Parfum Itu?

5 0 0
                                    


Langkahku sangat tak bersemangat. Pengumuman macam apa tadi itu? Penculikan? Bagaimana mungkin sekolahku cemas terhadap kasus penculikan ketika kami semua tidak akan bisa keluar tanpa didampingi pengurus asrama. Menyebalkan. Dan tambah menyebalkan lagi, setelah ini, kami siswi-siswi yang haus akan dunia luar pasti semakin dipersulit untuk pergi keluar asrama. Toh, diluar halaman asrama ada pos satpam yang tidak mungkin membiarkan seorang pria berjaket kulit membawa pistol dan berpostur seram masuk leluasa kedalam asrama.

Aku terus melangkah keluar dari aula dan membiarkan kakiku membawaku kemanapun ia ingin. Hanya dalam beberapa menit, diiringi segala macam protes tak guna didalam hati, aku kembali tiba di halaman asrama. Entah mengapa, meskipun sekarang bukan jam istirahat untuk bersantai-santai, kakiku mengarahkan langkahku kembali kesini. Kembali bernostalgia dan bersenandung dalam gumam, hingga dari kejauhan aku melihat pemandangan yang jarang ditemukan di asrama kami.

Fenomena ini terjadi tepat di lokasi Pak Satpam berada. Aku melihat seorang pria sedang bercakap-cakap dengan satpam asrama. Pria itu menggunakan kaos putih yang dilapisi jas (terlihat santai dan tidak kaku di atas bahu miliknya) warna hitam, rambut coklat gelap nya dengan pede berdiri di kepalanya dan menjatuhkan beberapa helai didepan keningnya. Celana hitam yang sebenarnya biasa saja bila digantung di lemari, namun terlihat seperti celana paling mahal yang pernah kujumpai ketika dipadankan dengan kakinya yang jangkung dan tangguh itu. Aku bisa membayangkan saat ini kedua mataku pasti sedang berbentuk hati. Dasar genit.

Tak lama sang satpam yang baik mempersilahkan pria tadi masuk. Ya, dia masuk dan berjalan kearahku. Em, maksudku ke arah pintu gerbang yang dibuat tepat dibelakangku saat ini. Kini aku seperti ditimbun ribuan salju ditengah musim panas. Pria tadi konsisten dengan pesona nya, berjalan bersama angin yang mengacak lembut rambutnya. Aku semakin membeku. Ketika akhirnya ia melewatiku, aku bereaksi yang lantas menghentikan langkahnya.

"Aku seperti.. mengenal parfum ini," bisikku setelah ia sudah berada di belakangku. Melewatiku.

Tak menyangka, ternyata ia kini sudah berada dihadapanku, menatapku bingung. Dan dengan sekejap, berubah menjadi senyuman.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" pria tadi bertanya dengan hati-hati.

Aku tersedak. Tiba-tiba sadar kalau daritadi aku menahan nafas. Entah mengapa ini membuatku pusing dan lemas. Ditambah mulutku tiba-tiba terlalu susah untuk menyandingkan pertanyaannya dengan jawabanku. Akupun lantas berlari masuk meninggalkan pria tadi dengan penuh tanda tanya. Lebih tepatnya bukan aku yang berlari, melainkan pikiranku. Kini aku sudah tiba didalam kamarku. Terdiam meratapi kakiku yang masih terasa lemas, dan kepala yang mendadak berat. Siapa pria tadi?

@D@?M 

Waiting till...?Where stories live. Discover now