Part 4.

7 1 0
                                    

"Naina, emang kau tidak bosan apa?" tanya Morena.

Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil Morena, semalam Morena menginap di tempat Naina.

Naina melihat kearah Morena sekilas lalu kembali fokus pada pemandangan di samping kaca jendela. "Maksudmu?"

"Oh ayolah, Naina. Maksudku itu, apa kau tidak bosan menjalani hari-harimu hanya dengan bekerja sebagai OG."

Naina menggelengkan kepalanya. "Tidak."

Morena mendengus sebal. "Kenapa sih, kau tidak mau cari pekerjaan lain saja. Padahal kau ini lulusan terbaik di Universitas Kita?"

"Memangnya ada yang salah dengan pekerjaan ku?"

"Tentu saja. Kau kan bisa cari pekerjaan yang lebih bagus dari pada harus menjadi OG."

Naina kembali melirik Morena. "Dari pada pengangguran."

"Aku tidak pengangguran."

"Hmm." gumam Naina malas lalu turun dari mobil Morena karena memang sudah sampai di tempat kerjanya.

Morena mendengus kesal karena Naina meninggalkannya begitu saja. Morena masih tidak tau kenapa Naina betah sekali bekerja sebagai OG yang gajinya tidak seberapa itu, padahal sebenarnya Naina bisa mencari pekerjaan yang lebih layak, mengingat jika Naina adalah lulusan terbaik di Universitas yang sama dengan Morena.

Bahkan Morena yakin 100 persen jika seandainya Naina tidak bekerja pun, Naina tidak akan mati kelaparan mengingat siapa kedua orangtua Naina.

.

Naina berjalan santai ke tempat ganti baju kerjanya, sudah hampir dua tahun sejak ia masih duduk di bangku kuliah ia bekerja di perusahaan besar ini, ya walau hanya sebagai OG tapi Naina suka menjalaninya dan tidak berniat untuk mencari pekerjaan lain ataupun keluar dari perusahaan ini.

"Naina, kau di panggil pak Rudi." ucap salah satu temannya yang juga satu profesi dengannya.

Naina menghentikan kegiatannya yang sedang mengelap kaca. "Oke." balasnya singkat lalu berjalan ke ruangan pak Rudi yang ada di lantai 5.

"Bapak memanggil saya?" tanya Naina dengan sopan.

Rudi sang Managers menatap Naina lalu mengangguk. "Ya, ini untukmu." ucapnya seraya menyerahkan amlop kearah Naina.

Naina megerutkan dahinya menatap Pak Rudi bingung, pasahal ini bukan tanggal gajiannya. "Apa ini pak?" tanya Naina.

"Kau bisa melihatnya sendiri."

Naina pun membuka amlop itu dan dahinya kembali berkerut semakin dalam saat melihat isinya. "Maksudnya ini apa ya pak?" tanya Naina hati-hati.

Naina menatap Pak Rudi yang menghela nafas panjang. "Mulai saat ini kau tidak bekerja lagi sebagai OG karena---

"Apa?! Kenapa saya di pecat Pak? Selama ini kan saya tidak macam-macam dan selalu memenuhi shiff kerja saya... Kemarin saya memang tidak kerja karena kaki saya terkilir pak." ucap Naina memotong ucapan Pak Rudi.

Pak Rudi mengangkat tangan kanannya. "Bukan, Naina. Kau tidak di pecat."

Naina menatap Pak Rudi bingung. "Loh terus apa dong pak kalau tidak di pecat."

"Kau di pindah tugaskan kerja."

"Apa?!" pekik Naina spontan.

"Naina, bisakah kau tidak selalu berteriak. Aku belum mau tuli." dengus Pak Rudi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naina Afraid...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang