Sapuan Dua; Si Tuan Kucing

152K 12.7K 2.7K
                                    

Luka itu telah kututup dengan tawa, hingga aku terbiasa, bahkan melupa ... lalu, bagaimana bisa kau melihatnya?

***

"Ini bukan salah lo."

Kalimat itu adalah kebohongan paling merdu bagi Mega, sampai ia ingin memercayainya. Semalaman Mega menggumamkan kalimat itu dengan senyum mengembang, merapal layaknya doa, padahal ia tau kalau orang lain akan mematahkannya.

"Ini salah kamu, Mega."

Nah, kan. Dunia kayaknya nggak mau Mega bahagia.

Sunyi ruang rapat sore itu membuat suara Baskara terdengar lantang. Tatap tajam yang dia lempar bahkan membuat Mega takut mengangkat kepala, meski mulutnya gatal ingin melempar pembelaan.

"Kalau kita nggak dapet 30seconds, kalian tau kan risikonya?" Baskara sepertinya sangat murka, terlihat dari bagaimana dia tidak memberi kalimatnya jeda. "Kita harus konsep ulang semua! Dan kalian ...." Bibir Baskara mengatup, tatapnya tertuju pada Sie Publikasi, Desain dan Dokumentasi juga Sie Sponsorship. "PDD harus hapus semua postingan di sosial media, dan Sponsorship harus jelasin ke media partner yang udah approve kalau kita batal undang 30seconds."

Dihujani desah lesu dan tatap menghakimi dari hampir seluruh anggota membuat jantung Mega berdenyut nyeri.

"Ma—anjir!" Mega menahan rasa linu di kaki kanannya.

Padahal baru saja Mega mau menjatuhkan harga dirinya dan memohon maaf di depan seluruh anggota.

Tatapnya kini tertuju nyalang pada Guntur yang berdiri santai di sisinya, sambil menggumamkan kata sori tanpa suara.

Enak saja!

Mentang-mentang jadi ketua Sie Acara, nggak seharusnya Guntur yang kakinya segede gorila itu menginjak bawahannya, dalam artian sebenarnya pula! Namun, omelan Mega dalam hati itu mendadak berhenti saat Guntur membuka suara.

"Tim kami itu cuma belum dapat approval, jadi jangan ngomong seolah kami udah ditolak gitulah."

Lalu, ruang rapat tiba-tiba saja menjadi ring tinju di mana Guntur dan Baskara saling menyerang.

"Nggak ada jaminan 30seconds bakal approve juga, kan? Bukannya lebih baik kita pikirin hal terburuk dari sekarang?"

Mega paham, sebagai ketua panitia, Baskara hanya mencoba berpikir rasional. Charity concert ini tidak boleh gagal hanya karena satu kesalahan. Namun, seisi ruang tahu kalau Baskara dan Guntur selalu punya cara untuk bertengkar. Biasalah, cinta segitiga yang katanya belum kelar.

"Iya, nggak ada jaminan ...." Guntur menjeda kalimatnya, seraya melempar tatap ke sekitar. "Tapi kenapa PDD dan Sponsorship tetap bisa jalan? Kamu bisa kasih izin mereka buat pasang iklan di sosial media, bahkan jual nama 30seconds ke sponsor demi approval. Kok sekarang kamu lempar kesalahan ke Sie Acara doang?"

Benar juga.

Sejak awal Mega tahu kalau 30seconds memiliki pengaruh sebesar itu. Namun, Mega tidak pernah tau kalau Tim PDD telah menyusun konsep sosial media sedemikian rupa, dan memublikasi siluet 30seconds bahkan sebelum band itu ditawari oleh Mega.

Lukisan Tentang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang