Jajang Sontoloyo - Humor

26 6 1
                                    

Untuk kesekian kalinya aku mendesah pasrah. Aku duduk di sebuah halte sambil mengayunkan kedua kakiku yang bergelantungan. Rasanya bosan sekali. Aku tidak punya teman bermain dan teman bercerita. Jangankan mendapat teman, aku bahkan tak terlihat di dunia yang masih kutempati sekarang. Aku tahu, duniaku bukan di sini lagi. Ya, karena aku hantu.

Omong-omong, namaku ... Ah! Tidak ada, kok, yang penasaran dengan namaku. Untuk apa aku memperkenalkan diri?

Kalian kepo namaku ya? Baiklah, karena permintaan kalian para my fans, aku akan memberitahu namaku. Namaku adalah Rahesya, sebelum aku mati aku dipanggil 'Jahe' oleh salah satu sahabatku. Jadi, jangan pernah memanggil aku seperti itu ya, kalau tidak ... Dia akan datang ke dalam mimpimu dan menggigitmu seperti ia mengigit tulang hasil ia berebutan anjing di rumah sebelahku. Ugh, menyeramkan.

Ok, back to topik, kalian tahu tidak kenapa aku bisa jadi hantu seperti ini? Jangan kalian pikir kalau aku mati gara-gara digigit anjing yang tulangnya direbut sama sahabatku itu, ya. Yah, lebih tepatnya aku mati karena aku kepentok bajaj lagi nangkring yang sopirnya lagi tidur gara-gara aku dikejar anjing itu minta tulangnya dibalikin.

Miris sekali bukan? Padahal itu cuma kepentok bajaj. Aku kadang heran, kenapa aku mati dengan cara tidak berkelas? Misalnya seperti lagi shopping tiba-tiba serangan jantung, atau lagi drama musical mati di tangan pangeran tampan? Aku sedih bukan karena aku meninggal, cuma caranya aku meninggal yang bikin ku sedih.

Apalagi waktu mendengar teman-teman ku berbicara di rumah duka, "Rahes meninggal gara-gara kepentok bajaj tau." Hell!! Apa mereka tidak tahu kalau aku bisa mendengar mereka bilang seperti itu?

Ini adalah hari keempat setelah kematianku. Entah lah, aku merasa seperti gepeng di dua dunia, luntang lantung, sini-sana. Andaikan hantu bisa mengemis, sudah dipastikan aku masuk dalam jajaran pengemis yang cantik, hehe.

Tapi aku tidak bohong loh. Aku tuh cantik, cuma teman-teman ku bilang aku tuh kadang rada bloon. "Ra, kok lu cepet banget si perginya, gue kan gaada sahabat yang sebloon lu ra." Itu aku masih ingat si Nurul berkata begitu ke aku, dia sahabat tapi rasanya ingin ku cekik.

Besok, keluargaku ingin mengadakan tahlil kepergianku. Aku pun merasa senang karena pasti sahabatku akan datang. Dengan ponsel yang kugenggam Aku memberi kabar pada sahabatku, Aura.

Aku pun segera menghubunginya. Tak lama kemudian ia mengangkat panggilan dariku.

"Halo, Tan," ucapnya.

"Tan? Ini aku Aura, sahabatmu," ujarku padanya.

Dan panggilan itu terputus. Entahlah, aku tak ambil pusing akan hal itu, yang penting aku telah mengabarinya.

"Tan, kok gak dijawab yah?" tanya Sahabatku itu ketika aku menelepon balik. Aku balas mengangkatnya.

Dalam hati aku mencak-mencak sendiri. Yaiyalah, tidak dijawab orang aku sudah jadi hantu alias jurig. Aku mendengus kesal, lalu dengan segera membanting ponsel itu.

"Tan, halo ... tan ... ini bukan hantu kan?" Terlihat jelas suara ketakutan di sebrang sana. Aku hanya melanjutkan mencak-mencak kembali, tapi berhenti ketika aku melihat mamaku yang terlihat menghampiri ponsel yang tadi kujatuhkan.

"Halo, ada apa yah?" Bisa aku dengar suara mamaku menjawab telepon itu.

"Tan, kok tadi tante nelfon gak dijawab yah?" tanya sahabatku itu. Terlihat jelas reaksi mamaku, yang bingung.

"Lho, tante gak telfon."

"Hah? Terus tadi yang telfon aku siapa dong?"

"Tante gak tau, mendadak telfonnya jatuh sendiri," ujar Mamaku.

Kumpulan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang