03 • Kembali Menjalani Rutinitas.

59 3 0
                                    

Tiga hari berlalu. Masa Orientasi Siswa sudah selesai. Sekarang, Athaya sudah kembali produktif lagi dengan sekolahnya.

Jam masih menunjukkan pukul 06.15 dan Athaya sudah sampai di halaman sekolah, Athaya berjalan di koridor sekolah sembari sesekali melihat ke kanan dan ke kiri.

Tidak lama dari itu, Athaya sudah sampai di depan kelasnya, ia membuka pintu kelas dan di dalam kelas belum ada seorang-pun yang datang.

Biasanya, Athaya sampai ke sekolah pada pukul 06.40 tetapi sekarang ia sedang ingin datang pagi, entah kenapa dan untuk apa, padahal tidak ada tugas untuk hari ini, jadwal piket Athaya-pun bukan hari ini, tetapi hari Selasa.

Athaya berjalan menuju bangkunya yang terdapat di jajaran ke-dua lalu ia berjalan keluar kelas dan duduk di bangku yang sudah di sediakan di depan kelas.

Sekolah masih terasa sepi, belum banyak orang yang datang pagi ini.

Athaya merubah pandangannya menuju ke arah lapangan, disana terdapat seseorang yang sedang memantul-mantulkan bola basket. Tidak terlalu jelas bagaimana paras lelaki itu, tetapi yang Athaya lihat, skill permainan basket dia sangat bagus.

Ah, dari dulu Athaya ingin sekali mendapat kekasih yang memiliki hobby bermain basket. Menurutnya, jika melihat lelaki yang sedang bermain basket itu sungguh sesuatu.

Athaya jadi senyum-senyum sendiri di buatnya, ia terlalu ber-khayal terus menerus. Athaya jadi malu sendiri.

•••

"ORANG GANTENG DATENG, EPRIBADIH." teriak seseorang dari luar kelas.

Athaya sudah menebak bahwa lelaki itu pasti lelaki berparas tampan tetapi konyol yang membuat Anindya selalu berceloteh sendiri.

Dan --- benar saja.

"Apa lo liat-liat? Hehe." lelaki itu berucap dengan lantang kala melihat Athaya yang sedang menatap dirinya.

Athaya berujar dengan santai, "Apaan sih?"

"Oh, lo mau tau nama gue ya?!" ucap lelaki itu sarkastik, "My name is Andrea Gavriel."

Athaya menatap lelaki itu dengan muka cengo, dan mulutnya sedikit terbuka.

"Eits, cantik-cantik mangap," ucap Andrea lagi dan lagi.

Andrea menempatkan tas di bangkunya sembari bergumam, "Where is my friend this one?"

"So Inggris, lo."

"Hello, my brother from another world!" ucap Andrea sembari ber-tos ria dengan teman sebangkunya.

Lelaki yang duduk sebangku dengan Andrea-pun menyimpan tasnya lalu berbicara, "Go?"

"Blok. Hahaha!" Andrea dan teman sebangkunya tertawa terpingkal-pingkal akan tingkah mereka sendiri.

Athaya yang sedari tadi memperhatikan mereka hanya menatap dengan tatapan cengo dengan mulut yang terbuka, luar biasa memang teman barunya ini. Sangat luar biasa.

•••

Bel istirahat baru saja berbunyi, menggantikan suasana sepi menjadi ramai, karena banyak anak-anak SMA Cakrawala yang ingin mengistirahatkan otaknya sejenak.

Athaya dan Anindya sudah duduk di meja kantin dan mereka sedang melahap makanannya masing-masing.

Athaya membuka percakapan terlebih dahulu, "Anin,"

Anindya merespon hanya dengan menengadahkan kepalanya dan menatap Athaya dengan tatapan a-pa-an?

"Anin, lo tau ngga sih? Andrea itu ulahnya nyebelin banget, masa tadi Rino lagi makan kuaci, di dalam bungkusnya di taro bekas rautan, nyebelin banget kan?"

Anindya mengerutkan dahinya, "Andrea? Andrea yang duduk di depan bangku kita maksud lo?"

Athaya menganggukan kepalanya, tanda bahwa ia meng-iyakan pertanyaan dari Anindya.

"Nyebelin, tapi gemesin, pengen jadiin calon imam, deh," Anindya cekikikan sendiri lagi.

"jadiin calon imam, gimana nih maksudnya?"

Bukan, itu bukan Athaya yang berbicara, melainkan orang lain yang bukan satu meja dengan mereka di kantin.

"Ann--ddr--rea?"

Anindya kelabakan sendiri, wajahnya sudah merah padam seperti tomat karena menahan malu.

Andrea menaikkan satu alisnya, "Gimana nih maksudnya?"

"Ah, ngga, Ndre! Itu tadi adek gue pengen jadi imam, hehe."

"Bohong banget sih, mbaknya," Andrea senyum dengan sangat manis, bikin Anindya ingin melompat ke Benua Antartika sekarang juga, "Lo mau gue imamin? Shalat dhuha bareng, kuy? Gue imamin."

Wajah Anindya sudah benar-benar merah padam, mirip seperti warna tomat. Ah, ya, Anindya benar-benar ingin melompat ke Benua Antartika sekarang juga!

Ralat, ia ingin melompat ke hati Andrea saja.

Dari rasa kagum karena parasnya, kini menjadi rasa cinta? Yang benar saja.

"Lo nge-blush, Anin," dengan santainya Athaya berujar seperti itu, bikin Anindya ingin menabok muka Athaya sekarang juga.

Aih, Anindya jadi salting seperti ini.

Ah, gara-gara Athaya sih, membuka topik pembicaraan yang dapat membuat daya khayal Anindya berkembang dan ia jadi berimajinasi berlebihan seperti ini.

Anindya tipikal orang yang senang berceloteh, dan tidak memandang keadaan jika sedang berbicara.

Pokoknya, ini semua salah Athaya yang membuat Andrea mendengar pembicaraan mereka berdua, Anindya pasti membalas semuanya kepada Athaya, lihat saja nanti.

•••

Udah lama banget ngga update:( Btw, makasi yaa kalian yang udah mau sempetin baca cerita karya aku, ada yang sampe masukkin ke reading list pula😫🙌💙 Ah, aku terhura eh terharu!!!

Btw, klik like atau tombol bintang juga ya hehe, biar tambah semangat updatenya!!🙌

PRESERVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang