Setelah kesehatannya pulih. Atthaya terus menyambangi Adiba, baik di rumah maupun di kantor. Dia sering menghujaninya dengan banyak hadiah, yang membuat teman sekantornya bergunjing. Termasuk Sukma. Orang yang paling membenci Adiba. Karena Adiba selain pintar, dia juga karyawan kesayangan boss. Sikap antipatinya semakin terang-terangan.
Dia tak segan langsung mencibir apabila teman kantornya sedang membicarakan Adiba dan Atthaya.
"Apa kalian tidak merasa aneh, tiba-tiba ada seorang laki-laki muncul dan super perhatian pada Adiba. Jangan-jangan Adiba bermain curang" celetuknya dengan bibir monyong.
"Curang bagaimana, kita saja yang tidak tahu kehidupan cinta Adiba" Sahut Aurel. Adiba memang tak pernah membicarakan soal kekasih. Ceritanya soal pekerjaan saja. Makanya dia terkejut saat Atthaya datang dan gencar menarik perhatian Adiba. Sepertinya lelaki itu tergila-gila dengan Adiba.
"Kolot banget sih lu Rel, pelet maksudku"
Mata Aurel melotot. "Ah.....masak sih. Nggak percaya! Adiba bukan cewek murahan seperti itu." Adiba adalah sosok teman yang baik dan sopan. Meskipun mereka tak berkawan akrab.
"Taelah...jangan terpukau dengan sikap santun. Justru mereka orang yang berbahaya. Seperti kata pepatah serigala berbulu domba" Sukma semakin menggebu-gebu mengatakannya.Saking semangatnya kakinya sampai menendang meja di depannya.
Cahya yang sedari tadi diam, empet juga mendengar celotehan Sukma. " Kalau aku mah...masa bodo, yang penting kita kebagian makanan yang dikirim oleh Atthaya. Lumayan kan bo, buat pengiritan" Aurel mengangguk mengamini omongan Cahya. Sejak kehadiran Atthaya, mereka bisa menghemat pengeluaran untuk makan siang. Dan uangnya bisa dialihkan untuk menambah pembelian susu formula anaknya yang harganya makin menggila.
Sukma semakin kesal dengan pembelaan Aurel dan Cahya. Dia menjadi penasaran, kenapa semua orang mencintai Adiba. Akan ku cari tahu katanya dalam hati.
Saat dia keluar kantor, tanpa sengaja dia bertemu dengan Atthaya di tempat parkir. "Daripada bengong disitu, lebih baik kita ngopi dulu yuk! Adiba masih ada meeting sama big boss" kata Sukma dengan sikap manja.
Atthaya terlihat menimbang sesuatu. Kemudian dia mengangguk setuju. Tak ada salahnya menunggu Adiba di Coffee Shop diseberang jalan. Sukma tersenyum penuh arti. Tak sungkan dia mengamit lengan kekar Atthaya. Dan berjalan bersisian dengannya. Sedang Atthaya tak mampu menolak sikap manja Sukma.
***
Dikantornya Adiba menatap layar monitor. Dia seperti terbius melihat video yang dikirimkan oleh Atthaya. Video itu berisi foto-foto mereka saat bersama beserta surat cinta Atthaya dengan lagu beautiful in white milik Westlife sebagai background.
So as long as I live I love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
TonightHati Adiba meleleh. Adiba terhimpit diantara masa lalu dan masa kini. Separuh hatinya pernah dimiliki Atthaya. Dan kini....lelaki itu kembali mengusik cinta yang telah ia kubur dalam-dalam. Ia mulai resah memikirkannya.
"Wake up!!" Aini mengejutkannya.
Adiba mendesah, dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Dia tak kuasa menyembunyikan kegelisahannya pada Aini, sahabatnya.
"Kamu mencintainya kan?" tanya Aini. Dia duduk di depan Adiba.
Adiba tak menjawab. Dia belum pasti dengan hatinya. Hanya saja, dia senang dengan kehadiran Atthaya. Dan dia mulai tak peduli dengan omelan emak yang tak henti mengingatkannya untuk menjauhi Atthaya. Apa salahnya Atthaya. Dia lelaki baik, perhatian, sayang, dan royal dengan Adiba. Yang lebih penting dia masih single dan mencintainya.
"Eh.....ditanya malah bengong". Sungut Aini sewot.
"Ups....kamu nanya apa tadi...." Adiba menyungginkan senyumnya, dan memeluk Aini hangat. Aini mengulang pertanyaannya.
Adiba melangkah ke tepi jendela. Dan berdiri cukup lama disitu. Dia menarik nafas berat. Kemudian menatap Aini. "Ai.....Aku harus bagaimana?" dia balik bertanya. Mereka sudah lama bersahabat. Aini tahu banyak soal Adiba.
"Hmmm.....persoalannya...tidakkah kamu bertanya, kenapa dulu dia menghilang dan sekarang tiba-tiba datang dengan membawa selusin harapan buatmu. Tidakkah itu aneh. Menurutku kamu juga harus mendengarkan apa kata mamamu. Beliau pasti punya pemikiran sendiri. Kenapa begitu keras melarangmu. Apalagi.menurut ceritamu, mamamu pernah menginap dirumah tante mieke, mama Atthaya. Siapa tahu to..disana beliau melihat sesuatu. Ingat Diba. Cinta butuh logika, bukan nafsu..wokey!!"
Adiba memikirkan perkataan Aini. Selain dirinya, emak termasuk orang yang ingin sekali melihatnya memiliki pendamping. Justru mengherankan saat Atthaya mendekatinya. Justru sikap emak malah berubah menentangnya.
Kemudian Fatur, salah seorang OB datang. Mengantarkan kopi latte yang ia pesan. Dia Maniac dengan kelezatan kope Latte. Baginya kopi latte seperti energy booster saat semangatnya kendor.
"Bu....Saya tadi bertemu Pak Attha dan Bu Suk di coffee shop" dengan lugunya dia menceritakannya pada Adiba.
Aini yang berada disitu langsung bereaksi. "Sukma?? Mereka ngapain disana??" tanyanya menatap Fatur. Fatur jadi gelagapan mendapat pertanyaan dari Aini.
"Ya ngopilah....memangnya mau ngerujak....."Adiba membantu Fatur menjawab pertanyaan sahabatnya. Ia mencoba tertawa meskipun rasa cemburu muncul di hatinya.
Untuk apa juga Atthaya berada di Coffee Shop berdua dengan Sukma. Orang yang selama ini berpura-pura baik di depannya namun berulangkali mencoba menusuknya dari belakang. Dia tak menyukainya.
Aini menepuk punggungnya. "Tenang Sob, aku akan cari tahu soal Atthaya." Aini menyemangati sahabatnya. Bagaimanapun dia tak ingin Adiba kembali terluka, karena mencintai Atthaya. Gadis itu sudah lama menderita karena cinta.
Setelah Aini dan Fatur pergi. Adiba kembali focus dengan pekerjaannya.
Bip...pesan masuk di ponselnya. Dari Atthaya! Gadis itu membacanya sebentar. Kemudian menghapusnya.
Dia begitu asyik bekerja, sampai tak sadar jam 7 malam sudah lewat. Kemudian dia melakukan peregangan di kursinya.
Ponselnya berdering......dari Atthaya.
"Maaf.....aku hari ini capek sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantu Pilihan Emak
Historia CortaCerita yang seru, tentang seorang emak yang mencerikan putrinya seorang suami.