Bocah itu menatap syal yang telah dililitkan oleh seseorang di lehernya tadi. Sebuah syal berwarna oranye keemasan yang terajut indah. Syal yang membuatnya hangat di tengah terpaan angin musim gugur.
Ia termangu di dalam mobil, memandang daun-daun berwarna kemerahan serta oranye yang berguguran dari dahan pohon. Sekilas, bayang-bayang orang tadi terlintas di pikirannya. Senyuman orang itu... Rambut chestnut-nya... Matanya… Saat ini ia merasa benar-benar tidak dapat melepaskan pikirannya dari orang itu.
Dan ia teringat sesuatu. Kotak berwarna biru gelap di sebelah kanannya menarik perhatian matanya. Kotak pemberian orang itu. Diraihnya kotak itu dan ia membuka penutupnya. Ada 7 buah macarons di dalamnya. Macarons dengan berbagai warna dan rasa. Tetapi hanya ada satu yang menarik keseluruhan perhatiannya. Ia mengambil satu yang warnanya oranye dan mulai memakannya sampai habis. Manis, gurih, dan terasa sensasi dingin di dalamnya. Semanis senyum orang itu, segurih tawa orang itu, dan sedingin perasaannya kini.
Rasa dingin karena kesepian. Karena ditinggal begitu saja.
Ia termenung memikirkan orang itu lagi. Semuanya bermula tanpa diperkirakan. Berjalan dengan cepat. Dan berakhir tiba-tiba.
Tanpa disadari setetes air mata bergulir melalui pipinya. Bolehkah ia menangis? Saat ini saja. Sebelum ia merasa terlalu tua untuk menangisinya.
©SefriskaMaria 11.05.12
KAMU SEDANG MEMBACA
Macarons and the Lovers
RomanceSophie Fournier, seorang gadis pemilik kedai Macarons, tak pernah menyangka kalau kue kecil itu akan mempertemukannya dengan cinta. Dibalik kesukaannya pada Macarons, Pierre Durand ternyata menyimpan kenangan masa lalu dengan kue kecil itu. Ini kis...