tiga

19 4 2
                                    

Hujan kembali mengguyur kota ini. Membasahi seluruh apapun yang ada dikota ini.

Petir kembali menggetarkan telinga.
Siap menghantarkan suara yang dapat memekakkan telinga.

Davira menyesap coklat panasnya sambil duduk dikursi balkon kamarnya. Menikmati hujan yang kembali membasahi bumi.

Sesekali ia menjulurkan tangannya, membiarkan tangannya terkena dinginnya air hujan.

Malam hari ini. Seperti biasa. Davira kembali menikmati malamnya seperti biasa. Malamnya yang sepi.

Hanya ada 2 orang penghuni dirumah ini. Davira dan bik Lis.
Kedua orangtua nya tidak tinggal serumah dengannya. Beda negara pula.

Kedua orang tua nya tinggal disebuah negara yang bernama Dubai. Mengurusi perusahaan keluarga Alisando disana.

Davira membaringkan tubuhnya dikasur lalu memejamkan matanya sejenak.

Tak lama, ia langsung menyambar jaket dan kunci mobil miliknya. Lalu keluar dari kamar dan juga keluar dari rumah. Memasuki mobilnya lalu menuntun agar kendaraan beroda empat itu keluar dari perkarangan rumahnya.

Davira menikmati angin malam yang dingin. Lebih dingin dari biasanya. Lebih dingin karna seusai hujan.

Ia menendang apapun yang ada dihadapan kakinya. Termasuk kerikil.

Ia berjalan menyusuri taman kota yang terang benderang karna lampu berjejer dimana-mana. Pedagang kaki lima juga banyak yang berjualan.

Ia menduduki sebuah kursi kosong yang ada ditaman lalu menatap lurus.

Tak lama setelah itu, dia bangkit lalu berjalan ke arah dimana mobilnya terparkirkan.

Ia membawa mobilnya dengan kencang. Pikirannya tengah kacau sekarang. Blank.

Dan Braak!

Mobil putihnya tak sengaja menabrak sebuah sepeda motor dihadapannya. Hingga pengendara nya juga terjatuh.

Hanya terjatuh. Dan jalanan disana cukup sepi.

Lelaki pengendara sepeda motor itu bangkit dan berjalan menuju ke arah mobil Davira.

Ia mengetuk kaca mobil dengan emosi yang tersulut.

Davira takut. Ia turun dari mobilnya.

Baru saja ia ingin minta maaf. Gagal. Ketika dia melihat wajah dari sang korban tabraknya tersebut.

Ia menelan salivanya kasar.

"M.. Maaf. G.. Gue gak sengaja."

"Eh Davira. Gue kira siapa."

"T.. Tau dari mana nama gue?"

"Tau lah. Tapi gausah gugup gitu dong didepan gua. Dan gausah takut gitu mukanya. Gua gak makan orang kok."

"Iya. Soal yang tadi gue m.. Minta maaf."

"Oke gapapa. Untung yang nabrak elo, bukan orang lain."

"Kalo gue emang kenapa?"

"Gaada.Nama gu-----"

"Gue duluan." Davira berjalan dan memasuki mobilnya. Kemudian melajukannya dengan kencang.

<~>

Lelaki itu memasuki kamarnya yang berada dilantai 2.

Ia membaringkan tubuhnya dikasur dan berfikir sejenak.

Kemudian tersenyum. Baper kayanya.

Tok!Tok!Tok!

Suara ketukan pintu membuyarkan pikirannya. Menghilangkan senyumannya.

"Re..kamu didalem? Bukain pintu dong"Suara dari luar membuatnya berdiri dan membukakan pintu untuk orang tersebut.

"Kenapa ma?"

Yap. Yang mengetuk pintu tadi adalah mamanya>Wita.

Mamanya memasuki kamarnya dan duduk disofa. "Besok kamu sekolah disekolah baru itu. Jangan telat yah."

"Aman kalo soal itu. Asal mama bangunin. Hehe"

"Kamu ini. Oh ya kenapa sih kamu ngotot mau pindah kesana? Sekolah lama kamu kan lebih bagus dari itu. "

"Ada pokoknya."

"Ada apa? Pacar? Emang kamu ada pacar?"

"Emm semacam itulah. Udah deh Re mau tidur."

"Yaudah tidur. Mama ke kamar dulu."

Wita keluar dari kamar anaknya tersebut.

Yah.. Lelaki yang dipanggil Re itu bernama lengkap Realdi sandika.

Vomment ditunggu: v

Kepergian Yang KekalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang