Seperti perkiraan yang telah dibuat, mereka benar-benar sampai pada hari hampir menjelang sore. Mereka kini berada di Jotunheimen Nasional park tak jauh dari penitipan kendaraan. Jhonathan menghentikan Jeep miliknya, kemudian keluar dan bersandar pada badannya.
"Kenapa kita berhenti di sini?" tanya Clark yang sangat berantusias untuk mencapai tujuan mereka segera. Kepalanya menyembul dari Jeep miliknya saat bertanya, namun tidak memutuskan untuk keluar seperti seperti Andrew yang duduk di atas Bentley miliknya.
"Sebaiknya kita menginap disini malam ini." usul Jhonathan kepada teman-temannya.
"Kenapa? Lagi pula, bukankah sedikit lagi kita akan mencapai tempat itu?" Andrew bertanya sambil menatap hamparan pegunungan sejauh mata memandang, lalu mengedarkan pandangannya untuk melihat apa yang ada di sekeliling mereka. Tempat ini masih begitu asri dan indah, begitu hijau dan sejuk.
"Jhona benar." Vanof juga ikut menyembulkan kepalanya dari pintu Impala miliknya. "Ada lebih baiknya kita menginap di sini malam ini. Lihatlah ke sekeliling kalian, akan jadi pilihan buruk jika kita langsung mendaki gunung yang berkabut tebal itu apa lagi kita belum tahu persis seperti apa tempat tujuan kita. Kita memiliki para wanita di tim ini. Jadi, lebih baik pertimbangkan kemungkinan bahaya yang terjadi nantinya." jelas Jhonathan.
"Memangnya kau tahu bahaya apa yang akan kita hadapi?" ketus Andrew dengan wajah datarnya itu.
Apa ia polos atau terlalu bodoh untuk memahami situasi?
"Itulah gunanya kita menginap di sini, dengan kita berada di tempat terbuka dan di pinggir Fjord seperti ini akan memudahkan kita untuk mengetahui jika akan ada serangan tiba-tiba. Dari pengalamanku, aku setuju dengan apa yang di katakan oleh Jhonathan dan juga Vanof, akan berbahanya jika kita langsung mendaki gunung di hari yang hampir menjelang sore. Itu tandanya, kita pasti akan sampai pada malam hari di sana." jelas Clark yang menyuarakan pendapatnya.
"Oh." jawab Andrew manggut-manggut.
"Ok guys, sepertinya sekarang kita harus mempersiapkan tenda milik kita!" seru Jhonathan yang terdengar paling antusias.
"Kenapa harus mendirikan tenda, bukankah kita bisa tidur di mobil masing-masing?" tanya Andrew lagi dan hanya disambut tawa bodoh yang sangat terkesan dipaksakan dari Jhonathan yang kemudian mendekat dan merangkul pundak saudaranya itu. Saudara jauh tepatnya, seperti yang pernah ia jelaskan.
"Tidur saja kau sendiri, jika kau tahan tidur dengan posisi duduk semalaman." Seketika raut muka Jhonathan berubah masam setelah menjelaskan apa yang ada dibenaknya kepada Andrew. Yang benar saja, bias remuk rasanya sekujur tubuh jika tidur dengan posisi duduk, ada-ada saja. Seharian berkendara saja sudah mampu membuat kaki kesemutan karena terus duduk, apa lagi jika harus semalam seperti itu.
Jhonathan mendesis sambil meremas bahu Andrew saat pria itu membuka mulutnya, tanda ia akan bertanya lagi sesuatu pada Jhonathan. "Berhentilah bertanya kawan, turunkan saja ranselmu itu dan bantu kami." ujar Jhonathan dingin lalu kemudian berlalu menuju Jeep miliknya dan menurunkan ranselnya dan juga Jasmine. Andrew pun langsung menelan kembali pertanyaan yang akan di lontarkannya kepada Jhonathan jika saja pria itu tidak menghentikannya.
"Jhona," Panggil Jasmine yang turun dari Jeep lalu berdiri di sampingnya. "Kau yakin ingin menginap disini?" tanya Jasmine.
"Ehmm," jawab Jhonathan lalu memberikan ransel Jasmine kepadanya. "kita juga harus bersiap." lanjutnya sambil mengacak rambut Jasmine.
"Jhona hentikan!" Gerutu Jasmine yang risih saat dirinya kini sedang mengaitkan ransel ke pundaknya dan Jhonathan malah mengganggu dan membuat pandangannya tertutup. Jasmine meniup rambutnya sebal, tapi bukannya rapi, malah jadi tambah kusut. Jasmine akhirnya menghela napas kasar dan membereskan rambutnya dengan menyisirnya ke belakang dengan satu tangannya. Sedangkan Jhonathan hanya tersenyum memandangi kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSSE : The Secret of The Castle
FantasiBagaimanakah jika mimpi-mimpi dalam tidurmu merupakan ingatanmu dari masa lalu yang tersusun secara acak, tanpa kamu sendiri ketahui bahwa mimpi itu adalah kehidupanmu di masa lalu. Jonathan Metthew mengalaminya. Dia tidak pernah tahu, tepatnya tida...