Sudah tiga hari Riri menempati rumah baru ini. Rumah yang tidak begitu besar dan tidak juga terlalu kecil. Cukup nyaman untuk ditinggali Riri dengan profesinya sebagai pemilik toko kue yang memang jarang untuk ada di rumah. Terlebih Riri adalah seorang penyendiri yang tidak banyak omong. Waktu luangnya hanya digunakan untuk membuat menu kue baru yang nantinya akan dijual di toko.
Hari ini adalah hari keempat Riri tinggal di rumah barunya. Berangkat pagi-pagi dan pulang larut malam. Selalu seperti itu selama 4 hari ini.
Merasa lelah, Riri berniat menghangatkan badan dengan mandi air panas. Namun sebuah suara mengagetkannya di tengah keheningan rumah malam hari.
Dering ponsel rupanya. Ia melihat layar. Sebuah nomor tak bernama.
"Siapa ini?" gumamnya.
Ia mengangkat sambungan telepon, "halo?"
Tak ada suara. Hening. Dan tiba-tiba sambungan terputus.
Ia melihat ke arah layar dengan dahi berkerut. Tak pernah terjadi seperti ini sebelumnya.
"Ada-ada saja."
Merasa terlalu lelah, ia mengurungkan niat untuk mandi, dan memutuskan untuk tidur. Berharap pagi esok akan segar kembali. Namun perkiraannya salah, ia tak dapat tidur malam itu. Sebuah hal mengganggunya.
Tiba-tiba ponsel tersebut berbunyi lagi. Dengan segera Riri mengambilnya, lalu melihat si penelpon.
Nomor ini lagi ? Batin Riri heran lalu mengangkat telepon tersebut.
"Halo?" Ucap Riri.
Namun lagi-lagi tak ada jawaban, hal itu membuat Riri sangat kesal.
"HALO, SIAPA SIH INI ? TOLONG JANGAN GANGGU DEH, AKU MAU TIDUR!" Gertaknya sembari berteriak.
Namun tak ada jawaban, yang ada hanyalah keheningan. Hal itu pula membuat dahi Riri kembali berkerut. Dan saat hendak menutup teleponnya.
"Tolong aku," Ucap seorang wanita dari seberang dengan suara yang sangat lirih.
"Halo ! Ini siapa ?" Tanya Riri mulai penasaran.
"Tolong temukan jenasahku dan kuburkan dengan layak agar aku bisa tenang," Jawab wanita itu sangat lirih namun bisa membuat Riri menegang seketika.
Riri menarik selimutnya, mencoba untuk menutup matanya dan pergi tidur. Riri melihat ke arah almari kaca antik yang berdiri gagah di kamarnya.
Kenapa almari itu seolah-olah ada yang menunggu?
Batin Riri. Bulu kuduk Riri langsung berdiri. Ia mendengar suara merdu seorang wanita.
"Lingsir wengi~"
Riri menghampiri almari kaca itu dan hendak membukanya. Namun, Riri memastikan suara itu bukan imajinasinya.
"Sliramu~"
Riri membuka almari itu, suara itu terdengar jelas dari dalam almari. Riri masuk ke dalam almari itu dan menemukan sebuah gaun yang indah nan elegan berwarna putih gading.
"Riri, tolong aku ..."
Sontak Riri menutup almari itu sekeras mungkin. Ia berlari keluar kamar menuju ruang tamu. Matanya masih tidak lepas dari pintu kamar Riri yang lupa ia tutup. Saking tidak bisa menahan kantuknya, akhirnya Riri terlelap di sofa. Ia berharap hal barusan adalah mimpi atau halusinasinya saja.
Akhirnya pagi datang. Dengan derap langkah perlahan, Riri kembali memasuki kamarnya. Ia menghampiri almari itu lagi. Membukanya perlahan dengan jantung yang berdegup sangat cepat. Riri mendesah lega, tidak ada apa-apa. Ia masih berpikir kalau tadi malam hanyalah halusinasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita
RandomBerbagai macam jenis cerita yang dibuat atas kreatifitas para anak bangsa yang sedang tahap pembelajaran menuju sesuatu yang berguna :) setiap satu cerita dibuat oleh beberapa member yang ada di grup kepenulisan wattpad's cafe.