Budaya - Humor

296 1 0
                                    


Siang itu, di SMA Antariksa Jayakarya sedang berlangsung sebuah acara. Bisa dikatakan itu adalah acara rutin yang selalu diadakan setelah selesai UAS. Banyak siswa yang berlalu lalang, sama halnya dengan Rayn.

"Mau ke mana Rayn?" tanya seorang teman Rayn saat mereka berpapasan.

"Hah?"-Ryan menoleh ke kanan dan ke kiri lalu menunjuk dirinya sendiri-"aku?" tanyanya linglung.

"Iya, kamu. Kamu mau ke mana?" ulang Jayne lagi.

"Gak, kok. Gak ke mana-mana. Cuma mau pulang," ucap Rayn. Kemudian ia berlalu begitu saja.

"Hey, kau tau nanti sekolah kita mengadakan PenSi?" tanya Jayne.

"Yah ... barusan aku mendengarnya dari mulutmu," jawab Ryan santai.

Jayne hanya mendengus.

"Baik, baiklah ...," Ryan menghela napas. "jadi apa maumu?"

"Kau mau ak menarikan tarian 'Oplosan' sendiri? Baiklah."

"Huh?" Ryan heran dengan Jayne yang dengan tak tahu malu menari-nari di jalan.

"Tutupan botolmu, Tutupan oplosanmu ..."

"Er, apa kalian gila?" tanya seseorang yang melintas.

"Uh, maaf hanya dia. Aku tidak." Tunjuk Ryan ke arah Jayne. Jayne tampak tak peduli dengan yang dikatakan Ryan kepadanya.

Tanpa di duga, justru Ryan mulai bernyanyi.

"Apa salah dan dosaku sayang, cinta putihku kau buang-buang ... Jaran goyang, jaran goyang ..." tubuhnya terlihat luwes bergoyang, ke kiri, dan kanan.

"Ry ... An ... Stop!" namun terputus oleh ucapan Ryan.

"Stop, engkau mencuri hatiku, hatiku ... Stop, engkau mencuri hatiku ..." dengan jengah Jayne hanya sanggup menghentak-hentakkan kedua kakinya. Tanda kesal, sebab semua orang kini menjadikan mereka tontonan gratis.

"Apa kau mengenal mereka? Seragamnya sama denganmu." Jayne yang sedang menahan malu mencoba mencari sumber suara itu.

"Mereka kakak kelasku, kenapa? Gila? Iya memang." Jayne dan Ryan saling berpandangan setelah Ryan sendiri mendengar itu.

"Sayang sekali, budaya sekolahmu sudah hilang. Tidak seperti jaman Ayah dulu, semua baju di masukan ...." Gadis di sebelah laki-laki itu dan juga Ryan langsung tersentil dengan perkataan itu.

"Para murid dulu suka menari dan menyanyi tarian adat, bukan gerakan seperti Bruce Lee yang mabuk itu. Ah ... sudahlah, jaman sudah berubah dan aku harus terbiasa." Laki-laki dewasa itu membuat Jayne, Ryan serta anaknya sendiri tercekik secara tak langsung dengan ucapannya.

"Jaman berubah, suasana berubah, kau harua bisa mengikuti arus yang tak menentu. Nayye ayo pulang, Ibumu sudah menunggu."


TAMAT

Written By

Aelvin
VRn_Rn
Noorah91
Brownsloth
i

majinasi27

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang