01

75 8 0
                                    

"Veyaraaaaaaaa... bangun udah jam enam" Teriak wanita separuh baya. Sambil sengaja membuka gorden kamar anak gadisnya, walaupun dibalik gorden tersebut hanya menampakan sebuah langit yang masih gelap. Bahkan semburat oranye pun masih belum terlihat.

Gadis itu langsung bangun dalam keadaan terduduk ketika mendengar teriakan ibunya.

"Apa jam enam!! Gilaaa gue bisa telat begini caranya mah." Ucap gadis tersebut shock ketika mendengar kata 'jam enam'. Dan dengan jurus seribu bayangan langsung melesat pergi ke kamar mandi.

"Mandinya jangan lama lama ya dek, jangan lupa sholat subuh dulu" ucap ibunya sedikit berteriak dari luar kamar mandi.

"Mama bohongin Veya lagiiii... astagaaa jahat banget si Ma, Veya tuh gak bisa diginiin ma." Ucap Veya berteriak sok drama di balik pintu kamar mandi.

"Jangan banyak drama kamu. Ini masih subuh. Udah ah mama kebawah dulu." Ibunya pun pergi meninggalkan kamar anak gadisnya tersebut. Membiarkan anak gadisnya untuk mandi sebelum subuhan dan sekolah.

***

Veya melangkah menuruni tangga dengan kaki yang sengaja dihentakan. Ia kesal dengan ibunya. Tega sekali ibunya membohongi dia, membangunkannya pagi pagi buta pula.

"Pagi sayang." Ucap sang ayah kepada anak gadisnya tersebut. Sedangkan Veya tidak menjawab sapaan ayahnya dan sengaja menekuk wajahnya.

"Halahhhh drama lo dek." timpal Eza, kakak laki laki Veya.

"Hush, udah ah. Jangan gangguin adik kamu terus". Bela ayahnya. "Kenapa pagi pagi gini wajah kamu udah di tekuk?"

"Mama bohongin aku terus pa, bangunin aku pagi pagi buta. Kan sayang waktu tidur aku berkurang" ceroscos  Veya, tak terima jika ia di bangunkan sepagi itu.

"Apa ruginya sih lo bangun pagi. Monas juga gak bakal runtuh kalau lo bangun pagi." Sanggah Eza.

"Halah bacot lo kak" ucapnya sambil memutar bola matanya jengah.

"Udah jangan berantem. Cepet sarapan. Veya lagi, bukannya ini hari pertama MPLS". Lerai ibunya, sebenarnya sudah menjadi pemandangan biasa di pagi hari. Veya dan Eza adu mulut sebelum sarapan. Gusti nu agung.

"Iya tau, lagi pula masih ada waktu setengah jam." jawab Veya.

"Yaudah cepet". Titah Eza.

***

Kring📣

Bel berbunyi menandakan bahwa para siswa siswi baru yang masih memakai seragam putih biru tersebut harus segera berbaris.

Dengan sekuat tenaga gue berlari dari gerbang menuju kelapangan. Banyak murid baru yang udah berbaris rapi disana. Dikarenakan gue datangnya rada telat. Akhirnya gue harus menerima dengan lapang dada kalau gue berdiri di jajaran paling belakang. Sungguh ternistakan.

Setelah dirasa semua sudah berkumpul. Akhirnya kakak panitia pun memberikan sedikit pidato. Pidato yang menurut gue sangat UNFAEDAH. Dih, apaan. Buang buang waktu banget anjir. Dan gue pun gak terlalu ngedengerin omongan kakak panitia itu. Bodo amat dah. Gak peduli gue mah.

Bel pun kembali berbunyi. Masyaallah napa sering bunyi sih bel nya, eror kali yak.

Dan ternyata bel kedua itu pertanda upacara resmi dimulai. Haduhh kok gue gak ngerti ya, efek terlalu lama tinggal di kampung ini mah.

Upacara resmi pembukaan MPLS dan penyambutan siswa siswi baru di laksanakan dengan hikmat. Lalu diakhiri dengan menerbangkan balon bersama sama yang sebelumnya di bagiin kakak panitia satu satu.

AKASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang