Part 1. Sepasang anak Kembar

53 9 0
                                    

'Jarak terget lima belas meter dan dua setengah meter diatas permukaan tanah. Berdasarkan gravitasi, dan arah mata angin, maka…'

DORR!!

Chinen Arina tersenyum puas saat melihat bekas sebuah balon berisi air tergantung di sebuah tali berjalan tepat lima belas meter didepannya yang berhasil di tembaknya.

“Seperti biasa, aku sama sekali tidak bisa mengalahkanmu dalam hal menembak target dengan benar.” seru seorang pemuda yang kini sudah berdiri di sampingnya sambil memanggul sebuah senapan di pundaknya dan memandang Arina dengan wajah memelas. Baju kaos berwarna biru dan celana jeans, serta sepatu sneaker dan topi, membuat kesan santai namun tampan pada pemuda itu, Chinen Yuri.

Arina tersenyum semakin lebar sambil memandang pemuda itu dan menghampirinya. Senapan yang digunakannya barusan untuk menembak dipegangnya di satu tangannya yang bebas sedangkan yang satu lagi menggamit lengan pemuda itu dan menggandengnya. Pemuda itu sama sekali tidak terlihat risih di gandeng seperti itu di depan umum.

“Kalau begitu, minggu depan kau harus menemaniku bermain survival game seharian penuh, dan juga makan malam hari ini semuanya kau yang traktir.” kata Arina dengan girang.

“Perjanjiannya bukan seperti itu! aku tidak mau. Minggu depan aku sangat sibuk, Arina.” tolak pemuda itu dengan nada keberatan.

“Ayolah, kau harus menemaniku. Ayolah, o-nii-chan.” kata gadis itu dengan memelas.

Yuri memandang gadis di sampingnya ini dalam diam dan menyipitkan matanya, “Berhenti memanggilku oniichan dan memandangku seperti itu. Kau pikir umurmu berapa sekarang?” oh, ayolah. Perbedaan tujuh menit di antara mereka, tidak langsung membuatnya bisa dipanggil seperti itu oleh gadis di sebelahnya ini.

Arina balas menyipitkan matanya sambil mengerucutkan bibir memandang pemuda di sampingnya ini lekat-lekat. Hingga akhirnya Yuri menghela nafas dan mengangguk saat mereka tiba di tempat mengembalikan perlengkapan menembak mereka tadi, karena Arina tetap tidak melepasnya dan terus memandanginya seperti itu.

“Baiklah, baiklah. Aku mengerti. Akan ku tanyakan kepada Okamoto-san tentang kemungkinan aku bisa mengosongkan jadwalku minggu depan. Tapi aku tetap tidak bisa berjanji padamu, puas?” katanya.

Arina kembali tersenyum riang sambil memeluk pemuda itu erat dengan singkat, “Aku tau Yuri tidak pernah bisa menolakku,” katanya dengan nada puas.

Sekilas dilihat, mungkin banyak yang berpendapat bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Namun kenyataannya mereka berdua adalah adik-kakak. Lebih tepatnya saudara kembar. Chinen Yuri lebih tua tujuh menit dibanding Arina. Sejak kecil keduanya memang sudah akrab satu sama lain dan tidak terpisahkan. Bahkan ketika mereka sudah beranjak dewasa, Arina selalu berada di sisi Yuri dimana pun dan kapan pun. Mungkin karena sejak kecil mereka tidak pernah mengenali bagaimana kedua orang tua mereka.

Sejauh yang mereka tau, kedua orang tua mereka sudah meninggal sejak mereka masih sangat kecil dan semenjak saat itu mereka berdua diasuh oleh pelayan di rumah mereka dan seorang paman yang hanya pernah mengunjungi mereka sekali, itu pun sudah sangat lama.

Meski kembar, wajah Yuri dan Arina tidak terlalu mirip satu sama lain, karena mereka kembar non-identik. Tetapi untuk beberapa hal mereka sangat mirip, bahkan juga dari segi sifat. Terkadang Arina bisa terlihat manja dan memaksa sehingga mau tidak mau Yuri harus menurutinya, namun tidak jarang Arina tidak bisa mengatakan tidak ketika Yuri sudah berkata sesuatu.

Sejak sekolah, Yuri selalu menduduki posisi puncak di setiap mata pelajaran bersama dengan Arina. Mereka berdua juga jago berkuda dan olahraga kelas atas lainnya. Hanya satu hal yang bisa dilakukan Arina tetapi Yuri tidak bisa, yaitu menembak.

UNDIVIDED [On HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang