Jihoon stress.Gila, dia bisa gila.
Air matanya terus mendesak buat keluar dari pelupuk mata cowok itu. Dadanya sesak, bahkan untuk menghirup sedikit oksigen aja Jihoon susah.
Dia bener bener ngerasa jiwanya terbang, dia udah gak sanggup berdiri lagi.
Jihoon jatuh ke tanah, persetan sama lututnya yang berdarah kena batu batuan.
Kupingnya berdengung, jantungnya bener bener kayak ditusuk ribuan jarum, disayat sayat sampai darah Jihoon habis.
Cowok itu sampai gak sanggup denger kata kata yang keluar dari Jisung.
"Sialan." Gumamnya, lalu pergi.
ㅡ
Jakarta, 18 Mei 2023.
Untuk pertama kalinya, Jihoon napakin kaki di tempat ini. Setelah enam tahun berlalu, cowok itu gak pernah kuat buat ke tempat ini.
Iya, Jihoon lemah.
Iya, Jihoon lebay.
Tapi, apa kalian pernah ada di posisi Jihoon?
Enam tahun yang lalu, Jihoon dapet kabar kalau sahabatnya, Jinyoung, bakalan lanjut studi di Singapura.
Dan besoknya, pas Jinyoung berangkat, Jihoon beneran gak bisa buat nangis.
Siapa sangka? Ternyata air mata Jihoon disimpan buat pengumuman bahwa pesawat yang ditumpangi Jinyoung kecelakaan.
Jahat.
Jinyoung jahat, itu yang dipikirin sama Jihoon.
Jinyoung jahat karena udah ninggalin Jihoon sendirian, enam tahun.
Selama enam tahun, cowok itu berhasil survive tanpa sosok Jinyoung di hidupnya.
Tapi, untuk selanjutnya, kayaknya Jihoon gak bisa.
Karena itu, setelah dia naro sebuket bunga kapas di makam Jinyoung, Jihoon langsung nyayat urat nadinya sendiri pakai cutter yang selalu nemenin dia selama ini.
Iya, selama enam tahun, Jihoon cutting.
Iya, sekarang Jihoon udah nyusul Jinyoung.
Gila? Iya.
Tapi, Jihoon nepatin janjinya sama sahabatnya itu.
Mereka bakal tetep sama sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect two.
Fanfiction[ COMPLETED ] Kita nggak homo, anzeng. © guonlin, 2k17. # 151 in Short Story. # 118 in Short Story. # 99 in Short Story. # 64 in Short Story. # 58 in Short Story. # 48 in Short Story.