Ruby tidak menyentuh makanan nya sama sekali, dia hanya menunduk menatap makanan itu dalam diam, di saat semua orang tengah mengobrol dengan asik. Kadang di selingi dengan tawa yang terdengar. Bagi nya, makan malam ini sangat membosan kan, tidak menarik, dan tidak ada hubungan nya dengan diri nya sama sekali. Jadi untuk apa dia pulang cepat.Bara dengan Alex yang sibuk bernostalgia ke zaman SMA mereka. Liana dengan Rosa juga begitu. Dirga, Digta, dan Ralin dengan Genta dan Tata. Sedangkan Regan justru sibuk memainkan ponsel dengan earphone di telinga nya. Sama tidak berminat nya dengan Ruby. Dia malah sibuk mebalas chat teman-teman dari anggota genk motor nya. Malam ini sebenarnya dia telah ada janji bersama genk motor nya untuk nongkrong bareng. Tapi makan malam ini merusak segala nya.
"Gimana Genta, Tata. Kalian betah di Saga?" tanya Liana seraya menatap kedua anak remaja itu.
Genta mengangguk di sertai senyuman. "Betah banget tante." jawab nya.
Sedangkan Tata mengangguk samar, dengan mata yang melirik pada Ruby yang kini mengangkat kepala, menatap dingin ke arah nya.
"Jadi kamu sekelas sama siapa nih?" tanya Alex pada Genta.
"Sama Ruby om. Kalau Tata sama Ralin." jawab Genta sembari menatap lama ke arah Ruby.
"Wih keren tuh. Berarti bisa lah lo di jadiin mata-mata buat ngelihatin Ruby di sekolah." celetukan tiba-tiba dari Regan langsung mendapatkan pelototan dari Dirga. "Ya elah. Gitu doang, semua nya melotot ke gue sih." gerutu nya.
"lagian lo ngada-ngada aja. Ngapain Ruby di awasin segala." kali ini Digta yang bersuara.
"Ya mana tau. Dia bertingkah lagi." gumaman Regan kali ini mendapat cubitan dari Ralin.
"Sembarangan banget lo ngomong."
"Ih sakit Ralin." Geram Regan.
"Udah ah. Kok kalian jadi berantem gini sih." Liana menyudahi aksi Ralin dan Regan.
Sedangkan Ruby yang di bicarakan saja, hanya diam tidak merespon dalam bentuk apa pun.
"O iya Ruby. Tante denger kamu itu siswi terpintar ya di Saga? Juara umum terus." Rosa berbicara atusias pada Ruby yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara.
Ruby hanya membalas dengan anggukan. "Ternyata selain cantik, kamu juga pinter ya. Berarti Genta sama Tata harus belajar banyak dari kamu." kata Rosa lagi dengan senyuman hangat,khas seorang ibu.
"Tante gak tau aja kelakuan dia di sekolah kaya apa." gumam Tata sangat pelan, sehingga hanya Genta lah yang dapat mendengar.
"Bisa gak sih lo jaga sikap." bisik Genta pada Tata yang terus menampakkan respon tidak suka nya pada Ruby.
Tata hanya mendengus kesal. Dia masih tidak terima dengan kelakuan queen bee itu saat di sekolah tadi siang.
Tak lama, Ruby tiba-tiba bangkit dari duduk nya, sembari meraih ponsel di atas meja makan. "Kamu mau kemana?" tanya Alex."Ke kamar. Capek. Mau istirahat."
"Tapi makan malam nya belum selesai. Makanan kamu juga belum kamu makan."
"Udah kenyang."
Alex hanya menghembuskan nafas perlahan, lagi-lagi sikap putri bungsu nya itu membuat nya bingung. Dia tidak pernah mengerti akan Ruby, akan setiap sikap yang di tunjukkan gadis itu pada semua orang. Jika di ingat nya, dia ataupun Liana selalu memperhatikn setiap tumbuh kembang anak-anak mereka. Tapi entah kenapa, sikap Ruby seperti itu.
☔☔☔☔☔
Balkon, adalah tempat paling abadi bagi seorang Ruby. Tempat dimana hanya ada dia, dan ketenangan. Dia tidak menyukai keramaian, entah sejak kapan. Mata nya terus menatap ke depan, ke gelap nya malam yang hanya di terangi oleh lampu-lampu jalan, dan beberapa lampu-lampu rumah di komplek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (END) (Pindah Ke Dreame)
Teen Fiction(REPOST) Ini tentang Ruby Lianexia Alexander. Gadis dengan sejuta sikap dingin dan tatapan datar. Sang Queen Bee SMA Saga yang di kenal kejam dalam bullyan. Tentang dia yang tidak percaya takdir, dan tentang dia yang mengutuk ada nya takdir. Dia yan...