Part 2

5 1 0
                                    

Nah loh, gak ada yang baca tapi tetap di lanjut 😂

👻👻👻

Naina memegang perutnya yang masih terasa mulas, dengan keringat yang bercururan di dahinya. Gadis itu sangat bingung harus melakukan apa saat ini, tadi ia kira perutnya mulas hanya karena kebelet pipis saja. Tapi nyatanya setelah ia masuk kedalam kamar mandi, ia mendapati hal lain. Yaitu, ternyata saat ini ia sedang mendapatkan tamu bulanan.

"Hei apa kau baik-baik saja." ucap seseorang dari balik pintu kamar mandi dan mengingatkan Naina bahwa gadis itu sekarang sedang tidak berada di apartemen nya sendiri, tapi di apartemen pria yang membawanya ke klinik tadi.

"Jika kau tidak keluar juga, biarkan aku yang masuk."

Naina melotot tidak percaya mendengar ucapan pria itu, dia sekarang sedang bingung dengan keadaannya yang tidak memungkinkan untuk kemana-mana.

Naina tidak mungkin kan jika harus meminta tolong pada pria yang baru saja di kenalnya itu, -ah bahkan Naina tidak kenal pria itu- untuk membelikannya keperluan perempuan.

Hell no mau di taruh dimana mukaku? Tanya batin Naina.

Tapi hanya dia satu-satunya harapan Naina saat ini, karena Naina melupakan ponselnya yang ada di meja restoran.

Setelah lama berdebat dengan batinnya sendiri, akhirnya Naina memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi dan menyembulkan kepalanya saja.

"Uh ini sebenarnya tidak harus kulakukan padamu, tapi aku sedang sangat membutuhkan benda itu.... Jadi bisakah aku minta tolong padamu?" ucap Naina.

Jeremy menatap Naina dengan kening berkerut heran. "Ya, apa?"

"Um-uh itu aku membutuhkan.... Ah begini aku sedang datang siklus bulanan hari ini dan bisakah kau membantuku untuk membelikan aku pembalut." ucap Naina merasa tidak yakin saat mengucapkan kata pembalut.

Jeremy melotot, apa perempuan ini gila? Batinnya.

"Aku tidak menyuruhmu untuk membawaku tadi karena seharusnya kau mengantarkan aku pulang bukan malah ketempatmu seperti ini, jadi ini salahmu." ucap Naina saat melihat Jeremy yang melotot padanya.

"Tunggu disini dan jangan kemana-mana." ucap Jeremy datar lalu berlalu dari hadapan Naina.

"Dasar bodoh, bagaimana aku bisa pergi dengan keadaanku yang seperti ini." gerutu Naina kembali menutup pintu kamar mandi.

Sementara Jeremy yang kini sudah berada di depan supermarket terdekat, tapi ia sedikit ragu untuk turun atau tidak. Setelah beragumen dengan egonya, akhirnya ia memutuskan untuk keluar mobil dan memasuki supermarket.

Jeremy menatap rak-rak deretan kebutuhan perempuan saat mendapatkan siklus bulanan perempuan dengan datar. Demi Vika yang ditinggal mati Al , ini pertama kalinya ia harus membeli barang-barang seperti ini.

Seumur hidup nya, Jeremy belum pernah sekalipun membelikan barang yang bersangkutan dengan perempuan walaupun dia punya kakak perempuan sekalipun. Dan sekarang dengan mudahnya dia menuruti permintaan perempuan yang baru dikenalnya untuk membelikan barang yang sangat pribadi untuk perempuan.

Jeremy masih memandangi deretan rak itu dengan tidak mengerti mana yang harus dibelinya. Banyak sekali bungkusan dengan berbagai merek dan berbagai ukuran, membuatnya benar benar bingung harus membeli yang mana.

'Ck, ini gila!.' gumamnya dalam hati lalu mengambil pembalut dengan berbagai macam merek dan juga berbagai macam ukuran.

Jeremy menaruh barang belanjaannya di meja kasir membuat mbak-mbak si penjaga kasir menatap Jeremy heran, untuk apa seorang lelaki membeli begitu banyak barang perempuan?

Jeremy tidak menghiraukan tatapan aneh mbak-mbak penjaga kasir dan beberapa pengunjung lainnya. Setelah membayar barang belanjaannya, Jeremy langsung keluar dari supermarket dan memasukkan kantong plastik belanjaannya kedalam mobil.

Sesampainya di apartemen, Jeremy langsung membawa barang belanjaannya dan menaruhnya di depan pintu kamar mandi.

"Perempuan." panggil Jeremy sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Naina membuka pintu kamar mandi dan sama seperti sebelumnya, ia hanya mengeluarkan kepalanya saja. "Namaku Naina, bukan perempuan." ucap Naina sebal.

Jeremy mengabaikan ucapan kesal Naina dan menunjuk barang belanjaannya. Sebuah kesalahan bagi Jeremy karena sudah membawa Naina pulang, seharusnya tadi ia meninggalkan Naina setelah mengantar Naina ke klinik.

Naina melihat banyak sekali kantong plastik itu dan mengambil salah satunya setelah melihat yang dia butuhkan. Namun Naina kembali membuka pintu kamar mandi karena masih ada sesuatu yang kurang.

"Apa lagi?" tanya Jeremy yang memang masih belum beranjak dari tempatnya.

Naina nyengir kuda dan menampakkan gigi gigi kelincinya yang putih dan tersusun rapi itu. "Hehe... Tidak mungkinkan jika aku menggunakan gaunku yang---

Jeremy memotong ucapan Naina dengan mengangkat tangan kanannya, lalu ia berjalan menuju lemari di kamarnya dan mengambil kemeja miliknya yang menurutnya mungkin bisa digunakan Naina, tidak lupa juga sebuah kotak berwarna biru.

"Hanya ini yang aku punya." ucap Jeremy menyerahkan pada Naina.

Naina menerimanya dan kembali menutup pintu kamar mandi.

Naina Pov.

Aku membuka kotak pemberian Jeremy dan mataku sukses langsung melot kearah benda yang ada di dalamnya. Yang benar saja, masa aku harus menggunakan celana dalam pria sih? Walaupun itu masih baru tapi kan...

Sial! Sial! Kenapa hari ini aku sial sekali.

Dengan terpaksa aku menggunakannya dan juga kemeja miliknya. Ya dari pada aku harus menggunakan gaunku yang tadi, sudah penuh noda darah.

Aku keluar kamar mandi dengan jalan tertatih. Kakiku masih terasa sedikit nyeri, membuatku belum bisa berjalan dengan normal. Diluar aku menemukan Jeremy yang sedang berdiri di dekat jendela.

"Aku mau pulang." ucapku.

Jeremy membalikkan badannya dan menatap. "Tidak." balasnya.

Aku melotot kearahnya. "Kenapa?"

"Um-ya kan kau belum sembuh." ucap Jeremy, walau wajahnya tetap datar. Tapi aku bisa mendengar nada suaranya yang agak gugup.

"Aku hanya terkilir, besok juga sembuh." ucapku.

"Tapi kau belum bisa berjalan dengan benar dan itu semua karena aku, jadi aku tidak akan membiarkan kau pulang sebelum kakimu sembuh total." ucap Jeremy.

"Tidak bisa begitu dong--- hey apa yang kau lakukan?!"

Aku terbelalak kaget saat tiba-tiba saja Jeremy melangkah keluar kamar dan menguncinya dari luar.

"Hoi apa yang kau lakukan?!" teriakku berjalan kearah pintu lalu berusaha membuka pintu.

"Buka pintunya." teriakku lagi.

Apa-apaan dia, seenak udel mengurungku dikamarnya dan tidak mengizinkan aku pulang hanya karena kakiku yang masih belum bisa berjalan dengan benar. Benar benar tidak masuk akal...

Aku menggigit bibir bawahku karena bingung apa yang harus kulakuan, tidak ada ponsel untuk menghubungi Morena saat ini.

Aku bahkan lupa dengan Morena, pasti sekarang dia sedang kebingungan karena aku juga tidak kunjung kembali. Maafkan aku Morena....

Jeremy sialan memang!

👻👻👻

Selamat malam minggu jomblo 👻

Naina....
Sabtu, 12 Agustus 2017.
21.15 WIB.

Naina Afraid...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang