Arina menyendokkan parfait strawberry buatannya ke dalam mulutnya sambil melihat Yuri yang sedang melihat sebuah map dengan Keito yang berdiri di sampingnya. Arina berdecak dengan kesal menatap gelas parfait di depannya sendiri.
Seperti menyadari ada yang aneh pada Arina, Yuri melirik pada gadis itu sesaat sebelum memberikan isyarat pada Keito untuk melanjutkan pembahasan mereka nanti. Setelah pemuda itu keluar dari ruang makan dan menyisakan kedua saudara kembar itu saja, Yuri lalu membuka suara.
“Arina, ada apa denganmu? Ada masalah?” tanya Yuri.
“Tidak ada.” jawab gadis itu singkat.
Ada masalah! Pikir Yuri sambil tersenyum tipis.
Yuri sangat mengenal Arina termasuk dengan kebiasaan gadis itu, terutama saat sekarang. Menjawab pertanyaannya dengan ketus dan singkat, berarti sedang terjadi apa-apa padanya yang membuatnya sangat kesal.
“Bagaimana dengan kuliahmu?” tanya Yuri mencoba memancing, ingin mengetahui masalah pada kembarannya itu.
“Baik-baik saja,” jawab Arina lagi sambil memainkan parfaitnya sendiri dengan malas.
“Lalu, apa parfaitnya kurang manis? Strawberrynya kurang matang? Mau minta pelayan menggantinya?” tanya Yuri lagi.
Arina mendengus dengan kesal, “Aku yang membuatnya, tentu saja rasanya sudah sangat pas! Kau saja yang tidak mencicipi milikmu dan sibuk dengan pekerjaanmu dari tadi!”
Yuri mengulum senyum mendengarnya, mendapat petunjuk apa yang menjadi penyebab kekesalan kembarannya ini.
Dirinya!
Pemuda itu lalu menyuap sesendok parfait di depannya yang sudah hampir mencair, namun tetap saja tidak mengubah rasa dari parfait itu sendiri.
“Ini enak. Kau memang sangat ahli dalam hal seperti ini, Arina!” seru Yuri.
Arina mendengus mendengar pujian kembarannya itu dan berdehem singkat sambil menyuap miliknya sendiri. Yuri akhirnya menghela nafas dan meletakkan kembali sendok di parfaitnya di atas meja, ganti dengan menggenggam satu tangan saudarinya yang ada di atas meja.
“Baiklah, aku minta maaf karena sudah membawa pekerjaan ke meja makan. Aku akan mengingatnya untuk lain kali tidak melakukannya lagi dan membuat saudara kembarku ini jadi kesal lagi seperti ini.” bujuk Yuri.
Arina kini memandang saudara kembarnya itu dan ganti menghela nafas, “Aku hanya ingin Yuri tidak terlalu larut dalam pekerjaan, setidaknya di rumah saja Yuri bisa beristirahat.” Ujarnya.
Yuri tersenyum lebar dan mengacak rambut saudarinya itu, “Baiklah, aku mengerti. Jadi, buang ekspresi merengutmu dan tersenyumlah lagi untukku.” katanya.
“Yuriiiiiiiii….” Arina menepuk singkat tangan Yuri dan merapikan rambutnya sendiri yang berantakan.
Gadis itu lalu melanjutkan kembali makan parfaitnya dengan perasaan ringan. Namun tidak dengan Yuri, pemuda itu terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu padanya.
“Kenapa?” tanya Arina yang menyadari tatapan pemuda itu padanya.
“Arina, sepertinya rencana kita minggu ini akan batal.” ujar Yuri sambil menatap matanya dengan nada menyesal.
Arina menyerit mendengar kata-kata Yuri, mengingat apa kira-kira yang mereka rencanakan minggu ini, maklum saja ingatannya yang sedikit bermasalah itu.
“Survival Game itu, bodoh! Kenapa kau bisa mendadak amnesia seperti ini?!” gerutu Yuri lagi dengan kesal sambil menoyor pelan kepala saudarinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDIVIDED [On HOLD]
Action#154 in Actions (27 Agustus 2017) #146 in Actions ( 1 November 2017) Chinen Arina, seorang remaja yang baru lulus SMA tinggal bersama dengan saudara kembarnya Chinen Yuri, keluarga satu-satunya yang Ia punya setelah kematian kedua orang tuanya saat...