Empat

3.5K 366 7
                                    

Pekerjaannya sebagai actor dan model mengharuskannya menghabiskan waktu tanpa mengenal jam yang terus bergerak dan hanya di temani dengan kamera – bahkan ia merasa lebih akrab dengan kamera dibanding dengan manusia. Dan hari ini ia akan sujud syukur karena setidaknya sampai dua hari ke depan ia bebas melakukan apapun tanpa manajer, staff dan schedule yang menumpuk. Memikirkannya saja sudah membuatnya menyengir bodoh.
Namun pikiran itu tiba – tiba buyar saat bocah dalam dekapan Seokjin masih menggumamkan kata-kata yang menjadikanya ayah yang paling buruk di dunia.

"Apa yang terjadi Tae?" Seokjin  membuka suara lagi yang hanya dibalas dengan hembusan nafas dan tatapan khawatir dari Taehyung.

"Jika Hyung bertanya bocah dalam dekapan Hyung itu siapa? Itu adalah anaknya Taehyung. Selain itu biar Taehyung sendiri yang menjelaskan" Jimin menjawab pertanyaan Seokjin yang tidak mendapat balasan apapun. Seokjin mengangguk mengerti. Pandanganya ia arahkan ke bocah dalam pelukannya lalu ke Taehyung.

"Mirip" Celetuknya. Membuat Taehyung dan Jimin mengangguk.

"Sepertinya dia sudah mulai tenang. Lihat.. Berapa lucunya bocah ini, aku jadi tidak sabar untuk memiliki momongan "ucapan Seokjin hanya mendapat kekehan dari Taehyung dan Jimin. Pasalnya Seokjin belum menikah sudah ingin memiliki momongan? Ada-ada saja pikirnya.

"Menikah dulu, baru punya momongan" Timpal Taehyung dengan kekehan khasnya. Seokjin mencibir.

"Kau belum menikah sudah punya anak" sautan dari Jimin membuat Taehyung bungkam. Dan mengingat lagi saat pertama kali tahu bahwa ia mempunyai seorang anak. Seorang anak yang ia tidak tahu keberadaanya selama ini. Seorang anak dari perempuan yang dulu sangat ia cintai. Tapi pergi meninggalkannya sendiri. Bukan, bukan sendiri tetapi dengan seorang anak dari keegoisanya yang tega menitipkan bayinya ke Panti Asuhan dan mendapat perlakuan buruk dari keluarga yang pernah merawatnya. Ah, Taehyung ingat. Jungkook-nya mempunyai trauma. Ia ingat dengan surat yang dibawa sang bocah saat menemuinya lima hari yang lalu.

Surat pertama :

3 September 2009
Tolong rawat anakku, namanya Kim Jungkook. Jika anakku sudah besar tolong katakan kepadanya, bahwa ia punya ayah yang bernama Kim Taehyung.

Surat kedua :

1 Januari 2014
Jika ada orang yang ingin mengadopsi Jungkook, biarkan saja. Biarkan Jungkook merasakan yang namanya keluarga

Surat ketiga :

3 Juni 2017
Jl. JT nomor 97 Seoul. Itu alamat ayahnya Jungkook. Tolong bawa Jungkook kesana.

Surat dari Ibu panti :

Saya Ibu panti yang merawat Jungkook. Tolong rawatlah Jungkook dengan baik. Dia mempunyai trauma naik mobil dan kekerasan. Suatu hari ada sepasang suami istri yang mengadopsinya, tapi mereka tidak memperlakukan Jungkook dengan baik. Jungkook kabur dari rumahnya dan sampai panti dengan tubuh yang penuh luka. Aku menyimpulkan, jika Jungkook sering dipukul dan hukum didalam mobil, entahlah aku tidak tahu. Aku merawatnya sampai ada sebuah surat didepan pintu panti, yang menyuruhku untuk membawa Jungkook kepada anda Tuan Kim Taehyung. Aku merawat Jungkook dengan penuh kasih dan sayang. Ku harap kau juga.

Lee Hyosang
Ibu panti

Taehyung mengambil Jungkook dari dekapan Seokjin. Tapi Jungkook menepis tangan Taehyung dengan kasar. Taehyung mencelos. Seperti inikah rasanya saat tidak diterima dengan buah hati sendiri? Lalu bagaimana dengan Jungkook? Yang sudah ia pelantarkan saat masih bayi. Tapi ia mengelak. Ini bukan salah Taehyung sepenuhnya. Ini juga salah wanita yang melahirkan Jungkook.

" Ini Ayah Kook.. Ayah tidak akan menyakitimu. Ayah akan melindungimu, Ayah janji" Mata Taehyung memerah. Menunggu respon dari Jungkook.

" Bibi tolong bawa aku pergi" Ucapan Jungkook bagai pedang berkarat yang mampu menoreh luka pada hati Taehyung. Taehyung mengerjap beberapa kali mencegah turunya air mata. Taehyung tahu apa yang dirasakan Jungkook. Ia paham apa yang dipikirkan anaknya.

"Noona.. Jungkook mempunyai Trauma. Tolong bawa Jungkook ke Namjoon Hyung. Biar Jimin bersamamu, aku akan menelpon Yoongi Noona untuk menemaniku belanja keperluan Jungkook. Kami akan menyusul."

To Be Continue ..

Aku menulis apa yang melintas di imajinasiku. Jadi, yang ingin sedekah ilmu. Tolong, bagilah kepada temanmu ini yang miskin akan ilmu dalam penulisan. *apaini

KookieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang