PROLOGUE
The ROSSE : The Secret of The Castle
Bunyi hantaman logam yang saling beradu terdengar begitu memekakkan telinga. Api berkobar hampir di setiap penjuru daerah peperangan, menambah hawa panas di tengah teriknya matahari semakin membakar setiap inci tubuh.
Darah dan luka menghiasi tubuh-tubuh yang telah banjir keringat bercampur kotor tanah.
Lagi, peperangan di antara dua pegunungan itu semakin menjadi.
Teriakan kemenangan bercampur dengan erangan kesakitan terdengar begitu lantang ketika benda tajam mulai menusuk dan merobek tubuh. Mengugurkan banyak pejuang dari kedua belah pihak.
Di sana, tepat di barisan paling depan. Seorang pria yang memiliki orbs sejernih samudra tengah bertarung sekuat tenaga. Menumpas para musuh yang hendak merebut paksa kerajaan miliknya.
Mengayunkan pedang bermata ganda sekuat tenaga demi memenangkan pertarungan.
Serangan. Tangkisan. Semuanya terus diupayakan demi mempertahankan diri hingga akhir.
Menunggu saat yang tepat dan mencari celah untuk mematahkan serangan lawan hingga satu serangan terakhir menjadi penghujung puncak serangan beruntun yang ia lakukan ketika pedangnya diayunkan untuk menangkis dan menghempas pedang musuh hingga terpental jauh.
Menumpukan semua tenaga yang ada pada kedua tangan yang memegang erat pedang penuh kemantapan sambil berputar dan mengacungkannya tepat ke arah tubuh musuh yang hampir tak berdaya lagi.
Menancapkannya tepat pada daerah bagian perut hingga menembus sampai ke belakang tubuh.
Lalu setelahnya, sorak-sorak kemengangan dari pengikutnya menggema hingga ke langit berwarna putih yang berangsur berubah menjadi lebih hitam dan pekat.
Pedang ia tarik secara paksa. Membuat musuh yang sudah memuntahkan darah makin mengeluarkan cairan merah pekat itu semakin banyak dengan napas yang pendek-pendek.
Menendang tubuh yang sudah memasuki usia di awal empat puluh itu hingga tersungkur di bawah kakinya.
Ia bersorak penuh kemengangan dengan mengacungkan pedangnya ke angkasa sebagai tanda kemenangan atas perang setelah mengalahkan sang Jendral dari pihak musuh yang telah berusaha untuk mengganggu wilayahnya.
Para pengikutnya berteriak antusias menerima suara lantang menggemanya di langit.
Kaki yang berbalut sepatu kumuh itu ia injakkan pada leher yang sudah nyaris kehilangan napas, mengundang pekikan histeris para pengikut Jendral yang telah meregang nyawa di bawah kakinya ketika ia menghentak kaki dengan keras hingga terdengar bunyi gemeletuk tulang yang bergesar.
Ia kembali mengangkat pedangnya ke angkasa dengan sorakan lantang menyuruh untuk menghabisi prajurit musuh yang tersisa.
Berteriak penuh kemenangan. Membalikan badan, menatap wilayahnya yang sudah digenangi tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa.
Kedua sudut bibirnya mengembang dengan penuh keyakinan diri atas semuanya.
Lihatlah, bahkan saat ia mendongakan wajahnya, langit pun memberi restu atas kemengannya dengan menumpahkan bendungan tetes-tetes berwarna bening untuk memadamkan gejolak api peperangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSSE : The Secret of The Castle
FantasíaBagaimanakah jika mimpi-mimpi dalam tidurmu merupakan ingatanmu dari masa lalu yang tersusun secara acak, tanpa kamu sendiri ketahui bahwa mimpi itu adalah kehidupanmu di masa lalu. Jonathan Metthew mengalaminya. Dia tidak pernah tahu, tepatnya tida...