masak ajh ya, atau nggak beli ajh"

"Pulang malam lagi kak?"

"Iya,, kaka lembur, kamu jangan keluyuran, abis pulang sekolah langsung pulang"

Hanya anggukan yang Shavia berikan, sudah menjadi hal biasa percakapan pagi itu, Shavia tinggal bersama kaka perempuannya yang hampir setiap hari hidupnya diabdikan untuk bekerja, bahkan sabtu dan minggu yang harusnya di habiskan bersama keluarga tapi tidak dengan kakanya, kakanya lebih memilih kerja sambilan. Itu semua kakanya lakukan untuk menyambung hidup keluarga dan pendidikan Shavia.

**

Nayyara bergegas kesekolah, seperti biasa Nayyara di antar oleh ayahnya, sesampainya di sekolah Nayyara mencium punggu tangan ayahnya, Ia sedikit berlari menuju gerbang, hari ini Nayyara tidak melihat tanda-tanda mereka di gerbang, Nayyara langkahkan kaki menuju kelas tapi beberapa detik matanya tertuju ke lapangan, disana sedang ada beberapa siswa yang sedang bermain basket, matanya tertuju pada satu siswa.

Nayyara menikmati permainannya, dengan gesit cowok itu mengoper bola menghadang siswa yang menghalangi langkahnya, tapi dengan gesit cowok itu berlari terus menuju ring dan dengan satu lompatan dia melambungkan bola, Nayyara berdecak kagum ketika bola masuk dengan mulus ke dalam ring, suara tepukan dan riuh siswa-siswi mengeluhkannya. 

Fokus Nayyara buyar ketika ada siswi yang tak sengaja menabrak bahunya. Nayyara melihat jam di lengannya dan jam sudah menujukan 07:45 Wib, yang artinya sebentar lagi bel masuk akan segera dibunyikan.

Tanpa ragu langkah Nayyara dipercepat menuju kelas, dan ternyata Shavia, Raima, dan Kirana sudah datang lebih dulu, mata Nayyara tertuju ke kursi depan dalam hati Nayyara berkata "Sudah tak heran dia datang telat, dia memang selalu telat" .

"Haiiiiii girls" dengan ceria Nayyara menghampiri mereka yang sedang mengobrol, Nayyara menaruh tas dan ikut mengobrol.

"Eh Nay loe cium bau ketek kan pas upacara 17 kemarin?" dengan muka jijik Kirana berbicara.

"Dih masih pagi-pagi udah bahas ketek sih, jorok kalian" Jawab Nayyara

"Eh emg bau Nay, Ah loe sih belum pernah cium" Raima dengan gaya sok taunya langsung berbicara.

PELANGI ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang