"Terimakasih sudah menemani. Saya duluan." Pamit Wardah sedikit membungkukkan badannya sopan. Lagi-lagi, baru saja ia maju beberepa langkah. Suara bariton itu kembali menginterupsi.###
HAPPY READING!
###
"Eh tunggu. Gue boleh minta Whatsapp lo ga? Siapa tau ada kelakuan anti mainstream adek gue yang kudu di laporin."
"Tapi nomor orang tua wali dari siswa sudah ada di panitia." Jawab Wardah tanpa ekspresi.
(Mampussss anjerrrr. Gkgkgkgkgkgkgk😂😂😂😂😂)
"Hapus aja. Uda ga berlaku itu nomornya." Elak Eza.
Wardah pun hanya menghela nafas. Meski alasan yang pria itu lontarkan memang agak tidak masuk akal. Tapi bagaimana pun. Lelaki itu adalah kakak dari siswa baru yang ia bimbing. Dan berarti termasuk dalam kategori wali.
Dengan berat hati Wardah menerima handphone milik pria tersebut. Pria yang mengaku sebagai kakak dari salah satu siswanya. Dan berikutnya, jari lentik milik gadis itu menari indah di atas layar ponsel milik Eza. Mengetikan digit nomor teleponnya.
"Thanks, semoga kita jodoh. Gue duluan." Ucap Eza sembari melengos pergi dan tanpa di duga tangannya terulur untuk mengacak rambut ikal Wardah. Hal tersebut sukses membuat Wardah diam mematung layaknya patung. Berusaha mencerna kejadian yang baru saja di alaminya. Dengan mata tetap terarah pada siluet tubuh yang menghilang di pertigaan. Refleks ia menggelengkan kepala lalu segera membalikan badan dan bergegas menyebrang jalan untuk pergi ke rumahnya.
***
"Pagi adek-adek! Saya selaku divisi acara pada kegiatan MPLS, akan mengumumkan kegiatan apa saja yang adek-adek sekalian akan lakukan pada MPLS hari ke-empat ini." Seru salah seorang panitia yang bertugas sebagai MC
Krik krik...
"Oke, pertama, kita akan melakukan senam sehat selama 30 menit yang akan dipandu langsung oleh Kak Daffa. Yang kedua, ada penampilan dari semua ekskul yang ada di sekolah ini. Lalu setelahnya di selang oleh ISOMA dan di lanjut lagi oleh penampilan ekskul. Yang ke tiga ada games seru dari kakak-kakak panitia.
Bisa di pahami adek adek?!!""Siap paham!" Teriak seluruh peserta MPLS.
Tak lama kemudian, terdengarlah lagu milik Siti Badriah yang akhir akhir ini sedang booming. Apalagi kalau bukan "Lagi Syantik". Walaupun tidak kompak, semua peserta berusaha mengikuti gerakan yang diperagakan pemandu senam. Meskipun ada saja murid yang hanya diam tidak mengikuti gerakan senam.
"Aduh kampret ngapain sih senam segala, body udah goals gini, buat apa lagi coba. Nyusahin aja nih panitia." Gerutu Veya dengan wajah yang ditekuk.
"Goblok nanti kedengeran!" Ucap Aga sambil terkekeh juga. Tanpa mereka sadari, bahwa salah satu panitia mendengar dan bersiap untuk menarik mereka guna diberi hukuman.
"Itu! Siapa yang ngomongnya gak sopan?!" Bentak si panitia galak mencari siapa yang sempat berbicara tidak sopan tadi.
"Ini nih kak! Veya!" Teriak Aga spontan karena ia juga takut kalau ia yang justru dihukum.
"Lah Aga?! Fakyu ya Lo!" Veya langsung melotot pada Aga. Dan detik berikutnya ia segera ditarik oleh kakak komdis ke podium.
"Kak saya gak mau di hukum kak, duh lagian yang salah bibir saya bukan saya." Veya yang sudah ada di atas podium merengek pada salah satu panitia agar ia tidak jadi di hukum.
"Aduh, ayo cepet sekarang kamu joget bareng Kak Daffa di depan." Lagi lagi lengannya di tarik ke bagian depan podium, dan rengekannya tadi malah terlupakan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKASIA
Teen FictionAkasia. Hanya sebuah bunga yang menggambarkan perasaanku saat ini. Kata orang, persahabatan antara lelaki dan perempuan itu tidak akan ada yang murni. Tidak akan ada yang abadi. Dan itu sepertinya memang benar, karena sekarang aku merasakannya send...