16. Reconcile

1.9K 260 105
                                    

"hah jjajjengna jinjja! Dasar menyebalkan!" Jinyoung saat ini sedang uring-uringan dikamarnya. Setelah meninggalkan Mark di loker, Jinyoung langsung pulang enggan berbalik lagi. Dia benar-benar bertekad untuk menghindari Mark.

Alasannya bukan lagi karena rasa bersalah, justru karena Jinyoung kesal, marah dan entahlah mungkin kecewa terhadap Mark. Bayangkan saja, Mark berani membohonginya, menyembunyikan kenyataan kalau dia tahu ternyata Jinyoung itu namja.

Sedangkan Jinyoung disisi lain, berusaha mati-matian menutupi identitasnya sebagai namja. Kenapa Mark tidak jujur saja dari awal? Kenapa Mark justru malah bersenang-senang dibalik rasa tersiksa Jinyoung karena harus menjadi orang lain?

Mengingatnya lagi, Jinyoung benar-benar benci Jiyoung. Karena Jiyoung adalah karakter yang dicintai Mark. Tapi tunggu, dengan adanya fakta ternyata Mark sudah tahu kalau Jiyoung itu Jinyoung bukankah itu artinya yang disukai Mark adalah Jinyoung?!

Jinyoung lagi-lagi menghela nafas gusar. Seandainya Mark jujur saja dari awal, pasti tidak akan begini jadinya. Mungkin bisa saja mereka sudah jadi pasangan sekarang. Iya kan?!

Jinyoung sudah dua hari tidak masuk kuliah. Dia bolos, dia punya feeling kalau Mark akan mencegatnya lagi. Di rumah dia beracting sesakit mungkin agar eommanya tidak mengomel saat tahu dia tidak masuk kuliah.

Mungkin karena Jinyoung tidak ada dikampus pula lah yang membuat seorang Mark Tuan sekarang ada di ruang tamu kediaman Jinyoung.

"Jinyoungie ada temanmu menjenguk!" kata eomma Park dari lantai bawah sambil terus menatap Mark sambil tersenyum. Kamar jinyoung ada dilantai 2 ngomong-ngomong.

Tidak ada jawaban. "PARK JINYOUNG ADA TEMANMU MENJENGUK! CEPAT TURUN!" kata eomma Park kali ini lebih keras.

"siapa eomma?" jawab Jinyoung cukup keras dari kamarnya.

"namamu siapa nak?!" tanya eomma Park kepada Mark dengan lembut.

"Mark, eommonim."

"namanya Mark!" kata eomma Park lagi pada Jinyoung yang masih dikamarnya.

Jinyoung tertegun mendengar jawaban ibunya. Mark?

"NUGU?" tanyanya lagi sekedar memastikan.

"MAARK!!!!!"

Sedetik kemudian dug dug dug dug anggaplah suara jantung Jinyoung, sekarang berdetak jauh lebih cepat. Tangannya mulai berkeringat. Mark kesini?

Jinyoung terus berkutat dengan pikirannya sampai suara nyaring sang eomma kembali terdengar.

"PARK JINYOUNG!"

Jinyoung tersentak. Tidak tidak aku tidak akan menemuinya. "bilang saja aku sedang keluar eomma!!"

Hening.

Hening.

"jinyoung-ah tapi dia bisa mendengar suaramu dari sini, dia tahu kau ada dikamar."

Eh?! Benar juga.

"Park Jinyoungnya sedang keluar ini hanya radio yang sedang berputar. Sekian berita untuk hari ini selamat beristirahat."

Eomma Park menatap mark dengan tatapan meminta maaf sekaligus malu atas ketidak laziman anaknya.

"maafkan eomma ya nak Mark, sepertinya Jinyoung tidak ingin ditemui. Walaupun alasannya sedikit aneh."

"tidak apa eommonim, mungkin Jinyoung masih marah." Mark tersenyum sendu.

"Jinyoung tidak akan marah lama-lama, beri saja dia waktu beberapa hari lalu nanti kau kembali lagi bawa kupon makan. Dia pasti akan luluh."

Mark tersnyum. "ne eommonim gamsahabnida."

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang