Part 7. Ujian (part 1)

37 5 0
                                    

Seorang pemuda berkacamata dan mengenakan jas lab baru saja masuk dari pintu depan gedung utama WDA. Sebuah headphone bertengger manis di lehernya. Pemuda itu langsung berjalan menuju sayap timur sambil mengulum sebuah lollipop di mulutnya.

Tiba di depan sebuah pintu baja dengan detektor sidik jari dan ID card di depannya. Pemuda itu melepaskan ID card yang tersampir di saku jas lab dan meletakkan di mesin pemindai. Setelah itu meletakkan jempolnya di detektor sidik jari. Sedetik kemudian, lampu kecil di mesin itu berganti warna dari merah menjadi hijau, bersamaan dengan terbukanya pintu di depannya secara otomatis.

Benar.

Seluruh devisi IT tempat itu berada dibawah kepemimpinannya.

Pemuda itu berjalan dengan santai. Berlalu begitu saja tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang memang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Pemuda itu berhenti pada sebuah pintu yang bertuliskan 'Chief' di depannya lalu masuk ke dalamnya.

Sedikit terkejut mendapati seseorang sudah duduk manis di sofa yang ada di tengah ruangannya.

"Bagaimana kau bisa masuk kesini?" tanya pemuda itu datar pada sosok itu.

"Kau yakin perlu menanyakan hal itu?" tanya orang itu yang tidak lain adalah Ryosuke.

"Lupakanlah, hanya basa-basi." ujar pemuda itu padanya sambil lalu.

Tanpa mempedulikan lagi Ryosuke yang bangkit dari posisinya dan berjalan mengikutinya yang kini sedang menuju kursi kerjanya, berhadapan langsung dengan beberapa monitor besar di sekitar mereka dan menyala, menampilkan banyak angka-angka dan huruf yang terlihat tidak beraturan.

"Apa ruangan ini tidak terlalu gelap?" tanya Ryosuke lagi sambil melihat sekeliling.

"Jika terlalu terang justru aku tidak bisa bekerja." jawab pemuda itu singkat, terlihat jemarinya dengan lihai sudah menari diatas keyboard di atas meja.

"Bodoh! bekerja di kegelapan justru akan membuat matamu semakin rusak!" Ryosuke menepuk pelan kepala pemuda itu dengan map yang sedang di pegangnya.

"Ck! Bukan urusanmu, sana minggir!" pemuda itu menggerutu dan menepuk singkat lengan Ryosuke, "Berhenti menggangguku dan katakan apa urusanmu kemari. Kalau kau hanya mengganggu di tempat ini, sebaiknya pergi saja sana, aniki!" ujarnya sembari menekankan kata terakhirnya sebagai panggilan untuk Ryosuke.

Ryosuke lalu menyerahkan map yang sedari tadi di pegangnya pada pemuda itu, yang tidak lain adalah Ryutaro, adik kandungnya. Ryutaro mengambil map tersebut dan mulai membacanya.

"Chinen Arina? Dare?" tanya Ryutaro.

"Sejauh yang ku ketahui sampai saat ini adalah, keponakan kandung paman Jin, memiliki saudara kembar yang di culik oleh Flame Rose kemarin, dan setelah rapat pagi tadi memutuskan untuk bergabung di WDA. Reia-san bilang ini harus ku berikan padamu untuk mengurus masalah recruitmen nya." jelas Ryosuke.

Ryutaro mengangkat sebelah alisnya mendengar penjelasan Ryosuke. Pemuda itu kembali beralih pada dokumen di tangannya dan membaca hingga ke halaman selanjutnya, "Keponakan paman ya? Sehebat apa dia sampai paman langsung ingin langsung merecruitnya sebagai Diamond Agent?"

Mendengar kata Diamond Agent keluar dari mulut Ryutaro, Ryosuke melebarkan matanya. "Apa kau bilang?! Diamond Agent?! Paman...."

Ryutaro hanya mengangguk. Lalu Ia menunjuk map yang tadi Ryosuke berikan padanya dengan dagunya. "Sepertinya kau memang belum melihat isi map tersebut sebelum memberikannya padaku,"

UNDIVIDED [On HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang