Zara
"Praaang!" Jelas sekali suara kaca jendela pecah. Bola tennis itu telah memecahkan kaca tersebut.
"Oh my gosh..." Ucap Zara dan Audrey bersamaan. Mereka panik. Seseorang di dalam sana pasti akan mengamuk. Dan....Yap! Wanita itu keluar dengan rona wajahnya yang marah dan mulai mengamuk.
"I can tolerate if you break the window glass. But please not to destroy cake that I made!." Ucap wanita dewasa yang cukup cantik bagi sebagian orang, mengamuk menahan emosi. Dia Ibu Zara. Menggunakan celemek warna coklatnya yang kotor karena krim dan wajahnya yang sedikit kotor karena tepung.
"We're so sorry.." Ucap kedua Gadis ini menundukkan kepala menyesal. Pada dasarnya mereka tidaklah pandai bermain tennis hanya mengikuti trend kekinian. Nope. Lebih tepatnya mengikuti trend musim panas di Wimbledon ini. Musim panas memang sedang semarak menyambut event kebangaan kota ini. Zara dan sekeluarga tinggal di South West London atau Wimbledon. Kota Wimbledon juga dikenal dunia sebagai host kompetisi Tennis internasional. Sehingga tidak aneh jika gadis berdarah Indonesia dan sahabatnya Audrey yang memang berdarah Inggris asli juga ingin merasakan suka cita event tahunan Wimbledon ini.
"I'm really mad right now, and don't give me that face, both of you should take the responsibility about this. I want all the cake must be finished before your dad get home. Understand?!" Ucap Ibu Zara tegas dan dalam. Ibunya terlihat sangat berbeda ketika marah. Wajahnya memang terlihat sangat ramah dan cantik, tapi jangan pernah kalian mencoba melawannya ketika marah semua muka tulus, baik, ramah bahkan cantiknya akan hilang dalam sekejap diganti oleh dua kuping devil.
Zara menarik napas panjang. Dia tahu ini akan terjadi, dia harus membuat ulang kue yang Ibunya buat. Sebenarnya bukan hal sulit membuat kue bagi Zara dia memang sering membantu Ibunya memasak. Cuma, dia hanya kurang suka memasak itu saja. Zara menatap Audrey yang berdiri disampingnya. Wajah Audrey juga terlihat penuh penyesalan. Mereka saling memandang kemudian mengangguk dan saling tersenyum. Seakan saling bisa membaca isi pikiran masing-masing, dijatuhkannya raket tenis ke tanah, dan dalam hitungan 1...2...3, yap mereka lari secepat mungkin meninggalkan halaman rumah dan meninggalkan tanggung jawabnya.
Hanni
Dua gadis itu berlari. Mereka berlari meninggalkan halaman dan ini membuat Hanni amat marah. Ditambah lagi Audrey berlari ke kiri dan Zara ke kanan. Mereka seakan sudah merencanakan ini. Mereka tahu kalau mereka hanya berlari ke satu arah yang bersamaan Hanni pasti akan mengejarnya. Hanni menarik napas dalam.
Apa hal yang telah ia ajarkan kepada anaknya hingga begitu. Ia menjatuhkan tubuhnya ke tangga depan pintu masuk dan mengutuki dirinya sendiri. Harusnya ia langsung saja menjewer telinga kedua gadis tersebut dan membawanya masuk kerumah lalu menyuruh mereka membuat kue. Ia menatap keatas langit kemudian memandang jam tangannya, sekarang Wimbledon menunjukkan pukul 4, jam 5 nanti Raihan akan segera pulang dan ia tidak sempat membuatkan suaminya itu apa-apa.
Hanni duduk di tangga depan pintu masuk sambil menunggu Raihan kembali dan juga dua setan kecil itu. Dapur masih berantakan dan ia belum sempat merapihkannya, sengaja ia meninggalkan berantakan agar Raihan tahu, bahwa ia memikirkan tentang ulang tahunnya. Hanni tertunduk menatapi sepatunya,
"Hmm...maafkan aku Rai, ini ulah anakmu itu." Ucapnya kepada diri sendiri.
"Hmm anakmu juga kan?" Tiba tiba seseorang muncul. Tidak dia bukan seseorang dia Raihan. Karena terlalu menunduk Hanni sampai tidak sadar kalau Raihan telah memasuki halaman dan sekarang berdiri didepannya.
Ia tersenyum hangat, senyum yang Hanni paling sukai hingga kini, bahkan tidak ingat sejak kapan ia mulai sangat menyukai senyuman itu dan tidak dapat hidup dengan senyuman itu. Raihan mengambil posisi duduk disamping Hanni mereka duduk bersebelahan ditangga kecil pintu masuk rumah. Hanni menggeser tubuhnya sedikit untuk memberikan Raihan ruang untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
From London To Jakarta
RandomCerita ini berkisah tentang seorang anak yang ingin mengungkap masa lalu ibunya. Keinginan kuat membawanya berkelana dari London hingga Jakarta. Perjalanan yang akan mengungkap semua kebelengguan hati mengenai masa lalu yang sempat menghilang. Serta...