Chapter 2: Spread

5.9K 513 41
                                    

Seminggu setelah kehebohan di surat kabar, Arthit dan Kongpob datang ke Moonlight untuk pertama kalinya sebagai pasangan resmi. Seperti yang mereka sepakat lakukan mulai saat ini, dan janjian bertemu di bar.

Setelah shock atas berita tersebut, sepertinya orang-orang mulai terbiasa lebih cepat dari perkiraannya. Semakin banyak orang datang untuk berbicara dengannya sekarang. Mulai dari teman, kenalan, hingga orang yang sama sekali tidak pernah ia lihat sebelumnya. Kongpob berbicara sebentar dengan seorang gadis yang menghampirinya saat dia mendekati Ming di bar. Setidaknya yang ini dia kenal. Teman sekelasnya yang belum pernah ia ajak ngobrol sebelumnya.

"Dimana rombonganmu yang biasa?" Tanya Ming saat Kongpob duduk di sampingnya dan memesan bir dari bartender itu. Hari ini adalah hari libur Ming. Hanya Tuhan yang tahu kenapa ia lebih memilih menghabiskan waktu disini di hari liburnya.

"Em ada ujian besok, dan May ada urusan entah-apa. Kaulah satu-satunya yang lagi nganggur. Omong-omong, kenapa kau di sini? "

"Datang untuk mendengar drama percintaanmu," kata Ming sambil menyesap birnya sendiri. Kongpob mengangkat kedua alisnya ke arahnya. "Yang aku tahu, suatu hari kau datang menanyakan minuman kesukaannya dan kemudian kalian berdua berkencan dan tak satu pun dari kalian tampak seperti orang kasmaran."

"Sialan," gumam Kongpob.

"Aku tidak akan memberitahu siapa pun," Ming meyakinkannya. "Kau Senang?" Kongpob mendengus sebagai jawaban. "Jadi?" Ming berkata setelah beberapa saat, "Cerita sedikit tentangnya?"

"Entahlah." Kongpob menjawab dengan tidak sadar.

"Mungkin itu akan membantumu memutuskan," Ming menunjuk ke kanan, dengan botolnya. Kongpob berpaling untuk melihat dan melihat seorang berrambut merah berbicara dengan Arthit di sebuah sudut, yang tersenyum malu-malu padanya.

"Seriously?" Kongpob terengah-engah dan berjalan kesana. "Hai manis. Apakah pria ini mengganggumu?" Tanya Kongpob pada Arthit sambil memberikan orang asing itu tatapan meremehkan. Pria itu buru-buru pergi begitu melihatnya. Saat Kongpob menoleh ke Arthit, dia mendapati lelaki melotot. "Apa-apaan itu tadi?"

"Apa?" Tanya Kongpob sok polos.

"Orang itu menggodamu dan kau membiarkannya. Seharusnya kau ngomong, 'Tidak, aku punya pacar'. 'Tidak, tinggalkan aku sendiri'. Bukankan itu tujuan kita berada di sini bersama? "

Arthit mengejek, "Kau tidak berhak bicara begitu, Sweety. Apa kau tidak memperhatikan bahwa sekarang baik gadis atau pria terlalu ramah padamu? Mereka sepertinya tidak peduli kau sudah punya pacar, dan kau juga tidak benar-benar menyangkalnya. Karismatik atau tidak, kau lebih parah dariku. Jadi jangan mengingatkanku soal tujuan kita berpura-pura."

Kongpob meraih lengannya saat Arthit berjalan pergi. "Tunggu. Kita sudah terlanjur membicarakan ini." Katanya pelan, menarik Arthit yang cemberut. "Sejujurnya aku tidak sadar itu yang sedang terjadi. Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya? "

"Karena aku tidak mau." Arthit menyilangkan lengannya di dadanya, seketika melepas tangan Kongpob. "Sepertinya kau cemburu." "Aku tidak cemburu, Kongpob! Aku merasa terganggu denganmu. Aku hanya tersenyum padanya-demi Tuhan!" Arthit menggerutu pada pacar palsunya yang sekarang minta maaf.

"Sorry-aku tidak akan bersikap seperti itu lagi, oke?" Kata Kongpob. Dia benar-benar merasa tidak enak. Di sini dia menguliahi Arthit, dan tidak sadar dengan sikapnya sendiri.

"Bagus." Arthit merasa bahwa Kongpob tidak benar-benar tahu letak kesalahannya, tapi tidak mau terlalu peduli. Dia kemudian ingat bahwa mereka berada di bar, dan beberapa orang memandang mereka. Sial. Mereka harus tetap berakting.

Dia melangkah cukup dekat dengan Kongpob, untuk berbisik malu setengah mati. "Cium aku."

Kongpob mengangkat alisnya ke permintaan yang sepertinya terlalu tiba-tiba dan kemudian tersadar, saat Arthit meberi kode dengan matanya, 'orang-orang sedang mengawasi'.

Stranger Lover (SOTUS Fanfiction) (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang