Sebentuk awan hitam dilangit kebiruan membuat Wonwoo resah, ini hari pertama mereka kencan dan Hujan? petir? halilintar dan sebagainya adalah pertanda buruk.
"ini baru jam 12. jam pulang masih lama woo." ucap Jun menepuk pundak Wonwoo seolah me
"Aku tahu." Wonwoo menepis tangan Jun yang kini bertengger santai dipundaknya.
"Kau masih takut kekasih barumu itu selingkuh?" tanya Hoshi yang mengalihkan pandangannya bebreapa detik dari posnelnya.
"ANNI."
"Lalu apa?" pertanyaan lain dilontarkan oleh Woozi sang ketua kelas yang masih sibuk menghapus papan tulis bersih dihadapannya.
"Aku... hanya...."
"Takut Jiyeon meninggalkanmu pada pria disekolahnya..." lanjut Jun mengundang tawa Hoshi dan Woozi.
"Tidak!"
"Ayolah Wonwoo, tak bisakah kau jujur pada dirimu sendiri, hanya ada kita berempat disini." Hoshi kesal menaruh ponselnya dimeja dan memutar bola matanya kesal.
"Oke, Ya... aku cemburu, tapi bisakah kalian mencari cara agar aku berhenti cemburu? bukannya menggodaku?" Wonwoo memasukan kepalanya pada tas gendongnya. kelakuan konyol Wonwoo si pendiam dingin kala berda disekitar sahabat-sahabatnya.
"Bagimana kalau pindah sekolah?" usul Woozi yang dijawab lemparan kertas oleh sahabat-sahabatnya.
"Kalau menelponnya tiap jam?"
"Itu bukan style Wonwoo." tampik Jun yang langsung dibalas sanggahan Wonwoo.
"Aku bisa melakukannya tapi... apa tidak mengganggunya?" Tanya Wonwoo polos, ini lucu sekali Wonwoo si ketua osis penuh kharisma kini tampak cengeng dan melow mengenai cinta.
"Kurasa jika menelpon akan berlebihan, bagaimana dengan mengirim pesan?" usul Hoshi disetujui Jun yang mengangguk anggukan kepalanya.
"Pesan oke menurutku." Wonwoo segera mengeluarkan ponselnya.
-Ji, sedang apa?-
- masih ada pelajaran Woo, sebentar lagi habis nanti aku hubungi.-
"Ini jawabannya, apa ini artinya aku telah mengganggunya?"
Wonwoo mengedarkan ponselnya.
"Kemungkinan ya, tapi jangan sedih ... Ia terganggu karena sedang dalam pelajaran." Jawab Jun berusaha memberi jawaban memuaskan untuk sang teman baik yg tengah gundah akan cinta tersebut.
"Lalu, aku harus bagaimana?"
"Tunggu, mukamu menyedihkan sekali... Menjijikan, begini saja... Lakukan seperti biasa aku akan tanya pacarku yang kebetulan teman Jiyeon bagaimana kabarnya." ucap Hoshi akhirnya sedikit memberi nafas tambahan untuk Wonwoo.
"Kalau begitu, kenapa tak bilang daritadi, Sipit!" ucap Woozi kesal.
"Kau tidak tanya, btw kau juga sipit!"
"Kau lebih sipit!"
"Kau!"
"Kau!"
"Diam!!!!" Jun berteriak nyaring "Ayolah, memangnya kenapa kau tiba tiba tidak percaya diri? Pasti ada alasannya bukan?" lanjut Jun bertanya membuat Woozi dan Hoshi yang sebetulnya daritadi penasaran mengakhiri pertengkaran mereka dan duduk rapi dimeja masing masing menatap Wonwoo penuh rasa ingin tahu.
"Muka kalian yang penasaran itu jelek sekali." kekeh Jun.
"Sst." tanda dari duo sipit bersamaan, membuat Jun mengangkat bahunya seolah mengatakan 'oke sorry'.
"Awalnya kemarin saat aku mengantar Jiyeon membeli perlengkapan klub tiba-tiba muncul pria bernama Joshua, kudengar dia ketua klub keagamaan disekolahnya dan Jiyeon juga anggota disana, ditambah tadi pagi saat aku mengantar Jiyeon ke gerbang sekolahnya pria itu ada lagi dan bersama Jiyeon menuju kelas mereka, Aku kesallll.... Argh... " Wonwoo kembali memasukan kepalanya kedalam tas ranselnya penuh rasa amarah. Menurutnya ini adalah cara paling aman mendinginkan kepalanya.
"Arraseo, aku juga pasti cemburu kalau pacarku pergi ke kelas dengan pria lain." ucap Hoshi diiringi anggukan dari Woozi dan Jun.
"Aku belum pernah seperti ini, rasanya ingin melakukan bungee jumping dan berteriak sekeras kerasnya pada Jiyeon 'kajimaa' tapi bibirku seolah terkatup, ini menyebalkan." lirih Wonwoo dari dalam tasnya.
"Cakkam... Pacarku menelpon. Moshi moshi Lian sayang... Kau sudah makan? Aku juga sudah, begini... Kau tahu Wonwoo? Nde... Dia pacar Jiyeon... Anniya, tentu saja tampan aku... Uhm... Dimaafkan, saranghae... Apa Joshua selalu dekat dengan Jiyeon? Oh Tidak? Joshua yg selalu mendekati duluan? Kalian sekelas? Ah... Oke, aku jemput bye love ya.... (mematikan sambungan telepon dan melanjutkan bicara dengan teman temannya) Joshua hanya beda satu kelas dengan mereka, Joshua yg selalu mendekati Jiyeon sepertinya kau harus waspada tapi... cobalah percaya."
Cobalah percaya
Cobalah percaya
Cobalah percaya
Ungkapan yg selama ini seharusnya ia tanamkan dalam kepalanya, mengapa ia begitu tak percaya pada Jiyeonnya.
Hingga kelas berakhir pikiran itu menghantuinya bersamaan dengan langkahnya yang membawa pada sekolah Jiyeon yg letaknya hanya 400 meter dari sekolahnya.
"Wonwoo~ya!" jerit Jiyeon senang berlari layaknya anak kecil menuju Wonwoonya,
"Hati-hati, sudah selesai?"
"Nde, kajja..." jerit Jiyeon menggamit lengan Wonwoo erat. Kekasihnya hanya menggeleng dan mengusap kepala Jiyeon lembut kala menjawab senyum sang kekasih.
"Jiyeon!" panggilan itu menghentikan langkah keduanya dan membuyarkan senyum Wonwoo, ya itu Joshua.
"Ya, ada apa Shua?" tanya Jiyeon masih menyandarkan kepalanya pada bahu Wonwoo.
"Bukankah... Kau mau mengantarku meminta ijin ke gereja disebelah rumahku? Aku butuh teman. Itupun kalau pacarmu tak keberatan."
"Kau bisa pergi Ji.. " dengan berat hati Wonwoo berusaha menjauhkan tubuhnya dari Jiyeon tapi bukannya melepaskan tubuhnya tapi gadis itu malah makin mengeratkan tubuhnya pada Wonwoo.
"Aku tidak bisa Josh, aku ada janji lebih dulu dengan Wonwoo... Mian." Wonwoo membungkuk meminta ijin mengikuti tarikan dari sang kekasih.
"Apa tidak apa apa?"
"Tidak apa apa, mereka harus memakluminya, lagipula setiap ada pekerjaan untukku aku tak pernah lalai, sesekali absen tak masalah bukan?"
"Mungkin..."
"Apa kalau aku tak masuk kegiatan klub aku akan dikeluarkan? Jinjja?"
"Bhhhhaahahahaha.. Tentu tidak Jiyeon~ah..."
"Ah, syukurlah... Tadi pagi... Maaf."
"Apa?" tanya Wonwoo yang rasa kesalnya telah menguap entah kemana.
"Tadi pagi aku masuk kelas bersama Joshua, aku tahu kau pasti kecewa."
"... Anniya."
"Bohong, aku berbalik kau sudah pergi dengan bahu turun dan pandangan kebawah seolah kecewa."
"Ya, Aku kecewa tapi... Temanku bilang kenapa aku tidak berusaha percaya padamu."
"Aku minta maaf..."
"Dimaafkan." Wonwoo mengusak rambut Jiyeon yang tergerai lagi.
Gadis itu berjinjit mengecup pipi Wonwoo lembut.
"Terima kasih."
"Aku tidak memaafkan itu.."
"Kenapa?" Jiyeon memalingkan wajahnya kaget.
"Karena bukan aku yang memulai ciumannya." ucap Wonwoo memberikan senyum nakalnya.
"Kyaaa." Jiyeon berlari begitu juga Wonwoo yang mengejarnya melewati pohon pohon sakura yang saling beriringan menjatuhkan kelopak bunganya.
- End -
KAMU SEDANG MEMBACA
JIYEON'S FICLET
FanfictionSebuah page berisi kumpulan cerita pendek mengenai Jiyeon - Seungchoul-Jiyeon (Jicheol) - up - Jun-Jiyeon (JunYeon) - up - Junghan-Jiyeon (JungYeon) - up - Joshua-Jiyeon (JiShua) - up -Hoshi - Jiyeon (Shiyeon) - up - Woozi - Jiyeon (ZiYeon) - up - W...