Berada dalam pelukan Taehyung semalam justru membuat Sujeong tidur dengan lelap. Kehangatan yang dirasa oleh keduanya membuat keduanya enggan meski hanya untuk membuka mata.
Terbukti keduanya masih belum bergerak dari posisinya meski bunyi yang ditimbulkan dari alat-alat dapur yang sedang digunakan oleh seorang lelaki cukup nyaring. Bahkan saat ini lelaki tersebut sudah selesai memasak dan sedang membereskan meja makan, namun Sujeong dan Taehyung tetap tak bergeming.
Seorang lelaki lain membulatkan matanya saat keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi melihat pemandangan Sujeong dan Taehyung yang masih bergelung dalam satu selimut.
"Hyung, kau tidak membangunkannya?"
"Biarkan saja."
Lantas keduanya pun mengacuhkan mereka dengan menyantap sarapa yang sudah disediakan.
Sujeong mengerjapkan matanya, dirinya tersenyum saat mendapati Taehyung yang masih tertidur memeluknya.
"Aku sangat merindukanmu." Ucapnya saat mengadahkan kepalanya melihat paras Taehyung yang masih saja terlihat tampan.
Tanpa disadari ucapan Sujeong tadi terdengar oleh kedua lelaki yang sedang menikmati sarapan tadi membuat keduanya tersenyum tipis.
"Kak, bangun sudah siang!" Sujeong menepuk dada Taehyung pelan.
Tangan Taehyung di punggung Sujeong pun terlepas saat Taehyung menggeliat merengangkan otot-otot tubuhnya. Ia belum membuka matanya.
Kesempatan itu segera Sujeong gunakan untuk segera berlari menuju kamar Taehyung. Ia benar-benar malu apalagi jika sampai Taehyung mengetahui dirinya tertidur disamping Taehyung.
Kedua lelaki di ruang makan itu terkekeh melihat Sujeong yang berlari kecil tanpa menyadari keberadaan keduanya tengah memperhatikan Sujeong.
Akhirnya Taehyung terbangun dan melangkah menuju dapur untuk meneguk air mineral.
"Sepertinya malam ini kau tidur nyenyak."
Taehyung melirik heran ke arah lelaki yang baru saja bertanya padanya sambil mencuci piring bekas sarapannya.
"Apa harus perempuan itu tetap tinggal disini?"
Kembali Taehyung dibuat heran oleh lelaki lain yang masih belum menyelesaikan sarapannya, saat Taehyung mencomot sepotong buah dalam mangkuk.
Bukannya menjawab pertanyaan kedua lelaki tadi, Taehyung malah melamun memikirkan pertanyaan dari kedua lelaki tadi.
Apa yang sebenarnya yang sudah terjadi? Biasanya Taehyung akan terbangun di pagi hari sebelum salah satu temannya itu memasak untuk sarapan. Dirinya selalu terbangun dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya serta napas yang tak beraturan. Tapi kali ini dirinya terbangun dengan tenang serta mendengar Sujeong berada disampingnya membangunkan dirinya.
"Selamat pagi..." Sujeong menyapa ketiga lelaki yang berada di ruang makan. Semburat merah muda tercetak di pipi Sujeong saat melihat wajah bangun tidurnya.
"Sujeong-ssi, segera sarapan." Sujeong mengangguk membalas ucapan lelaki yang baru saja mencuci piringnya, berjalan melewati Sujeong perlahan menepuk Sujeong.
"Kak Tae udah sarapan?" Tanya Sujeong pada Taehyung yang kini terus memperhatikan Sujeong.
"Setelah sarapan, aku akan mengantarmu ke stasiun. Aku bersiap dulu."
"Baiklah."
.
Setelah berpakaian rapi, Taehyung mendapati ruang makan yang kini ramai. Sepertinya teman-teman Taehyung sudah mulai dekat dengan Sujeong.
"Kak, sini sarapan!"
Sujeong segera mengambil semangkuk nasi untuk Taehyung setelah Taehyung duduk di kursi kosong di samping Sujeong. Ia pun meletakkan beberapa lauk pauk ke dalam satu piring, menyimpannya dekat dengan mangkuk nasi dihadapan Taehyung.
"Wah, sepertinya disini kita jadi obat nyamuk."
"Tae, kau benar-benar beruntung Sujeong mau menjadi kekasihmu."
"Dia temanku, bukan kekasihku."
"Apa itu artinya aku juga punya kesempatan untuk menjadi kekasih Sujeong?"
Pertanyaan dari lelaki paling muda disana membuat suasana di ruang makan menjadi hening, karena kini Taehyung tengah menatap tajam lelaki itu.
"Kak, cepat selesaikan makannya. Nanti terlambat." Semuanya kembali fokus melahap sarapannya masing-masing.
.
"Kak, apa kakak baik-baik saja?"
Taehyung hanya menoleh pada Sujeong tanpa menjawab pertanyaan dari Sujeong. Saat ini keduanya tengah menanti kereta yang akan membawa Sujeong pulang.
"Sepertinya semalam kakak mimpi buruk."
Taehyung mengerutkan dahinya. Taehyung tidak merasa dirinya mimpi buruk semalan, tapi Sujeong mengatakan semalam dirinya mimpi buruk.
"Apa kakak tidak merindukan Kak Jaekyung?"
"Kak Jaekyung tidak berhenti menangis. Aku tidak tega melihat Kak Jaekyung terus menerus dikurung disana dan disuntikkan obat penenang. Kak Jaekyung seperti itu semenjak Kakak menghilang. Uang yang Kakak kirim untuk pengobatan Kak Jaekyung tidak akan membuat Kak Jaekyung sembuh. Aku pikir, kalau Kakak menjenguknya, Kak Jaekyung akan sedikit membaik.
Aku benar-benar bahagia saat kemarin secara tidak sengaja aku bertemu Kakak. Bahkan aku bisa melihat Kakak bahagia bersama keenam teman Kakak itu. Aku bahkan tidak bisa lagi memaksa Kakak untuk kembali pulang karena aku melihat Kakak senang disini."
Sujeong menghela napasnya setelah ucapan panjangnya. Kereta yang akan membawa Sujeong akan segera berangkat.
"Tapi, aku masih berharap Kakak pulang sebentar untuk menjenguk Kak Jaekyung." Kali ini Sujeong menunduk.
Sujeong beranjak dari tempat duduknya, hendak masuk ke dalam kereta.
"Dia membenciku. Dia tidak ingin bertemu denganku."
Kembali Sujeong berbalik dengan mengerutkan dahinya menghadap Taehyung yang masih terduduk menunduk.
