nothing but sunlight. ✔

O2 ; permisi.

Bokap gue lagi di kemo di kamar rawatnya, dan gue yang pasti gak boleh ada disana.

Nyokap gue, dia pergi ke café bawah.

Rumah sakit ini mewah banget, di lantai pertama ada cafe sama mini groceries gitu, di lantai lima, ada restaurant mewah.

Dan sebelahnya itu mall.

Iya tau, gue norak. Ini pertama kalinya emang gue ke rumah sakit kayak gini.

Jadi, tadi setelah nemenin nyokap gue turun dan beli minuman, gue ijin naik lagi ke taman ini.

Jae, cowok yang kemarin, dia nggak setiap hari bisa gue temuin disini. Kalau dia nggak ada, gue yang ambil alih bangku itu dan mangku buku sketsa gue sambil gambar gambar.

Gue suka gambar.

"Permisi," gue kenal suara ini.

Jae.

For the first time, dia ngomong ke gue, dan for the first time juga, dia liat gue pas gue lagi liat dia.

Menurut hasil kepribadian MBTI gue, introvert 96% dan bagi kalian yang introvert, tau dong gimana rasanya interaksi sama orang.

Berat, dan kayak nguras tenaga gue.

Makanya, gue gak pernah nyapa orang orang yang gak gue kenal. Uang kenal aja jarang gue ajak ngomong.

"Boleh duduk disini?" Tanya dia sambil nunjuk bangku yang gue dudukin.

Ngangguk doang adalah contoh dari introvert gue. Buat ngomong tuh, susah!

Padahal gue juga bukannya gak mau gak jawab, tapi susah.

Gue pun ngangkat dirty red velvet gue biar tempatnya bisa dia dudukin. Takut gue ganggu ke khidmatan dia ngegitar, gue bangkit.

Lebih milih berdiri di pinggir pembatas taman ini.

"Eh, duduk disitu aja gapapa, penyakit gue gak nular kok."

Gue langsung duduk lagi.

"Bukan gitu," kata gue pake nada rendah.

Gue balik duduk disitu karena rasanya, gue udah nyakitin perasaan dia. Padahal gue gak bermaksud.

"Haha, gue cuma bercanda, kalau lo duduk disitu, gapapa kok, gak ganggu gue," dia sambil ketawa.

Dia mulai metik gitarnya, gue mulai ngegaris di buku sketsa gue.

"Kalau keganggu sama gitar gue, bilang aja," katanya di tengah tengah permainan gitar.

"Enggak kok."

Gue suka.

Gue suka permainan gitar lo.

Tue, 15 August. 2017.
perseamer