Chapter 4

2.1K 381 20
                                    

Brandon memesankan makan siang untukku, berupa makanan Turki. Pria pengantar delivery-nya seorang pria keturunan Arab yang masih muda.

"How much?" Tanyaku.

Dia melihat struk dan menyerahkan padaku sambil menunjuk sebuah tulisan 'paid'. Artinya sudah dibayar.

"Oh. Okay. Thankyou." Aku mengambil bungkus makanan yang diberikan olehnya.

"You're welcome. Enjoy your meal, Miss!" Katanya kemudian berlalu.

Aku bergegas kembali masuk ketika mendengar deruman sebuah mobil sport yang berbelok masuk ke pelataran parkir rumah Brandon.

Seorang pria berambut coklat dengan jaket kulit hitam turun dan tampak sedang menelpon kemudian menaiki undakan tangga. Belum melihatku.

Wajahnya kaget begitu ia melihatku yang sedang berdiri di pintu sambil memegang kantong makanan.

"Brandon's new girlfriend, huh?"

"Sister." Jawabku, "Brandon's sister."

"Oh. Keith Clyde, call me Keith. Brandon's friend." Dia menyalamiku dan melenggang masuk. "Aku ingin numpang tidur." Katanya lagi dan langsung memasuki kamar Brandon di balik tangga.

Untuk memastikan, aku menghubungi Brandon. Bagus nomor yang tertera adalah nomor ponselnya.

Brandon menjawab di deringan ketiga.

"Yes, Savannah?"

"Uhm, Keith is here."

"Keith? Oke tidak apa - apa. Dia temanku, mungkin dia hanya perlu tidur."

"Yeah, he use your room."

Brandon tertawa, "it's okay Savannah. He's not stranger. Sudah menerima makanan yang kupesan?"

"Ohya, sudah. Terima kasih."

"Baiklah. Makanlah, Savannah."

"Iya oke. Aku tutup ya."

Aku pun membuka bungkusan makanan yang dipesankan Brandon. Ia memesankan kebab dan entah apa ini yang berisi roti dan seperti kari. Aku ingin menawari Keith makan, tapi sepertinya ia sudah terlelap.

Setelah makan, aku ingin menyusuri seluruh ruangan di rumah ini. Melihat - lihat untuk mengetahui fungsinya.

Di mulai dari kamar yang berada di sebelah kamar Brandon, kuhitung rumah ini memiliki empat kamar tidur dan satu gudang di bawah tangga. Ada sebuah kasur besar dan lemari pakaian. Kubuka, berisi baju - baju pria. Tidak ada yang istimewa.

Lalu beralih ke sebuah ruangan, yang tampaknya seperti ruang baca dan ruang kerja. Berisi rak - rak yang dipenuhi buku dan sebuah meja besar yang di atasnya terdapat laptop dan telepon, juga sebuah sofa empuk. Ruang kerja ini tidak terlalu besar.

Ada sebuah ruangan untuk mencuci, kulihat ada mesin cuci besar yang sepertinya tidak pernah dipakai. Aku akan menggunakannya nanti. Mungkin selama ini Brandon mencuci baju - bajunya di laundry.

Dan terakhir kamar di atas yang bersebelahan dengan kamarku. Kamar ini kosong. Tidak ada kasur atau lemari. Benar - benar kosong, tapi tetap bersih.

Kuakhiri inspeksi dengan melihat - lihat sepeda di garasi. Aku masuk lewat pintu garasi yang terhubung dengan ruang cuci dan menyalakan lampunya.

Sepeda ini sangat tinggi, aku kesulitan menaikinya. Bisakah aku meminta Brandon membelikan sepeda perempuan saja?

Selain kendaraan, garasi menjadi tempat Brandon menyimpan perkakas pria. Alat - alat untuk memperbaiki mobil dan sejenisnya. Juga alat - alat seperti palu, gergaji dan lain - lain.

Hello Hollywood!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang