"Berpura-puralah menjadi pacar saya!" Arthit berkata dengan suara terguncang saat dia menerobos masuk melalui pintu. Knott tidak pernah mengunci pintu dan dia tinggal sendiri sehingga tidak terpikir oleh Arthit untuk mengetuk.
"Well. Itu adalah cara masuk yang benar-benar berkesan, "kata suara laki-laki yang tidak dikenal.
Arthit seketika menoleh dan bertemu langsung dengan seorang cowok, mungkin sedikit lebih muda, menatapnya dengan alis terangkat.
"Hei. Temannya Knott? "Tanya Arthit penasaran. Knott memang terkenal tidak terlalu mudah bergaul, dan orang ini tampak bingung dengan pertanyaannya, tampak sedang menilai Arthit.
"Aku tidak mengerti maksudmu, tapi kamu siapa?"
"Saya—" Arthit mulai memperkenalkan dirinya sambil melirik-lirik sekitar ruangan itu. Wajahnya memanas seketika ia tersadar akan keadaan yang sangat memalukan. Pertama, dia salah masuk apartemen. Kedua, dia benar-benar baru saja mengajak orang asing untuk jadi pacarnya. Ketiga...
Mata Arthit berkelana ke sosok didepannya, badan tinggi, tidak kurus namun dengan otot-otot yang cukup terbentuk khususnya dibagian dada dan lengan. Cowok ini cukup hot, iya kan?
"Kau suka?"
"Tentu saja," kata Arthit refleks, tak bisa direm. Wajahnya makin memerah menyadari perkataannya. "Maksud—maksudku, maaf."
Arthit memandang mata itu untuk pertama kalinya, dan si cowok malah tersenyum lebar. Pandangannya pada Arthit seolah ragu dengan ucapan maaf dari Arthit.
Sebelum ia mempermalukan dirinnya lebih jauh lagi, Arthit melangkah mundur dan buru-buru berbalik.
"Permisi," katanya begitu meraih gagang pintu, seketika kabur dari situ.
Berdiri di koridor apartemen, ia menatap angka 17 di pintu. Dia melihat ke sebelah kanan, dimana harusnya kamar Knott berada. Keberanian yang ia kumpulkan sebelum kesini untuk meminta tolong pada Knott, menguap begitu saja.
Dia tidak siap membuat dirinya tampak bodoh dua kali hari ini "Kau bisa menghadapi Prem beberapa hari lagi. Tahan saja, Arthit." Katanya pada diri sendiri, dan melangkah keluar dari gedung ini.
—
Kongpob berjalan memasuki The Moonlight, dan telinganya langsung disambut suara bass yang keras. Dia suka music biadab seperti ini. Tubuhnya bergerak dengan anggun, merasakan musiknya, saat dia berkelok-kelok menerobos kerumunan, mengangguk pada orang-orang yang sekilas dia kenal.
Dia baru saja menyelesaikan part-time job-nya, dan telah berjanji pada teman-temannya bahwa dia akan bersenang-senang bersama mereka, walaupun yang sebenarnya ingin dilakukannya adalah tidur sekarang juga. Kongpob mengirim sms pada Em bertanya di mana dia berada, dan kemudian mengantongi handphone-nya saat dia berjalan ke bar.
Dia melewati beberapa meja, ketika sekilas matanya menangkap sosok cowok yang kemarin, Terlihat sedang terganggu. Karena penasaran, Kongpob mendekat beberapa inch untuk menguping, terdiam lalu mendengar dengan seksama.
"Jadi dimana pacar khayalanmu?" Tanya seorang cowok tinggi, wajahnya berkerut kesal.
"Katanya sebentar lagi dia sampai," balas cowok itu pelan, matanya menunduk sambil memainkan handphonenya.
Kongpob sadar bagaimana cowok itu tidak membantah bagian 'khayalan' yang ditanyakan. Mungkin terdengar biasa saja, sampai saat mereka lanjut bercakap dan Kongpob makin tertarik mendengarkan.
"Oke. Sudah berapa kali kalian janjian dan tidak pernah benar-benar muncul? Seolah-olah ia tidak nyata?" ucapnya sinis.
Cowok yang lebih pendek mulai kesal. "Sudahlah Prem. Aku kencan dengan siapa bukan urusanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger Lover (SOTUS Fanfiction) (Bahasa Indonesia)
FanfictionSuatu moment dimana Arthit tidak sengaja meminta orang asing untuk jadi pacarnya. Untung saja orang asingnya tampan dan bisa diandalkan. Tidak sia-sia Arthit mempermalukan dirinya, jika akhirnya ia bisa punya pacar seperti Kongpob. Sotus Alternative...